PARIWISATA

Pembangunan Kawasan Parapuar Mengedepankan Nilai Keberlangsungan Lingkungan

FLORESGENUINE.COM- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), saat ini tengah mengembangkan kawasan pariwisata terpadu di Parapuar, Labuan Bajo. Nama Parapuar sendiri diambil dari dua suku kata dalam bahasa Manggarai yakni Para dan Puar. Para berarti pintu atau gerbang dan puar berarti hutan.

Pemilihan nama tersebut berlandaskan pada prinsip bahwa kawasan tersebut akan dibangun berbagai fasilitas pariwisata dengan mengedepankan nilai-nilai keberlangsungan lingkungan, mempertahankan keaslian kawasan yang merupakan hutan produksi.

Kawasan yang terletak di hutan Nggorang Bowosie ini meliputi dua desa dan satu kelurahan yakni Desa Golo Bilas, Desa Gorontalo dan Kelurahan Wae Kelambu dalam bilangan Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tengara Timur (NTT).

Di atas lahan seluas 400 hektar akan dibangun berbagai fasilitas pariwisata yang dibagi dalam empat zona. Zona budaya (cultural district) misalnya, rencananya akan dibangun di area seluas 21, 69 Ha dari total lahan 114, 73 Ha. Pengembangan zona ini terdiri dari pusat budaya (cultural center) seperti hikayat Komodo, cultural perfomance park, museum, agriculture tourism, culture gallery, ring of fire Flores view dan Pray Hill serta atraksi penunjang lainnya guna mendukung pariwisata yang bercirikhas budaya NTT.

BACA JUGA:  Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Manggarai Barat Bulan Agustus 2023 Kisaran 60,76 Persen

Pembangunan zona budaya bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama) serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata.

Di zona ini, para pengunjung dapat mempelajari dan menikmati kebudayaan dan kehidupan alam Flores, selain menikmati ketenangan dan keindahan alam Labuan Bajo yang berkontur hutan dan perbukitan.

Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina menjelaskan, pembangunan kawasan Parapuar merupakan langkah pemerintah untuk menambah jumlah destinasi dan atraksi wisata baru yang ada di Labuan Bajo. Kehadiran Parapuar dapat menambah lama tinggal dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo.

“Kehadiran Parapuar akan menambah daftar destinasi wisata. Bukan hanya destinasinya, tetapi juga dilengkapi dengan atraksi yang bisa menambah alternatif wisata yang ada di darat,” ujarnya seraya mengatakan bahwa letak Parapuar yang strategis di tengah kota Labuan Bajo dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan membuka pasar baru bagi produk-produk lokal.

Kota Labuan Bajo khususnya dan Taman Nasional Komodo sendiri telah sejak lama dikenal sebagai satwa endemik Komodo (Varanus Komodoensis) yang menjadi daya tarik utamanya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menambah destinasi dan atraksi wisata yang ada di Labuan Bajo, selain di Taman Nasional Komodo.

BACA JUGA:  Edi-Weng Daftar Berpasangan, Darius Angkur: Karena Tagline nya Mereka, Melanjutkan

Diharapkan, para wisatawan tidak hanya berkunjung ke laut atau ke pulau-pulau di Taman Nasional Komodo tetapi juga mereka dapat menghabiskan waktu liburan mereka di kota Labuan Bajo serta mereka bisa berbelanja oleh-oleh khas masyarakat lokal.

Keunggulan zona budaya yang akan dikembangkan di kawasan ini yakni menjadi miniatur budaya Floratama. Di zoba budaya ini pula akan dilengkapi berbagai narasi budaya, seperti sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata dan Bima, sejarah binatang purba komodo yang telah menjadi cerita rakyat.

Selain itu, pengembangan kawasan yang diarahkan menjadi showcase budaya Floratama ini akan banyak menyajikan pertunjukan budaya, seperti tari-tarian, musik, nyanyian, struktur bangunan, kuliner, hingga permainan tradisional.

Semua fasilitas dan daya tarik yang dibangun di zona budaya Parapuar akan ditawarkan kepada para pengunjung dalam berbagai paket wisata. Para pengunjung bisa mendapatkan pengalaman jelajah budaya Floratama.

Penegmbangan Parapuar akan integrasikan dengan perjalanan wisata bagi para pengunjung. Salah satunya yakni mengembangkan paket wisata ke desa wisata yang ada di wilayah penyangga Parapuar.

BACA JUGA:  Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Lampaui Malaysia dan Thailand

“Kami juga akan mempersiapkan masyarakat di desa-desa penyangga Parapuar agar bisa terlibat dalam mengembangkan kawasan wisata di sekitar Parapuar, melalui berbagai program pelatihan demi meningkatkan keahlian pariwisata ekonomi kreatif masyarakat setempat,” tambah Shana.

Kawasan Parapuar yang akan dibangun berbagai fasilitas pariwisata.(Foto:ist)

Sebagai langkah aktivasi, BPOLBF dalam waktu dekat akan memperkenalkan kawasan Parapuar kepada masyarakat berupa menyelenggarakan soft launching yaitu mini event Picnic Over The Hill (POTH) di Zona 1 Parapuar. Mini event ini akan diselenggaralan selama 2 hari, tanggal 11 – 12 November.

Kegiatan ini akan memanfaatkan area yang telah dibangun dan layak untuk pakai yakni di zona yang juga menjadi titik 0 view point Parapuar. Melalui mini event ini POTH yang ditargetkan akan mendatangkan 1.000 pengunjung. Di lokasi ini akan menawarkan kepada para pengunjung kenikmatan pemandangan Kota Labuan Bajo pada sore hari berupa pemandangan sunset hingga pada malam hari (stargazing).

Pengembangan kawasan Parapuar telah dilakukan dimulai dengan membangun infrastruktur jalan beraspal sepanjang 1,5 km. Sedangkan pembangunan kawasan di setiap zona akan dimulai pada tahun 2024. Pembangunan akan dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik dan jaringan komunikasi.[kis/fg]

 

 

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button