EKONOMI KREATIF

Optimalisasi Potensi Pertanian, Upaya Atasi Krisis Pangan

FLORESGENUINE.com– Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Propinsi  Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup besar. Selain tanaman pangan seperti padi sawah dan tanaman semusim lahan kering seperti jagung, singkong, petatas, kacang hijau dan kedelai, komoditi-komoditi perkebunan juga sangat potensial untuk dikembangkan.

Potensi pertanian dan perkebunanan di wilayah ini didukung lahan yang cocok untuk budidaya komoditi-komoditi tersebut. Ini sesuai dengan hasil study agro ecological zona yang dilakukan oleh Badan perencanaan pembangunan daerah (Bappeda) Kabupaten Manggarai Barat bekerjasama dengan PT. SIARPLAN UTAMA beberapa tahun lalu.

Zonasi agroekologi atau agro ecological Zone itu sendiri merupakan salah satu pendekatan dalam penataan penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah  menurut kesamaan sifat dan kondisi kawasan ditinjau dari aspek kebutuhan lingkungan pertanaman. Pengelompokan dimaksud bertujuan untuk menetapkan kawasan sentra produksi dan jenis kemoditi yang dikembangkan.

Dengan skala ekonomi yang layak, dengan kebutuhan pengelolaan yang tepat untuk mendapatkan kawasan-kawasan usaha produksi  tanaman yang produktif, menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan demikian, zonasi agro ekologi menjadi landasan utama dalam perwilayahan komoditi pertanian.

Tercatat, tanaman Jambu mete misalnya, sudah dibudidayakan secara luas di wilayah ini terutama di Kecamatan Lembor, Sano Nggoang, Boleng dan Macang Pacar. Total areal yang cocok untuk tanaman jambu mete yakni sekitar 91,300 hektar. Tanaman ini menyebar hampir di semua kecamatan kecuali di kecamatan Kuwus. Sementara total luas areal potensial mencapai 14.300 hektar dan masuk dalam kategori sesuai bersyarat dan 77.000 hektar lainnya termasuk ke dalam kelas sesuai marginal.

Demikian pula dengan potensi kakao tergolong cukup besar, meskipun budidaya kakao di daerah ini belum meluas. Total areal untuk budidaya tanaman kakao mencapai sekitar 165,000 hektar. Sebagian besar diantaranya termasuk katergori sesuai atau cocok. Namun, kendala utama bagi budidaya kakao yakni masalah kemiringan lahan dan ketersediaan air. Kecamatan-kecamatan yang paling potensial untuk produksi kakao yakni Kecamatan Welak, Komodo dan Sano Nggoang.

Selain itu, salah satu potensi besar yakni tanaman jarak pagar. Potensi jarak pagar merupakan tanaman komoditi yang sangat penting dan strategis terutama terkait dengan issu bio-energy. Meskipun petani di wilayah ini belum mengembangkannya, namun potensi lahan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar tergolong sangat besar. Total luas areal yang sesuai untuk tanaman ini mencapai 117,160 hektar.

BACA JUGA:  Berikut 5 Orang Penguasa Batu Bara di Indonesia dengan Kekayaan Spektakuler
Lahan sawah yang luas untuk pengembangan tanaman padi. (Foto : Kornelis Rahalaka/ Floresgenuine)

Dari luasan tersebut, 102,420 hektar tergolong sesuai marginal dan sisanya 845 hektar sangat sesuai serta 14,265 hektar sesuai bersyarat. Kawasan-kawasan utama yang cocok untuk pengembangan jarak pagar adalah Komodo, Lembor,  Sano Nggoang, Lembor dan Macang Pacar.

Selain itu, tanaman kemiri merupakan komoditi utama sudah ditanam secara luas di hampir seluruh wilayah Manggarai Barat. Dengan total luas lahan yang cocok dengan budidaya kemiri mencapai 260,000 hektar. Dari luasan tersebut, 17,400 hektar diantaranya merupakan lahan dengan tingkat kesesuaian bersyarat dan sisanya sesuai marginal.

Kecamatan-kecamatan dengan potensi kemiri terbesar yakni Komodo, Sano Nggoang, Lembor dan Macang Pacar. Demikian  pula untuk tanaman kelapa juga tergolong cukup besar yakni mencapai 110,000 hektar. Sebagian besar di antaranya yakni 104,000 hektar memiliki tingkat kesesuaian marginal dan hanya 6,000 hektar tergolong sesuai bersyarat. Kecamatan-kecamatan dengan luas areal yang besar yakni Komodo, Sano Nggoang, Lembor dan Macang Pacar.

BACA JUGA:  Polemik Nama Puskesmas “Tana Mori” Pemerintah Minta Rekomendasi Warga

Sedangkan tanaman kopi dan cengkih merupakan dua komoditi  perkebunan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat. Kedua jenis tanaman ini dibudidayakan di daerah dataran tinggi di atas 700 meter dari permukaan laut. Cengkih dan kopi merupakan dua tanaman yang memiliki persyaratan lingkungan tumbuh yang sama, meskipun kopi terutama jenis robusta juga dapat tumbuh baik di dataran rendah. Luas lahan untuk budidaya kopi dan cengkih mencapai 8,000 hektar yang menyebar di wilayah-wilayah dataran tinggi seperti di Kecamatan Kuwus, Welak, Lembor, Sano Nggoang dan Macang Pacar.

Selain tanaman perkebunan, luas lahan yang  sesuai untuk budidaya tanaman pangan semusim lahan kering juga sangat besar. Tercatat luas lahan mencapai 95,000 hektar. Luas lahan yang  sesuai untuk produksi padi sawah yakni sekitar 36,000 hektar. Dari total luas lahan yang sesuai untuk usaha tani sawah tersebut, sekitar 5,800 hektar diantaranya tergolong ke dalam tingkat kesesuaian yang sangat  tinggi dan 31,200 hektar sesuai bersyarat.

BACA JUGA:  PAN Mabar Belum Tentukan Arah Koalisi Pilkada 2024, Masih Tahap Penjajakan

Dari total luas lahan yang sesuai untuk tanaman pangan semusim lahan kering yakni 95,000 hektar, seluas 24,650 hektar diantaranya tergolong kedalam kelas sesuai bersyarat dan sisanya 71,350 hektar sesuai marginal. Kawasan-kawasan utama pengembangan padi sawah adalah Lembor, Komodo, Boleng dan Macang Pacar. [kis/fg]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button