BUMI MANUSIA

Hati Damai, Wisata Rohani di Bukit Doa Wato Miten Lembata

FLORESGENUINE.com – Bagi sebagian warga masyarakat Lembata, nama bukit doa Wato Miten sudah tak asing lagi. Gugusan perbukitan yang terletak di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan, Kebupaten Lembata, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dulu merupakan kawasan gersang dan terdiri dari padang savanna, tempat warga setempat berburu binatang hutan.

Namun, hanya dalam rentang waktu relatif singkat, yakni sekitar tahun 2011-2016, bukit gersang ditumbuhi padang savanna dan bebatuan cadar tersebut disulap menjadi salah satu destinasi wisata rohani. Setiap pengunjung yang datang di bukit ini, ia tidak hanya disuguhi pemandangan alam yang pesona tetapi serentak membuat hati menjadi damai sejahtera.

Untuk mencapai bukit doa Wato Miten, para peziarah atau pengunjung dapat menggunakan jasa angkutan pedesaan atau dengan kendaraan sewa. Waktu tempuh hanya sekitar 30 menit dari Kota Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata.

BACA JUGA:  Mengenal Tempat Menyimpan Jagung Khas Nagekeo

Akses menuju ke bukit doa Wato Miten relatif lancar lantaran infrastruktur jalan yang menghubungkan kawasan tersebut terbilang cukup baik dan mulus. Tentu saja, pembangunan infrastruktur yang baik ini berkat komitmen pemerintah Lembata kala itu yang telah menetapkan pembangunan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan.

Beberapa ruas jalan dibangun mengitari perbukitan sepanjang sekitar satu kilometer. Selain jalan yang mulus, beberapa fasilitas penunjang pariwisata pun dibangun di lokasi ini seperti arca patung Maria Bunda Segala Bangsa dengan 14 stasi yang melukiskan kisah hidup dan sengsara Yesus Kristus.

Patung Maria Bunda Segala Bangsa ini sendiri menurut informasi dibangun oleh seorang warga beragama muslim bernama Eko Priono, pria asal kota Yogyakarta. Tinggi Patung Maria Bunda Segala Bangsa yakni empat meter dengan tinggi pangkuan beton mencapai 11 meter.

Namun, jika diukur dari permukaan laut, maka patung ini setinggi 140 meter. Dengan ketinggian ini, maka patung doa Wato Miten boleh dibilang merupakan salah satu patung tertinggi di dunia.

BACA JUGA:  Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Keberlanjutan

Sungguh tak terbayangkan bahwa bukit berbatu dan gersang ini menjadi salah satu spot wisata religi yang tak hanya menawarkan keindahan alamnya tapi juga memberikan kedamaian di hati setiap insan Tuhan yang datang.

Kisah jalan salib sengsara dan wafat Yesus Kristus di bukit doa Wato Miten.(Foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Tempat ini memang sangat cocok bagi para peziarah iman. Selain para peziarah dapat mengikuti jejak kisah sengsara Yesus Kristus, para pengunjung juga dapat menikmati aktivitas wisata lainnya di lokasi ini. Di kaki bukit doa, terdapat bangunan kapela dan biara kontemplasi, coloseum, area pentas budaya, penjualan souvenir atau cenderamata serta penginapan.

Sementara itu, di pinggir jalan menuju bukti doa, berdiri megah patung Santo Petrus menghadap ke bukit doa tersebut. Untuk menuju ke puncak bukit doa, para pengunjung dapat menggunakan kendaraan atau berjalan kaki menyusuri jalan berkelok sambil menikmati panorama alam yang menakjubkan. Di sisi kira dan kanan jalan, tumbuh sejumlah tanaman peneduh seperti manga, kelengkeng, kelapa bali, berbagai jenis bunga dan pohon lokal lainnya.

BACA JUGA:  Mengenang Labuan Bajo Tempoe Doeloe, Merajut Riwayatnya Masa Kini

Dari punggung bukit, para pengunjung disuguhi panorama alam yang mempesona, birunya laut yang membentang luas diantara segitiga teluk Lembata, Adonara dan Solor serta deretan gunung berapi aktif yakni gunung Boleng dan, Lewotolok serta gunung Uyelewun di Kedang melengkapi jejak para peziarah.

Hampir setiap hari, para wisatawan mendatangi kawasan ini baik mereka yang sekadar ingin berekreasi atau melepas lelah maupun mereka yang ingin menemukan kedamaian dan memperteguh keimanannya. [Kornelis Rahalaka]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button