Prosa Kecil Buat Guruku
Hari ini terasa ada sepenggal
duka menggores di langit
angan – angan
Ketika kita menghitung jari – jari waktu dan balon – balon kecil berhamburan dari
jantungmu ;
” Berangkatlah, anakku !
Berangkatlah dengan
perkasa menuju bukit
Tepiskan segala kabut
Redamkan semua takut
karena hikmah
pengembaraan adalah tasik
yang bening
Alangkah setia menunggumu
Di laut pengabdian
Di pantai kemanusian
Lihatlah, anakku !
Matahari tak pernah letih
menyodorkan sinarnya
Bulan dan bintang
menawarkan kedamaian
Tuhan mahabijak
melebarkan sayap dan
pikiranmu
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Bacalah otakmu dan
pandanglah tanda – tanda kebesaran – Nya
sekitarmu !
Kayuh perahumu, anakku
Pacuh terus ke dasar lautan
ilmu
Pasang kemudi; sekuatnya
Kibarkan layar; perjuangan
Gemahkan temali doa – doa;
Ya Tuhanku angkatlah derajat para guru – guruku
Tanpa mereka bagaimana bisa menyusuri kegelapan, sementara lenteranya ada di kedua
tangannya
Terimakasih, guruku
Jiwamu adalah napas
kehidupan
Kami kenangkan semua itu
Seperti juga kami kenangkan
setumpuk teori
mengganyang di batok
kepalamu
Desah parau suaramu
Menggemah di ruang – ruang
kelas
Peluhmu mengalir dari
jantung
Menetes – netes di papan tulis
Dan kami pun mengangguk –
angguk lantaran capeh dan
ngantuk
Maafkan kami, guru
Belum tuntas terjawab jerih
payah pengabdianmu
Dan kebandelan kami
Kebandelan kami, guruku
Hanyalah nuansa perjalanan
anak tualang
Hari ini kita bentangkan kembali
jari – jari kenangan
ketika engkau berkisah
tentang hari – hari berkabut;
” Tengoklah dunia nyata di
sekitarmu
Anak – anak gembala
mendengkur di punggung
kerbau
Para remaja melepaskan letih
di sudut – sudut kota
Mereka rindukan pendidikan
tapi biaya tak pernah mengijinkan
Mereka punya modal yang
cukup tapi sukma tak rindu
pendidikan
Dunia mereka tersaput
gumpalan kabut
Masa depan mereka adalah
sunyi yang ngeri
Mereka adalah saudara –
saudaramu
Nasibnya pahit matanya
buram
Dan engkau anakku
Jangan sia – siakan mendaki dari
lembah ke bukit
Karena usia dan kesempatan
tak akan pernah bersahabat
dengan kelalaian
Meskipun airmatamu
tercurah di perut bumi
Tangismu duka seluruh jagat
penyesalan berkepanjangan ”
Terimakasih, guruku
Napasmu adalah suluh
pengembaraan
Kami kenangkan semua itu
seperti juga hari ini ketika
engkau melepaskan kami dengan senyum
Matamu pijar memancarkan
harapan yang kental
Menyulut api dalam dada
Mengantarkan kami kedepan pintu
gerbang kemerdekaan; samudera ilmu
yang mahadalam. [Syukur Abdulah]