LINGKUNGAN HIDUP

Mengenal Lebih Dekat Karakteristik Binatang Purba Komodo

Oleh Kornelis Rahalaka [Labuan Bajo]

Pulau Komodo dan Pulau Rinca adalah dua pulau yang selama ini dikenal sebagai habitat asli binatang purba komodo. Sebelum berkunjung ke kawasan yang terkenal sebagai wilayah konservasi Taman Nasional Komodo (TNK), anda sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai sifat dan karakterisktik dari satu-satunya binatang purba yang masih tersisa di muka bumi ini.

Sebab, sudah banyak ceritra piluh dibalik korban gigitan komodo. Kisah tentang kebuasan komodo bukan terjadi hanya satu atau dua kali melainkan tekah berulang kali. Tercatat, dalam rentangan sejarah panjang dari tahun 1974 hingga Maret 2009, sebanyak 16 orang menjadi korban gigitan komodo. Dari jumlah tersebut, lima orang diantaranya, dinyatakan meningal dunia sementara sisahnya harus menjalani perawatan.

Meskipun komodo terlihat jinak, bermalas-malasan hingga kerap tidur-tiduran di bawah kolong-kolong rumah penduduk atau di bawah rindangan pohon, komodo tetaplah satwa liar yang seketika dapat menunjukkan sifat agresifnya tanpa ampun.

Masih segar dalam ingatan, pada tahun 2009, dua orang warga menjadi korban keganasan komodo. Salah satu diantaranya adalah Ma’in, seorang polisi hutan (Polhut) yang bekerja sebagai petugas jagawana di kawasan TNK. Sementara korban satunya lagi yakni Anwar, warga Pulau Mesah yang kala itu sedang berkunjung ke kawasan tersebut.

Peristiwa tragis nan pilu itu terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Beruntung, nasib baik masih berpihak pada Ma’in. Ia dapat diselamatkan berkat kesigapan para petugas medis. Sedangkan Anwar terpaksa harus merengang nyawa.

Dua kejadian tragis itu pun segera memunculkan beragam pertanyaan dikalangan masyarakat. Mungkinkah perilaku komodo telah berubah akibat habitatnya terganggu?

Terlepas dari apapun alasan kebringasan komodo, namun satu hal yang pasti adalah bahwa komodo tetaplah binatang liar dan ganas. Apalagi komodo dewasa adalah predator yang sangat efektif dalam membunuh mangsanya. Dengan ekornya yang panjang, ia mampu memangsa korban hanya dengan sekali mengibaskan ekornya,

BACA JUGA:  Keseruan Binatang Purba Komodo Ketika “Jatuh Cinta”

Komodo adalah pemangsa yang tangguh. Berat badannya kurang dari 100 kg, tetapi hewan buas yang satu ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia mampu melumpuhkan kerbau dengan bobot 250 kg. Ia mempunyai naluri membunuh yang besar. Namun, komodo juga dikenal sebagai binatang penyabar. Sifat sabarnya dalam menunggu mangsa yang memiliki kemampuan berlari kencang seperti rusa. Untuk mangsa yang berlari cepat seperti rusa, komodo biasanya setia dan sabar menunggu berjam-jam di dalam semak belukar atau mengendap-endap di tempat-tempat yang bisa menjadi lintasan rusa.

Komodo juga dikenal sebagai binatang pemakan bangkai atau scavenger. Bau bangkai bagaikan magnet yang mengundang datangnya komodo. Segala macam bangkai disukainya, termasuk ikan-ikan yang mati terdampar di tepi pantai.

Selain suka makan bangkai, satu hal yang tak boleh dilupakan orang adalah daya penciuman komodo sangat tajam, terutama bau darah. Komodo mampu mencium bau darah hingga satu kilo meter,  Itu sebabnya, setiap wanita yang sedang menstruasi dilarang melakukan perjalanan ke habitan komodo.

Perilaku unik komodo tak jarang menjadi bahan ceritra lucu buat para wisatawan. Komodo diceritrakan kerap ‘mencuri’ ikan yang dijemur oleh para nelayan. Komodo juga sering ‘mengambil’ tulang ayam atau sisa-sisa makanan yang dibuang oleh para wisatawan. Bahkan kaos kaki petugas jagawana pun disikatnya. “Si oportunis” itu sepertinya tidak mau ambil pusing atau memilih-milih jenis makanan yang dimakannya. Sifatnya yang oprotunistik itulah maka setiap pengunjung yang datang perlu waspada mendekati komodo serta wajib mentaati segala arahan yang diberikan oleh petugas jagawana atau sang pawang.

BACA JUGA:  Penutupan TNK, Konradus Rindu : Dari Awal Pemerintah Sudah Salah

Ceritra lucu lainnya yakni bahwa pada suatu waktu, seekor komodo tiba-tiba menyerang seorang perempuan muda yang kala itu sedang datang bulan atau mestruasi. Sontak perempuan itu berlari untuk menyelamatkan diri, dengan menaiki tangga di sebuah rumah panggung. Komodo yang sedang bernapsu, berhasil menjangkau sarung yang dikenakan oleh perempuan itu. Sarung itu pun seketika terlepas dan menutupi wajah komodo, maka selamatlah betis dan nyawa perempuan tersebut.

Meningkatnya serangan komodo terhadap manusia disinyalir akibat komodo sudah tidak merasa nyaman hidup di habitatnya yang asli. Sementara, sebagian orang lain memprediksi karena semakin berkurangnya satwa yang menjadi makanan komodo seperti kerbau, rusa dan babi hutan. Hingga kini, memang belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya korelasi antara agresivitas komodo dengan berkurangnya ketersediaan makanan atau rusaknya habitan asli komodo.

Namun, banyak pihak mensinyalir, perubahan perilaku komodo mengindikasikan semakin terganggunya kenyamaman hidup komodo serta berkurangnya makanan komodo. Selain itu, Selain itu, sebagai dampak dari aktivitas periwisata, perburuan liar berikut populasi penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Berikut, kebakaran hutan dan padang savana yang juga kerap terjadi di kawasan itu.

Jika anda datang ke kawasan ini, anda akan segera disuguhi pemandangan unik dan kerap menyeramkan juga. Komodo biasanya tidur-tiduran di bawah kolong-kolong rumah. Binatang purba itu tampak bermalas-malasan dan bergerak lamban. Namun, komodo juga bisa naik di atas rumah panggung, tidur di bawah tempat duduk seperti kucing atau anjing. Komodo seolah-olah jinak.

BACA JUGA:  Ancaman Global Warming Kian Nyata, VCA Indonesia Program Gelar Raising Awareness Komunitas

Binatang komodo memang terkenal mudah beradaptasi dengan keberadaan manusia. Binatang buas yang terkenal dengan nama varanus komodoensis itu seolah tahu bahwa di mana ada manusia, di situ ada makanan. Meskipun tidak mudah memastikan, sejauh mana interaksi komodo tatkala berhadapan dengan manusia. Namun kesan awal yang terpatri di hati, binatang langka tersebut seolah sangat ‘bersahabat’ dengan manusia.

Kesan pertama itu dapat anda rasakan ketika datang ke pusat-pusat lokasi kunjungan seperti di Loh Liang di Pulau Komodo dan di Loh Buaya di Pulau Rinca. Binatang-bintang komodo nampak ‘bersahabat’ dengan manusia. Sifat ‘ramah’ komodo jangan sekali-kali dianggap sebagai ekspresi sebuah persahabatan. Pasalnya, komodo tetaplah binatang buas dan liar. Komodo sangat berbahaya. Jika tidak hati-hati, nyawa bisa menjadi taruhan. Sikap sembrono atau menyepelekan komodo, bisa berakibat fatal, dimangsa komodo.

Sejumlah kisah piluh di atas membuktikan adanya sikap alpa atau keteledoran manusia ketika berhadapan dengan komodo. Perlu disadari bahwa komodo tetaplah satwa liar yang buas. Sifatnya sebagai predator oportunistik hendaknya membuat setiap orang waspada terhadapnya. Perilakunya yang beringas dan dengan kemampuan yang luar biasa dasyat, komodo tetaplah monster yang sangat berbahaya. Karena itu, berhati-hatilah selama anda ‘bergaul’dengan binatang purba Komodo. *

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button