Pada tangal 1 Maret 1999, merupakan hari yang bersejarah dalam hidupku. Saya diangkat menjadi CPNS dengan modal ijazah Sekolah Pendidikan Guru (SPG) setara SMA. Dari kecil, saya tidak pernah membayangkan atau bercita-cita menjadi guru.
Apalagi diangkat menjadi PNS. Mengapa? Karena saya tahu diri, apalah arti mimpi dari seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang boleh dikatakan sangat miskin untuk ukuran keluarga di Kampung Palis, Desa Nangalili saat itu.
Dalam SPMT yang diterima, tertulis mulai bertugas pada hari Rabu, 1 September 1999. Hari ini adalah hari pertama aku menjalani tugasku sebagai guru pada salah satu sekolah dasar di Kecamatan Lembor, Desa Poco Rutang. Sekolah itu bernama SD Inpres Wae Nakeng.
Matahari bersinar cerah, secerah irama hatiku yang berkecamuk antara perasaan senang dan sedih. Senangnya, karena saya lulus tes CPNS dan ditempatkan di ibu kota kecamatan. Sedangkan sedihnya, saya merasa tidak percaya diri dengan tugas yang akan kujalani. Apakah ilmu yang sudah diperoleh mampu membawa anak-anak didikku menjadi anak yang hebat dan berkarakter sesuai Pancasila ataukah?
Sekolah Dasar Inpres Wae Nakeng, terletak di tengah kota, dibagian barat ada Jalan Raya Trans Flores dan hamparan sawah nan hijau. Sekolah ini, meski sederhana, namun menyimpan potensi besar untuk mencetak generasi- generasi unggul, handal dan berkarakter.
Dengan senyum sumringah, kulangkahkan kaki dengan mantap, memasuki gerbang sekolah tempatku mengajar. Hari pertama berada di SD Inpres Wae Nakeng, sungguh menyenangkan karena bertemu dengan guru-guru senior yang berpengalaman dalam mendidik dan mengajar murid. Selain berkenalan dengan bapak, ibu guru, saya disarankan oleh kepala sekolah untuk mengenal lingkungan sekolah dan para murid.
Kepala sekolah memberi tugas kepada saya untuk mengajar di kelas 2. Menghadapi anak-anak yang penuh energi dan antusias, saya merasa seperti seorang kapten yang baru pertama kali mengemudikan kapal di tengah samudra.
Namun, di balik setiap tantangan yang kuhadapi, terdapat kesempatan untuk belajar dan tumbuh menjadi pribadi ikhlas dan sabar. Saya menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter dan menanamkan nilai-nilai kehidupan.
Saya merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam mencetak generasi yang siap menyongsong masa depan bangsa. Saya menjalani hari-hariku dengan penuh semangat bersama dengan anak-anak yang kucintai.
Sepuluh tahun pun berlalu. Saya mengabdi di sekolah tersebut. Bulan April 2009, suamiku ingin bertugas di kampong halamannya, karena sudah 22 tahun mengabdi di SMP Negeri 1 Lembor. Saya sebagai istri menyetujui usulan suami. Bulan Juni 2009, usulan kami ini diterima baik oleh sekolah yang dituju dan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO).
Sekolah yang dituju yakni SDI Waemata dan SMP Negeri 1 Komodo. Waktu yang dinantikan tiba, tepatnya Rabu, 15 Juli 2009. Matahari pagi menyapa hangat Kampung Waemata. Kampung ini, agak tersembunyi dari hiruk-pikuk dan aktivitas perkotaan saat itu. Aku menginjakkan kaki di sekolah dengan semangat yang sama seperti ketika pertama kali aku memulai profesi ini di SD Inpres Wae Nakeng, Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor.
Meskipun tantangannya tak mudah, namun impian untuk berkontribusi dengan sekolah ini tergambar dengan jelas dalam anganku. Langit cerah dan angin sepoi-sepoi menyambutku saat melangkah ke pelataran sekolah. Semangat pengabdianku tidak pernah pupus oleh waktu dan keadaan yang berbeda saat itu.
Saat rapat, saya ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mengajar di kelas 4 A. Ruangannya bagus dengan dinding yang dihiasi karya seni anak-anak. Mereka menyambutku dengan senyum penuh rasa ingin tahu, menatapku dengan mata berbinar-binar dan penuh ceria, seolah menanti kehadiran seorang ibu yang siap mengayomi anak-anaknya. Aku pun mengenalkan diri dan memulai pelajaran dengan cerita-cerita inspiratif dari tokoh-tokoh yang berhasil meraih impian mereka.
Saya menyadari bahwa pendidikan adalah kunci menuju masa depan yang cerah. Oleh karena itu, menjadi seorang guru bukan sekedar profesi, melainkan panggilan jiwa. Setiap pagi aku disambut oleh sikap anak-anak yang ceria, canda tawa dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sikap ini membuatku mampu menemukan kebahagiaan yang sederhana namun mendalam serta semangat untuk memberikan yang terbaik buat masa depan mereka.
Mengajar di sekolah dasar merupakan tantangan tersendiri. Dengan fasilitas yang terbatas, saya harus berusaha keras untuk menyediakan pendidikan yang layak bagi anak-anak didik. Namun, keterbatasan bukanlah penghalang bagi saya untuk terus berinovasi. Aku dan rekan-rekan guru lainnya berkolaborasi untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik dan efektif.
Kami mengadakan kegiatan belajar di luar kelas, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana belajar. Anak-anak belajar mengenal alam, memahami pentingnya menjaga kebersihan, dan belajar bekerja sama dalam kelompok.
Zaman semakin maju, kurikulumpun berubah. Usia sudah menuju senja. Tuntutan dunia pendidikan semakin tak terkendali. Teknologi menjadi salah satu fokus utama dalam persiapan pembelajaran di kelas guna mencetak anak-anak bangsa menuju era emas 2045. Akses teknologi di sekolah saya saat ini, masya Allah/luar biasa. Sangat mendukung, seiring dengan kemajuan saat ini. Kami berusaha untuk memperkenalkan anak-anak pada dunia digital. Kami memanfaatkan komputer yang didonasikan Kemendikbud, untuk mengajarkan bagaimana cara menggunakan internet untuk mencari informasi, memberi petunjuk bagi siswa kelas 5 yang mengikuti ANBK. Dengan demikian, sekolah telah mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di masa depan yang serba digital.
Selain itu, para guru menekankan pentingnya karakter dan moral yang baik. Sejak dini, anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab dan kerja keras. Kami percaya bahwa untuk membangun masa depan bangsa, tentunya memerlukan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan etika yang kuat.
Sebagai seorang guru, saya belajar banyak dari murid-muridku. Mereka mengajarkanku tentang kesederhanaan, ketulusan dan semangat juang. Setiap kali melihat mereka berhasil mengatasi kesulitan dalam pelajaran, aku merasa bangga dan terinspirasi untuk terus berusaha lebih baik.
Mereka adalah alasan mengapa aku tetap bersemangat dalam menjalani profesi ini, meskipun ada banyak tantangan. Tentu saja, perjalanan ini tidak selalu mulus. Ada kalanya aku merasa lelah dan jenuh. Misalnya, ketika melihat murid-muridku harus berjalan jauh untuk mencapai sekolah, atau ketika mereka tidak bisa belajar dengan optimal karena keterbatasan buku dan alat tulis. Namun, setiap kali rasa putus asa menghampiri, aku selalu ingat akan tujuan besar yang ingin dicapai. Aku percaya, bahwa dengan kerja keras dan dedikasi tinggi, akan berdampak positif bagi masa depan anak[1]anakku sebagai generasi penerus bangsa.
Dukungan dari masyarakat juga sangat penting dalam menumbuhkembangkan minat bakat anak-anak. Orang tua siswa, meskipun banyak yang berpendidikan rendah namun semangat untuk mendukung pendidikan tetap luar biasa. Pihak sekolah selalu berkolaborasi dengan orang tua, sehingga mampu menumbuhkan rasa peduli dan saling membantu serta berusaha menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Memiliki mimpi besar adalah cita-cita yang harus diperjuangkan oleh anak-anak didik agar mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri, berani dan siap menghadapi tantangan global. Saya selalu memberikan motivasi yang kuat, agar kelak mereka menjadi bagian dari generasi emas yang akan membawa Indonesia menuju puncak kejayaan.
Sebagai langkah konkret, kami sering mengadakan diskusi dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kami sebagai pendidik dalam kelompok belajar di tingkat sekolah. Kami belajar metode pengajaran yang lebih efektif, mengembangkan kurikulum yang relevan sesuai dengan kebutuhan zaman dan terus mengikuti perkembangan dunia pendidikan global. Kami sadar bahwa untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi masa depan. Saya sendiri harus banyak belajar dan berkembang sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan saat ini.
Tugas profesi ini, kujalani dengan penuh rasa syukur, karena bisa menjadi bagian dari perjalanan ini. Melihat senyum bahagia di wajah anak-anak saat mereka berhasil memecahkan soal matematika yang sulit atau ketika mereka dengan bangga memperlihatkan hasil karya seni mereka, memberikanku kepuasan yang tak ternilai. Ini adalah momen-momen kecil yang mengingatkanku, akan betapa bangga dan berharganya peranku sebagai guru SD.
Malam pun tiba, suara jangkrik dan kodok bersahutan. aku kembali merenung, memikirkan perjalanan yang telah kulalui. Meskipun ada banyak rintangan, saya tetap yakin bahwa setiap usaha yang dilakukan hari ini akan membuahkan hasil yang memuaskan di masa depan.
Anak-anak ini adalah harapan kita, generasi yang siap bersaing dengan zamannya. Mereka adalah calon pemimpin, inovator dan pembawa perubahan. Saya merasa bangga, telah menjadi bagian dari langkah awal mereka menuju masa depan yang gemilang.
Untaian doaku, untukmu wahai anak-anakku, sambutlah masa depan dengan belajar giat dan para guru di Kabupaten Manggarai Barat dapat berkontribusi penuh dalam mencerdaskan anak-anak bangsa. Insya Allah, dengan pendidikan yang baik, mimpi besar anak-anak kita untuk Indonesia, khususnya Kabupaten Manggarai Barat yang lebih baik dapat terwujud.
Inilah secuil kisah perjalanan panjang pengabdianku, sebagai guru sekolah dasar dalam membangun masa depan pendidikan bangsa yang tercinta, lebih khususnya pendidikan di Daerah Kabupaten Manggarai Barat.*
Penulis adalah guru SD Inpres Waemata, Juara II Lomba Menulis Feature HUT PGRI 2024