FLORESIANA

Bos

Oleh : Benediktus Kasman

Warga sudah akrab menggunakan kata bos dalam pergaulan. Tak hanya dipakai untuk saling menyapa. Tapi, kata bos ditambahi keterangan menempel pada oto di kaca depan atau bagian belakangnya.

Di depan sebuah mobil carry open cup bertulis “BOSS KECE”. Juga sering ditemui realita lain tertulis kata-kata selain berbahasa Indonesia dan ada pula berbahasa Inggris: “Big Boss” “Bos Terkenal” “Boss Black” “Bos Hitam” “Bos Kecil”

Tulisan tersebut melekat pada oto roda empat angkutan barang berukuran kecil, open cup dan roda enam berukuran sedang serta oto truk berukuran besar.

Boss dalam linguis Inggris berarti kepala, atasan, majikan. Kemudian kata bos menjadi kosa kata Bahasa Indonesia. Kata serapan berasal dari Bahasa asing. Kata bos dalam KUBI-Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti orang yang menjadi pemimpin, orang yang berkuasa mengawasi, orang yang berkuasa membayar, orang kaya dan berduit. Dan kece bermakna cantik, tampan, keren.

BACA JUGA:  Mengenal Max Regus, Uskup Perdana Dioses Labuan Bajo

Pertanyaannya, ada apa gerangan kata bos dilekatkan pada oto? Kukira ada pesan tertentu di baliknya. Dewasa ini sedang terjadi pergeseran dari menyapa bos buat seseorang berduit menjadi sapaan basa-basi, guyon dan kasih sayang keakraban dalam pergaulan warga sehari-hari.

Kadang-kadang om sopir menempel kata bos termotivasi oleh guyonan dari sesama teman dekat. Mungkin karena ia sukses. Ia ‘pegang duit berkecukupan’ dari hasil kerja keras menyetir oto angkutan penumpang atau muat antar barang-barang. Atau bisa saja sopirnya bernaluri seni. Ia merias otonya untuk memudahkan siapa saja yang bakal menggunakan jasa angkutan. Tulisan itu bermaksud untuk membedakan mobilnya dari oto yang lain.

Ya, kekhasan otonya.

BACA JUGA:  Dari Zaman Rempah-Rempa Hingga Imaji Berpelukan Tetap Golo Mori

Sapaan bos tak hanya hiasan belaka. Tapi, barangkali pendorong semangat kerja. Ia menjadi “tuan” atas dirinya dan bukan sebagai bawahan dari majikan. Bekerja dengan penuh kesadaran tanpa menunggu perintah dari atasannya. Ia jadi bos atas dirinya sendiri dan pekerjaannya.

Oh, kukenang sopir tua renta

Duduk di depan teras rumah

Berapa tahun kau menyetir oto angkut pasir dan batu

Berapa banyak kelokan-kelokan yang mengejutkan kau tempuh

Aku tak tahu berapa duit terkumpul

Kuingat upah dari bos cukup buat hidup sehari-hari

Aku tak punya celengan di masa tua

Suatu ketika aku dipecat

Bos bilang tata buku berhitung rugi

Karena setoran kurang

Wah, aku bukan bos

BACA JUGA:  Meskipun Korban Berjatuhan, Warga Percaya Buaya Nenek Moyangnya

Aku hanyalah bawahan bayaran dari kaum berduit dan kaya.*

Penulis adalah pegiat sosial tinggal di Maumere

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button