FLORESGENUINE-COM-Bulan Oktober ditetapkan sebagai Bulan Bahasa. Untuk merayakan moment ini, diadakan perlombaan musikalisasi puisi tingkat rayon Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim). Dan sekolah kami, Spentig Hewa ikut serta dalam perlombaan musikalisasi puisi ini.
Saya terpilih menjadi salah satu peserta musikalisasi puisi. Kami dipilih oleh bapak/ibu guru. jumlah peserta musikalisasi seluruhnya adalah 5 orang. Peserta dari kelas sembilan sebanyak 4 orang dan 1 orang kelas 7.
Saya dipilih sebagai penyanyi dalam musikalisasi puisi ini. Teman-teman saya yang lain mempunyai peran masing-masing. Amora, kelas 7B, berperan membacakan puisi dan bermain keyboard. Ius bertugas menabuh kanjo. Sandro, tugasnya bermain gitar dan bernyanyi. Tanto bermain angklung dan memukul botol kaca.
Saya, awalnya merasa kurang percaya diri untuk tampil dalam perlombaan ini. Tetapi berlatih dengan giat, saya bisa bernyanyi dengan baik dan tampil percaya diri.
Teman-teman yang lain juga mengalami hal yang sama. Awalnya, kurang percaya diri. Namun dengan bantuan bapa dan ibu guru yang membimbing kami, kami bisa tampil dengan baik.
Proses latihan kami jalani dengan sungguh-sungguh. Bahkan kami harus mengorbankan pelajaran di kelas untuk berlatih. Saat jam pelajaran, kami kadang meninggalkan kelas untuk berlatih bersama.
Dan satu hari sebelum perlombaan di SMPN 1 Wulanggitang, Boru, kami peserta musikalisasi puisi tampil di hadapan bapa ibu guru dan teman-teman kami. Di lapangan olahraga multifungsi Spentig Hewa, kami berlima tampil dengan baik. Ada banyak kritik dan saran dari bapa ibu guru untuk menyempurnakan penampilan kami.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jumat, 13 Oktober 2023, adalah hari perlombaan musikalisasi puisi. Bersama bapa ibu guru, kami berkumpul di sekolah dan berangkat bersama-sama menggunakan mobil menuju Boru.
Hari itu, kami sudah siap untuk tampil. Dan berdasarkan penarikan undian, kami tampil pada urutan ke-6. Kami berusaha memberikan yang terbaik di hadapan penonton dan tiga dewan juri.
Dan tidak disangka-sangka, ketika dewan juri mengumumkan hasil penilaian, sekolah kami menjadi juara pertama lomba musikalisasi puisi. Juara dua diraih SMPN Satap Nobo, dan juara tiga SMPN 1 Wulanggitang.
Kami mendapat piala, uang pembinaan, dan sertifikat atas prestasi yang kami raih. Kami pun pulang dengan rasa bangga. Kami sangat bahagia. Perjuangan kami selama latihan ini menorehkan prestasi. Kami sangat bangga karena bisa mengharumkan nama baik sekolah dengan menjadi juara pertama lomba musikalisasi puisi. [Dominika Marta A. Lewuk/Siswa kelas IXA]
Perjuangan meraih prestasi pada bulan bahasa 2 tahun lalu yang bertepatan dengan 28 Oktober 2021, saat saya masih di bangku kelas 7C masih membekas dalam ingatan saya. Saat itu, saya dan teman saya Paulus Pali Tobi mendapat kepercayaan dari wali kelas ibu Yustina Jayati Tobi untuk menjadi perwakilan kelas dalam Kisah Mengikuti Lomba Pidato Tingkat Sekolah
Perjuangan meraih prestasi pada bulan bahasa 2 tahun lalu yang bertepatan dengan 28 Oktober 2021, saat saya masih di bangku kelas 7C masih membekas dalam ingatan saya. Saat itu, saya dan teman saya Paulus Pali Tobi mendapat kepercayaan dari wali kelas ibu Yustina Jayati Tobi untuk menjadi perwakilan kelas dalam perlombaan pidato antarkelas.
Perlombaan pidato ini melibatkan semua kelas yang berjumlah 9 kelas. Setiap kelas mengirim dua peserta, yaitu satu putri dan satu putra. Sehingga jumlah peserta seluruhnya 18 orang.
Sebelum kami tampil dalam perlombaan, kami harus berlatih. Ibu Yati sebagai wali kelas memberi kami teks pidato. Saya awalnya merasa sangat takut, gugup, dan tidak percaya diri. Namun ibu Yati memberi semangat kepada kami bahwa kami bisa tampil.
Kami pun berlatih bersama ibu Yati di kelas pada setiap jam istirahat. Ketika teman-teman bersenang-senang saat istirahat, kami harus tetap berada di dalam kelas untuk berlatih. Kami diminta untuk harus menghafal teks pidato tersebut. Lalu kami juga dibimbing untuk membawakan pidato dengan baik.
Proses latihan telah kami jalani sampai tibalah waktunya untuk tampil dalam perlombaan. Tanggal 28 Oktober 2021, semua pesertalomba pidato, siswa Spentig Hewa, dan bapa ibu guru berkumpul di aula sekolah. Sebelum tampil, kami melakukan gladi bersih.
Setelah itu dilakukan penarikan nomor undian untuk menentukan urutan penampilan peserta lomba. Saya mendapat nomor urut ke-6. Peserta nomor urut pertama, pun tampil. Diikuti nomor urut kedua, hingga nomor urut 5.
Giliran saya untuk berpidato di hadapan teman-teman dan bapa ibu guru. Rasa takut dan gugup mulai muncul dalam diri saya. Ketika nama saya dipanggil, saya berdiri dari tempat duduk. Kaki saya terasa gemetar. Namun saya tetap melangkah ke panggung. Kaki tetap melangkah maju karena teman-teman memberikan semangat dan dukungan kepada saya dengan tepuk tangan. Ada yang meneriakkan nama saya. Saya merasa kuat.
Saat saya di berada di atas panggung, rasa takut dan gugup pun hilang dalam diri saya. Saya mulai percaya diri untuk membawakan pidato berjudul “Semangat Memperjuangkan Kemerdekaan.” Di hadapan 3 orang dewan juri, yang merupakan guru Bahasa Indonesia, ibu Daria Denor, ibu Martina Buran Tobi, dan ibu Maria S. Ema Koten, saya berusaha tampil dengan baik.
Setelah semua peserta berpidato, diumumkan kejuaran. Kami semua peserta menanti hasil penialaian dewan juri dengan penasaran. Saya sendiri tidak berpikir untuk mendapat juara. Namun ketika diumumkan, saya menjadi juara 2 untuk kategori putri.
Rasa takut yang awalnya membayangi diri saya berbuah prestasi sebagai juara 2 kategori putri. Walau perlombaan ini hanya di tingkat sekolah, namun saya sangat bersyukur karena mendapat kesempatan untuk melatih diri tampil di depan banyak orang. Bagisaya, pengalaman ini yang paling berharga dari hadiah juara yang saya dapat. [Yuliana Gire Muda/Siswa kelas IXC]
Perjuangan merupakan cara yang dilakukan untuk menggapai sesuatu yang diinginkan. Dengan perjuangan, saya mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan baik. Suatu saat, ada pemberitahuan dari wali kelas kami, ibu Yustina Jayati Tobi, bahwa akan diadakan perlombaan story telling di tingkat sekolah. Saya dipilih menjadi perwakilan dari kelas kami.
Persiapan untuk perlombaan dilakukan. Bersama peserta dari kelas yang lain, kami berlatih setiap hari. Bersama guru pembimbing yang merupakan guru bahasa Inggris, bapak Emanuel Boro dan Gerardus Kuma, kami berlatih bersama.
Awalnya saya merasa keberatan untuk mengikuti lomba story telling. Namun berkat bimbingan guru, kami dibimbing untuk bercerita dengan baik. Bukan hanyacara mengucapkan kata-kata, tetapi juga bagaimana kami harus tampil di depan umum.
Hari demi hari kami jalani latihan bersama. Ada perkembangan yang saya alami dalam proses latihan. Saya akhrinya bisa menghafal seluruh teks cerita dan cara pengucapannya. Latihan yang kami jalani sudah mulai menampakkan hasil yang baik.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari itu, Selasa, 26 Oktober 2021 perlombaan story telling diadakan. Latihan yang telah kami jalani selama ini akan dinilai pada hari itu. Apakah saya akan tampil dengan baik atau sebaliknya?
Semua siswa, dan bapa ibu guru Spentig Hewa berkumpul di aula yang menjadi tempat perlombaan. Sebelum perlombaan, dilakukan penarikan undian untuk menentukan siapa yang akan tampil pertama, dan seterusnya. Saya mendapat kesempatan tampil pada urutan ke-9.
Peserta pertama membawakan cerita dengan baik. Berikutnya sesuai nomor urutan peserta hingga tiba giliran saya, nomor urut 9. Saya pun tampil di atas panggung setelah nama saya dibacakan oleh pembawa acara.
Saya berusaha berjalan ke panggung dan menghilangkan rasa cemas dalam diri. Ketika di atas panggung saya berusaha menenangkan diri dan mengumpulkan rasa percaya diri saya sehingga saya bisa bercerita dengan baik.
Setelah semua peserta tampil membawakan story telling, tibalah saat untuk diumumkan kejuaraan. Bersama peserta yang lain, kami menanti pengumuman kejuaraan dengan perasaan tidak tenang.
Dan ketika diumumkan, saya mendapat juara 3. Saya merasa bangga dan senang sekali. Perjuangan saya selama latihan berbuah hasil. Prestasi ini menambah rasa percaya diri saya, bahwa saya bisa asalkan berlatih dengan giat dan tekun. [Yuliana Sunarti Aran/Siswa kelas IXC]
Pada bulan September tim futsal tim futsal putra SMPN 3 Wulanggitang mengikuti turnamen futsal antar SMP se-rayon Wulanggitang. Tanggal 26 September 2023, diadakan pembukaan kegiatan di SMPK Santisima, Hokeng. Ada 10 sekolah yang terlibat dalam pertandingan tersebut.
Kami mengikuti upacara pembukaan turnamen yang diselenggarakan pada pkl. 03.00 sore. Pada hari itu juga, kami bertanding melawan tim futsal SMPN Satap Nobo. Kami bermain dengan baik sehingga kami mampu mengalahkan Satap Nobo dengan skor 6-3.
Pada pertandingan kedua, tim kami melawan SMPN 1 Wulanggitang. Kami mengakui keunggulan tim futsal Spensa Wulanggitang. Kami kalah dengan skor 3-2. Kami merasa kecewa dengan hasil tersebut. Tetapi kami bertekad untuk bangkit pada pertandingan berikutnya.
Pada pertandingan ketiga, kami melawan tim tuan rumah SMPK Santisima. Poin penuh berhasil kami amankan berkat kemenangan atas tim futsal Santisima. Kemenangan ini membuat kami bertambah semangat menyambut pertandingan terakhir fase group.
Pada pertandingan terakhir melawan SMPK Ile Bura, kami mengandaskan perlawanan mereka. Kemengan ini mengantar tim futsal Spentig Hewa melaju ke babak semifinal. Di babak semifinal kami berhadapan dengan tim futsal SMPN 2 Wulanggitang.
Kami pun berhasil menang atas tim futsal SMPN 2 Wulanggitang dan menjejakkan kaki di babak final. Di final, kami kembali berhadapan dengan SMPN 1 Wulanggitang. kami bertekad untuk membayar kekalahan pada pertemuan sebelumnya.
Pertadingan babak final berjalan seru. Kami berusaha tampil maksimal dengan menekan lawan. Akhirnya gol pertama berhasil kami cetak. Gol tersebut melecutkan semangat kami. Selang beberapa menit, kami berhasil mencetak gol kedua. Dan mempertahankan keunggulan hingga babak pertama selesai.
Namun memasuki babak kedua, Spensa Wulanggitang mulai bangkit. Mereka berhasil mencetak gol. Gol tersebut membuat mereka semakin bersemangat menyerang pertahanan kami. Gol kedua pun berhasil mereka cetak.
Kedudukan berimbang 2-2. Kebobolan dua gol meruntuhkan semangat kami. Sebaliknya Spensa Wulanggitang semakin
semangat. Mereka mampu mencetak gol ketiga dan keempat. Kami berusaha memperkecilkan ketertinggalan.
Tetapi hingga akhir pertandingan kami harus mengakui keunggulan Spensa Wulanggitangdengan skor 5-3. Kegagalan ini menempatkan kami sebagai juara dua pertandingan futsal se-rayon Wulanggitang. Prestasi sebagai juara ini mendapat apresiasi dari bapak ibu guru dan kepala sekolah.
Kekalahan di final memang membuat kami kecewa. Karena belum bisa mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah kami. Namun kami tetap merasa bangga karena telah mempertaruhkan segala kemampuan kami di atas lapangan futsal untuk nama sekolah Spentig Hewa tercinta. [Melkior Mehang/Siswa kelas IXC]