NUSANTARA

Anggota DPR RI, Ahmad Yohan : NTT Tidak Miskin, Hanya Tidak Ada Keberpihakan Pemerintah

FLORES GENUINE – Anggota DPR RI, Ahmad Yohan menegaskan bahwa Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak miskin, hanya tidak ada keperpihakan dari pemerintah. Penegasan itu disampaikan Yohan saat rapat kerja bersama Menteri Desa dan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto dan para kepala desa se-Kabupaten Manggarai Barat yang digelar di Aula Gereja Paroki Maria Bunda segala Bangsa, Wae Sambi, Labuan Bajo, Senin (23/6/2025).

Anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) di hadapan Menteri Yandi, dia menjelaskan sekilas sejarah terbentuknya Propinsi NTT. Yohan menjelaskan bahwa sebelum Propinsi NTT terbentuk menjadi propinsi sendiri, awalnya, wilayah ini disebut Sunda Kecil yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun pada tahun 1958, Sunda Kecil dimekarkan menjadi tiga propinsi yakni Propinsi Bali, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat masih bernama Sunda Kecil, Flores adalah salah satu kabupaten dengan ibu kotanya di Ende.

BACA JUGA:  Pengembangan Pariwisata Flores, Mengurangi Ketimpangan di Nusa Tenggara

Pada tahun 1958, wilayah Sunda Kecil yang meliputi Bali, NTB dan NTT dimekarkan menjadi tiga propinsi. Pembagian wilayah Sunda Kecil ini didasarkan pada latarbelakang kultural yaitu Propinsi Bali beragama Hindu, Propinsi NTB beragama Muslim dan Propinsi NTT beragama Kristen dan Katolik.

Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan pemerintah pusat. Dalam perjalanan waktu, Propinsi Bali semakin maju dengan pariwisatanya. Seperti Kabupaten Badung. Yang terkenal sangat maju. Lalu, Propinsi NTB juga bergerak lebih maju dengan pembangunan Mandalikanya. Sementara Propinsi NTT masih terus dianggap sebagai propinsi termiskin dan tertinggal.

“Padahal, NTT ini tidak miskin. Hanya tidak ada keberpihakan saja,” tandas Johan.

Menurut Yohan, survei yang dilakukan BPS selalu melihat kriteria kemiskinan dari kondisi rumah, jarak toilet dari rumah tinggal, demikian pula dalam hal makan minum yang seharusnya empat sehat lima sempurna, lalu disimpulkan bahwa NTT masih miskin dan tertinggal. Lalu, dibandingkan dengan Jawa atau Sumatera yang jauh lebih maju. Padahal, di Jawa, kritik Johan,  biar tidak ada kali tapi dibuatkan jembatan.

BACA JUGA:  Puluhan Bayi dan Anak-Anak Antri Minta Berkat Paus Fransiskus
Anggota DPR RI, Ahmad Yohan saat konferensi pers bersama Menteri Desa dan Pembangunan Daerah tertinggal. (foto : flores genuine)

“ Kalau di Jakarta, nggak ada kali tapi dibangun jembatan. Kalau di Jawa, menteri pertanian membagi traktor ratusan untuk petani tapi di wilayah kami, hanya ada tiga,” kritik Yohan dengan nada berseloroh.

Ia juga menyebutkan bahwa pendidikan di NTT sering dianggap belum maju dan masih bodoh padahal, Yohan dengan nada tegas menyatakan bahwa ada banyak tokoh dari NTT di pentas nasional seperti pakar ekonomi Fans Seda yang menjabat sebagai menteri sejak zaman Orde Lama, Orde Baru hingga Orde reformasi. Adrianus Moy yang menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia dan ahli bahasa Gories Keraf asal Lamalera, Lembata adalah beberapa tokoh NTT.

“ Itu berarti kami ini pintar,” ujarnya.

BACA JUGA:  Mobil Terbakar di Balurebong, Empat Dokter Selamat

Persoalan di NTT, menurut Yohan hanya pada soal keberpihakan saja dari pemerintah. Ketidakberpihakan pemerintah ini tercermin dari masalah alokasi anggaran dan program-progran pembangunan yang belum berpihak pada kepentingan dan kebutuhan  masyarakat NTT serta tidak menjawab berbagai persoalan di NTT. [red/fgc]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button