Edukasi

Pendidikan Perlu Diubah dari Mesin Pencetak Pekerja Menjadi Ruang Pengasuhan Pemikir Bebas

Banyak sistem pendidikan modern dibangun di atas model lama: mencetak individu yang patuh, teratur dan siap memasuki dunia kerja industri. Fokusnya adalah pada keterampilan teknis, bukan pada kemampuan berpikir mandiri.

Anak-anak diajari untuk mengikuti aturan, mengerjakan soal dengan jawaban tunggal dan menghindari kesalahan—bukan untuk mempertanyakan, mengeksplorasi atau menciptakan hal baru.

Akibatnya, kita menciptakan lulusan yang terampil secara teknis, tapi sering kali bingung ketika dihadapkan pada masalah kompleks yang membutuhkan kreativitas, empati dan pemikiran kritis. Mereka terbiasa diarahkan, bukan mengambil arah.

Padahal, di dunia yang cepat berubah, pemikir lebih dibutuhkan daripada pengikut. Pendidikan semestinya mencetak manusia yang utuh—yang tahu bagaimana belajar, bukan hanya apa yang harus dihafal.

BACA JUGA:  Festival SMKS Stella Maris Labuan Bajo : Merayakan Cinta, Merayakan Budaya Literasi

Filosofinya menyentuh akar dari krisis pendidikan: bahwa sekolah seharusnya menjadi taman pemikiran, bukan jalur produksi. Dunia tidak butuh lebih banyak robot manusia, tapi lebih banyak manusia yang bisa melihat secara luas, berpikir secara dalam, dan bertindak secara bijak.

Maka jika kita ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, sistem pendidikan perlu diubah dari mesin pencetak pekerja menjadi ruang pengasuhan pemikir bebas. *[red/fgc]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button