BUMI MANUSIA

Memotret Situasi Kehidupan Para Petani Manggarai Barat

FLORESGENUINE.com- Pada umumnya petani di Manggarai Barat masih menganut pola pertanian tradisional. Selain itu, petani juga menghadapi kondisi kemiskinan dan ketidakberdayaan sebagai akibat dari berbagai input dari luar, terutama sejak adanya gerakan revolusi hijau yang dicanangkan oleh pemerintah rezim Soeharto pada era 1980-an.

Minimnya ketersediaan infrastruktur pertanian dan rendahnya sumber daya manusia, berkontribusi pada terciptanya kondisi ketergantungan petani pada produk-produk pangan dari luar daerah. Situasi seperti ini sesungguhnya telah sekian lama dihadapi oleh para petani kita. Namun sayangnya, pemerintah hampir tidak punya upaya untuk membawa para petani keluar dari jeratan kesulitan.

Beberapa persoalan serius yang kini dan masih terus dialami oleh para petani seperti keterbatasan pengetahuan, minimnya skill petani dalam menerapkan teknologi tepat guna, minimnya, ketersediaan sarana prasarana infrastruktur pertanian, keterbatasan akses modal usaha dalam mendukung aktivitas pertanian serta ketergantungan petani pada berbagai input luar seperti pupuk, pestisida dan benih tanaman.

BACA JUGA:  Pembangunan, Pariwisata dan Pertanian

Menghadapi sejumlah persoalan tersebut, pemerintah mesti melakukan intervensi langsung kepada petani agar membantu petani dapat keluar dari jeratan persoalan yang dihadapi. Di sini, dibutuhkan gerakan bersama dan intervensi yang masif baik oleh pemerintah maupun stakeholders lainnya.

Berbagai gerakan dan intervensi tentu sangat dibutuhkan oleh para petani mengingat hampir lebih dari 80% penduduk Manggarai Barat adalah petani. Mereka menggantungkan hidup dan keluargannya dibidang pertanian.

Bahkan sektor pertanian dalam kenyataannya menyumbang lebih dari 80% untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Manggarai Barat ketimbang sektro lainnya. Fakta tersebut sungguh ironis, jika kita bandingkan dengan alokasi anggaran untuk bidang pertanian masih relative kecil.

Padahal, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang periode I dan II Tahun 2005-2025, pertanian merupakan sektor pendukung dan pendorong utama bidang pariwisata yang telah ditetapkan sebagai leading sector pembangunan Kabupaten Manggarai Barat. Tapi sayang, anggaran yang dialokasikan justru sangat minim dan melenceng dari kebijakan strategis pembangunan.

BACA JUGA:  Ribuan Umat Hadiri Perayaan Puncak Festival Golo Koe 2024

Ditilik dari sisi produktivitas, sesungguhnya tidak terlampau mengecewakan. Untuk pertanian lahan basah atau beras Manggarai Barat kerapkali mengalami surplus beras sekitar 15 ton/tahun. Namun, hasil pangan lainnya mengalami kekurangan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petani terutama minimnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi tepat guna serta rendahnya  kapasitas para petani.

Tercatat, sebanyak 1.294 kelompok tani yang tersebar di 12 kecamatan di Manggarai Barat. Meskipun demikian, banyak kelompok tani yang dibentuk bertujuan hanya untuk ‘menangkap’ proyek-proyek yang dikucurkan oleh pemerintah. Sementara, upaya revitalisasi dan peningkatan kapasitas para petani kurang diperhatikan secara serius.

Selain beberapa masalah tersebut di atas, para petani seringali dihadapkan pada persoalan yang tak kalah krusial yakni sulitnya mengatasi hama atau penyakit yang kerap menggerogoti tanaman para petani. [kis/fg]

BACA JUGA:  Yayasan Bintari dan Pemda Mabar Gelar Focus Group Discussion RAD-API

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button