EDUKASI

Profesi Guru Sebagai Panggilan Hidup

(Sebuah Tinjauan Reflektif)

Oleh : Yuliana Tati Haryatin *

Judul tulisan ini sebenarnya berangkat dari hasil refleksi saya, yang hampir 20 tahun telah mendedikasikan hidupku sebagai seorang guru. Dalam rentangan waktu selama hampir dua puluh tahun itu, begitu banyak kisah pilu, penuh onak dan duri yang telah saya alami selama menjadi guru. Namun, dibalik kisah pilu itu, saya juga telah mengalami begitu banyak cerita indah penuh kegembiraan dan sukacita.

Dalam tulisan ini, saya hanya mau mengajak rekan-rekan seprofesi untuk menyadari kembali tugas dan panggilan kita sebagai guru. Luangkan  waktu sejenak, sembari mendengarkan suara-Nya yang terus bergema dalam batin kita, yang telah memanggil kita menjadi seorang guru.

Mari bertanya dalam hati masing-masing, apakah selama ini saya  sungguh menyadari profesiku sebagai panggilan hidup? Banggakah saya menjadi guru? Apakah saya sungguh mencintai profesi ini?

Hanya hati kita yang bisa menjawabnya. Saya berharap, jawabanmu sama denganku.  Ya,  saya sungguh bangga menjadi seorang guru. Saya sungguh mencintai profesi ini. Berbagai cerita pilu dan kegembiraan yang telah kualami dalam profesi ini, membuat hidupku sungguh diperkaya.

Kamu tahu kenapa? Karena hari demi hari, yang kuhadapi bukanlah benda mati. Mereka yang kuhadapi adalah pribadi manusia yang telah diciptakan Tuhan dengan segala keunikan dan keistimewaannya.

Mereka adalah generasi penerus bangsa yang telah dititipkan Tuhan kepadaku, kepadamu, dan kepada kita semua yang berprofesi  guru. Karena itu, menjadi guru, tugasnya sungguh berat. Dalam dan melalui profesi ini seorang manusia dituntun, dilatih, diajar, dididik dan dibentuk agar bisa terus  bertumbuh dan berkembang menjadi  pribadi yang lebih manusiawi.

BACA JUGA:  ‘Lidi’ Itu Sudah Patah

Tugas guru sungguh mulia yaitu  memanusiakan manusia. Dengan kata lain, menjadi guru adalah sebuah panggilan hidup dari Tuhan sendiri. Sebagai sebuah panggilan hidup, seorang guru dituntut untuk mengabdikan dirinya dengan totalitas yang tinggi. Hatinya harus benar-benar mencintai profesi ini.

Dia harus mampu menggerakkan dirinya untuk memancarkan energi positif dan cahaya perubahan bagi peserta didiknya. Sosoknya harus benar-benar menjadi pribadi yang inspiratif, yang mampu mengubah kehidupan peserta didiknya menjadi lebih bermakna dan bermartabat.

Masing-masing kita  tentu memiliki sosok seorang guru yang begitu inspiratif dan dikagumi.   Dalam hati kita, nama-nama mereka tertulis indah dan abadi. Mereka begitu berkesan dan melekat dalam jiwa kita karena jasa dan  pengabdian mereka yang sungguh  luar biasa.

BACA JUGA:  SMA Negeri 2 Langke Rembong Siap Terbitkan Buku I Graffi Di Vita

Mereka telah  menorehkan begitu banyak kenangan dan pengalaman indah yang mampu mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Sosok-sosok itu begitu mempesona  dan berdaya pikat, karena mereka  menjalankan tugas tidak hanya karena tuntutan profesi semata tetapi seluruh dirinya, sikap dan teladan hidupnya telah mampu memberikan pengaruh positif ke dalam jiwa kita.

Bagaimana dengan kita? Apakah nama kita juga berada di deretan sosok guru yang inspiratif itu? Biarkan mereka (peserta didik)  yang menjawabnya. Jika nama kita ada dalam cerita indah peserta didik, maka itu hanyalah bonus dari benih-benih kasih yang telah kita taburkan di hati mereka. Yang kita lakukan hanyalah terus mengabdikan diri dengan segenap jiwa dan raga demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Tidak mudah memang, karena tantangan yang kita hadapi di era milenium ini semakin kompleks. Kita akan berhadapan dengan generasi milenial dengan segala permasalahannya.  Tentu kita tidak menginginkan generasi ini terjerumus dalam pengaruh negatif yang menyesatkan. Inilah tugas kita sebagai guru.

BACA JUGA:  Lelah Mencari Jati Diri

Guru tidak hanya  mengajarkan muridnya segudang ilmu, tetapi juga  mampu  mendidik dan menginspirasi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter mulia dan menghayati nilai-nilai kebajikan universal.

Tugas kita sebagai guru adalah secara kreatif menggali kemampuan berpikir kritisnya dan  merawat hatinya  agar tetap bahagia dalam proses meraih mimpi-mimpinya. Kita mendidiknya dengan hati yang penuh cinta sehingga murid kita memiliki semangat  dan optimisme yang tinggi untuk menyongsong masa depannya yang cerah.

Saat kita mendidik dengan hati, melakukan semua itu dengan segenap cinta maka secara tidak langsung kita telah memberikan pesan-pesan indah  kepada peserta didik kita.

Karena itu, sekali lagi saya mengajak rekan-rekan seprofesi, mari terus berkarya menjalankan profesi ini dengan penuh cinta. Profesi guru adalah sebuah panggilan hidup dari Tuhan sendiri dan pada saatnya tiba, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita. Sematkan itu dalam hati.  Profesiku adalah sebuah panggilan hidup.

Penulis adalah guru di SMAN I Komodo, Labuan Bajo

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button