POLITIK

Ketua PKN NTT, Fransiskus Sukmaniara : Banyak Generasi Muda Takut Berpolitik

FLORESGENUINE.com – Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Fransiskus Sukmaniara menyatakan, banyak generasi muda sekarang yang apatis, tidak peduli bahkan takut berpolitik karena dibayang-bayangi dan ditakut-takuti oleh kaum kapitalis dan oligarki.

Kelompok oligarki dan kaum kapitalis ini kerapkali mengandalkan uang untuk transaksi jual beli suara atau politik uang. Mereka adalah kelompok orang kaya yang memiliki jaringan serta sumber daya yang besar khususnya uang untuk melakukan transaksi dan kerap melakukan intimidasi atau menakut-nakuti generasi muda yang hendak tampil di pentas politik baik di tingkat nasional maupun local.

Menurut mantan anggota DPRD Manggarai Barat ini, generasi muda harus bangkit untuk melawan praktik politik uang yang kerap dilakukan oleh kaum kapitalis dan oligarki.

“Generasi sekarang harus bangkit untuk melawan praktik politik uang dan kaum kapitalis-oligarki yang menakut-nakuti warga negara untuk terlibat aktif dalam berpolitik,” tandas mantan Ketua PMKRI NTT ini, Sabtu (11/11/2023)

Dia mengatakan bahwa politik adalah milik semua orang dan merupakan hak asasi untuk berpartisipasi aktif dalam berpolitik termasuk dalam merebut kekuasaan dan memperjuangkan kesejahteraan bersama. Semua orang harus mengambil bagian dalam politik. Karena politik itu sendiri merupakan urat nadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Partai Kebangkitan Nusantara lahir salah satu misi yakni mendorong atau memotivasi generasi muda agar berani mengambil bagian secara penuh dalam politik. Untuk mewujudkan misi PKN tersebut, ia mengaku sering turun langsung ke tengah masyarakat guna memberikan pendidikan politik dan mengajak generasi muda untuk terlibat aktif dalam berpolitik.

“Dari dulu saya selalu ajak orang muda untuk terlibat dalam berpolitik. Kalau ada yang menakut-nakuti atau politik uang, sebenarnya itu merupakan cara kaum kapitalis dan oligarki untuk merebut kekuasaan dan mempertahankannya untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaan mereka,” tegasnya.

BACA JUGA:  Daftar di PAN Mabar, Iren Surya: PAN Matahari Ini akan Bersinar

Menurut dia, sebenarnya praktik politik uang dilakukan oleh orang-orang yang tidak ‘berotak’. Orang yang tidak ‘berotak’ adalah mereka yang tidak mampu berpikir dan takut kalah sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, termasuk dengan melakukan politik uang. Sebab, jika mereka memiliki otak untuk berpikir rasional dan memiliki gagasan-gagasan bagaimana membangun bangsa dan daerah maka mereka tentu tidak akan melakukan politik uang.

“Kalau mereka berotak, mereka tidak akan bermain uang,” kritik Frans. Meski fenomena politik uang marak di mana-mana, namun menurut Frans, masih banyak masyarakat khususnya para wajib pilih yang bernurai jernih dan mereka tidak mau dikibuli dengan uang. Disadarai pula bahwa politik uang kerapkali juga terjadi lantaran para calon memiliki basis pasar yang sama.

BACA JUGA:  Ondy Christian Siagian Jadi Penjabat Sementara Bupati Manggarai Barat

Hal lain yang tak luput dari sorotan Frans yakni terkait sikap netral oleh kalangan Aparat Sipil Negara (ASN). Menurut dia, larangan bagi ASN terlibat dalam politik bisa kontradiktif. Pasalnya, di satu sisi, ASN dituntut harus netral tetapi di sisi yang lain, mereka adalah wajib pilih yang harus memilih pada saat pemilu.

“Bagaimana mungkin mereka memilih kalau mereka dilarang mengikuti dan mendengarkan gagasan-gagasan yang disampaikan oleh para calon pemimpin saat kampanye politik. Anehnya, lagi, ASN sendiri menginginkan agar pemilu harus berkualitas, sementara, mereka sendiri dilarang hadir untuk mendengarkan kampanye politik,”ujarnya.

Pada umumnya, para ASN selalu diasumsikan sebagai pemilih intelektual, tapi anehnya mereka justru dilarang untuk terlibat mendengarkan kampanye politik. Seharusnya para ASN perlu hadir mendengar kampanye atau pertemuan-pertemuan politik.

Karena itu, menurut dia, seharusnya yang dilarang adalah ASN tidak boleh berkampanye atau menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan kampanye politik. Tetapi sebaliknya, para ASN seharusnya hadir untuk mendengar gagasan-gagasan politik yang disampaikan oleh para kandidat agar para ASN memiliki pengetahuan yang memadai tentang apa yang menjadi visi misi dan program kerja para calon jika dikemudian hari mereka terpilih menjadi pemimpin.

BACA JUGA:  Dua Partai Politik Non Blok Dukung Capres-Cawapres Pilpres 2024
Ketua PKN NTT, Fransiskus Sukmaniara.(Foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

“Kita bisa bayangkan sendiri, jika ada empat ribu ASN di Manggarai Barat yang tidak ikut mendengar kampanye politik tapi mereka harus memilih. Jangan mengharapkan sebuah produk pemilu yang deal,”kritiknya.

Frans sendiri mengaku, ia sudah terlibat aktif dalam politik praktis sejak masih berusia muda. Saat ini, ia memilih bergabung dengan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) sebagai wadah perjuangan politiknya.

Dia menjelaskan bahwa PKN lahir dari rasa keprihatinan terhadap situasi bangsa ini yang belum beranjak dari masalah kemiskinan di segala bidang ditengah sumber daya alam yang melimpah. PKN adalah partai nasionalis nusantara yang hadir mencoba melihat kekayaan nusantara yang selama ini diabaikan dan belum dimaksimalkan untuk kesejahtraan rakyat.

PKN hadir untuk melihat kembali zaman-zaman kejayaan Nusantara yang sekarang diabaikan. Seperti banyak bangunan bersejarah yang tidak terawatt atau diabaikan. Demikian pula, semangat gotong royong dan kenusantaraan kian lemah bahkan terancam hilang. Karena itu, PKN bercita-cita ingin hidupkan kembali nilai-nilai masa kejayaan Nusantara.

Selain itu, PKN ingin memotivasi dan mendorong kalangan generasi muda untuk aktif berpolitik. Karena berpolitik adalah hak semua warga negara dan bukan hanya milik orang-orang kaya, kaum kapitalis dan oligarki. [kis/fg]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button