
FLORES GENUINE – Bukit doa kawasan ziarah rohani Wato Miten di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu destinasi wisata religi Katolik yang memikat.
Terletak di atas lahan seluas 40 hektar di ketinggian 140 meter di atas permukaan laut, kawasan ini menyuguhkan perpaduan antara keindahan alam dan kekuatan spiritual yang mendalam. ย Bukit Doa Wato Miten berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata.
Lokasi wisata dan tempat doa ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan kendaraan. Rute menuju kawasan ini cukup lancar dengan jalan yang relative mulus. Pengunjung akan melewati destinasi populer lainnya seperti Bukit Cinta dan pantai Waijarang. Dari puncak bukit doa, pengunjung dapat menyaksikan keindahan selat Boleng dengan latar Pulau Adonara dan gunung Ile Boleng. Kawasan wisata religi yang sangat ideal untuk kontemplasi atau beribadah.
Bukit doa Wati Miten diresmikan pada 18 Mei 2013 oleh Yayasan Kasih Peduli Lembata bersama Pemerintah Kabupaten Lembata. Kawasan ini dijadikan sebagai destinasi wisata religi berkat kerjasama kolaboratf antara masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pihak swasta. Puluah hektar lahan itu dihibahkan oleh masyarakat adat setempat yaitu tuan tanah Mans Wolor dan keluarga.
Di bukit doa ini, pengunjung atau peziarah disuguhi Patung Maria Bunda Segala Bangsa setinggi 7 meter dengan penyangga beton setinggi 4 meter. Tempat doa ini telah diberkati oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr. pada 31 Oktober 2014. Di tempat ini dilengkapi 14 stasi jalan salib dengan patung-patung tembaga setinggi 2-3 meter yang menggambarkan kisah sengsara Yesus Kristus. Uniknya, seluruh rancangan arsitektur dan patung merupakan karya Eko Priono, seorang arsitek muslim asal Yogyakarta menjadi simbol toleransi dan harmoni antarumat beragama.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lembata, Yakobus Andreas Wuwur mengatakan, pemerintah Lembata tengah mendorong pengembangan bukit doa Wato Miten sebagai salah satu destinasi wisata rohani unggulan di Pulau Lembata.

Pemerintah memberi apresiasi kepada Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, serta tarekat suster-suster Jesus Maria Joseph (SJMJ) yang aktif mengembangkan bukit doa Wato Miten tersebut sebagai destinasi wisata rohani.
โ Kita berharap, dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat wujudkan destinasi wisata rohani bukit doa Wato Miten ini sebagai destinasi wisata rohani unggulan di Lembata,โ ujarnya. Pemerintah sebyt dia, tengah berupaya menginisiasi event rohani tahunan sebagai bagian dari implementasi rencana kerja bupati dan wakil bupati Lembata.
Dia menekankan pentingnya kolaborasi antardaerah dan antarsektor dengan pendekatan hexa helix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha/bisnis, komunitas/warga, lembaga keuangan/agregator dan media guna mendorong tumbuh kembang sektor pariwisata secara berkelanjutan.
Dengan menjadikan bukit doa Wato Miten maka diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekaligus dapat membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian dari inkulturasi Gereja Katolik. Melalui pengembangan destinasi wisata ini, Kabupaten Lembata semakin terkenal sebagai salah satu tujuan wisata di kawasan ini. *[red/fgc]