PARIWISATA

10 Destinasi Wisata Favorit di Lambata yang Direkomendasikan untuk Anda Kunjungi

FLORESGENUINE.com-  Untuk berwisata ke Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Anda dapat melalui dua jalur yakni melalui jalur udara dari Kupang – Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata dengan pesawat Trans Nusa atau Susi Air atau melalui jalur laut Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur (Flotim) – Lewoleba.

Lembata memiliki beragam distinasi wisata yang direkomendasikan untuk Anda kunjungi baik wisata alam maupun budaya. Berikut 10 destinasi wisata tervaforit yang wajib Anda kunjungi dalam petualangan berwisata di Pulau Lembata.

Pantai Waijarang

Pantai ini terletak sekitar 15 km dari kota Lewoleba yang dapat ditempuh sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil atau kendaraan roda dua. Pantai indah ini terbentuk dari bebatu karang yang cadas, dan hanya memiliki sedikit berpasir putih.

Di kawasan ini terdapat spot wisata religi keagamaan Katolik. Sejumlah arca berupa patung keluarga kudus Yosef, Maria dan Yesus serta salib Yesus dibangun ditepi pantai ini. Di tepi pantai yang indah ini pula terdapat kuma resor yang menyediakan fasilitas dan akomodasi bagi para wisatawan.

Pantai Mingar

Pantai Mingar terdapat di Desa Mingar, Kecamatan Nagawutung. Pantai berpasir putih ini membentang luas sejajar garis pantai mencapai 3 km. Spot wisata yang satu ini merupakan salah satu pantai terindah di Lembata yang layak anda kunjungi.

Jernihnya laut berikut bentangan pasir putih berwarna kristal tentu sangat cocok untuk aktivitas berjemur, snorkeling atau diving. Pada musim tertentu, laut di perairan ini bergelombang tinggi hingga menca[ai 2-3 meter, sehingga sangat cocok bagi para peselancar. Setiap akhir pekan atau hari libur, pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan local.

Sejumlah fasilitas wisata telah dibangun di kawasan ini seperti tempat untuk kuliner, area parkir dan panggung untuk atraksi seni dan budaya. Sementara itu, anda juga dapat bermain voli pantai di pantai berpasir putih ini.

Pada bulan Februari, pengunjung dapat menyaksikan upacara adat penangkapan nale, yakni sejenis cacing laut. Sebelum melakukan penangkapan nale, masyarakat local  terlenih dahulu menggelar ritual adat yang unik dan menarik.

Tak jauh dari pantai Mingar, hanya dengan berjalan kaki menuju Tanjung Naga. Di lokasi ini Anda dapat menyaksikan ribuan burung wallet dan kelelawar di dalam gua-gua yang mempesona.

Di Pantai ini pula terdapat beberapa homestay yakni rumah penduduk setempat yang bisa anda sewa untuk menginap.

Gunung Ile Lewotolok

Gunung Ile Lewotolok atau sering disebut dengan nama Ile Ape merupakan gunung api aktif yang kerap mengalami erupsi. Gunung  dengan ketinggian 1423m dpl ini menawarkan keindahlah panorama alam yang menakjubkan.

Gunung Ile Lewotolok terletak di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Destinasi wisata alam yang satu ini dapat dicapai melalui jalan darat dari Lewoleba dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam.

Untuk menuju puncak gunung, para pendaki harus mempersiapkan diri dengan baik karena membutuhkan fisik dan mental yang kuat dan tangguh. Umumnya, para pendaki akan memulai perjalanan dari Desa Atawatung atau Desa Baopukang. Dua tempat ini berada di sisi utara gunung Lewotolok.

Berdasarkan pengalaman sejumlah wisatawan, waktu untuk mencapai puncak gunung Ilelewotok sekitar 5 jam. Di puncak gunung terdapat hamparan pasir yang mahaluas dengan gunung api aktif berada di tengah hamparan pasir tersebut.

Dipuncak gunung ini terdapat kawah besar menyerupai kaldera berbentuk bulan sabit yang oleh warga setempat menyebutnya metong lamataro. Sementara di sisi sebelah tenggara terdapat sebuah gunung kecil bebentuk kerucut tampak berdiri kokoh.

Di puncak gunung ini pengunjung dapat menyaksikan sunrise pun sunset karena tak ada yang menghalangi. Gunung Ile Lewotolok merupakan salah satu gunung tertinggi di Lembata dengan pemandangan mencapai 360 derajat.

BACA JUGA:  Pesona Buriwutun, Menikmati Keunikan Budaya dan Keindahan Panorama Alam

Dalam catatan sejarah, gunung ini pertamakali erupsi pada tahun 1660. Gunung ini kemudian meletus lagi pada tahun 1819 dan 1849. Lalu pada tanggal 5 dan 6 Oktober 1852 terjadi letusan yang sangat dasyat hingga merusak wilayah di sekitarnya bahkan memunculkan kawah baru dan komplek solfatara di sisi timur tenggara.

Gunung Api Batutara

Pulau Batutara berada di Pulau Komba yakni sebuah pulau mungil yang terletak tidak jauh dari Ile Lewotolok atau Ile Ape. Pulau kecil ini terletak di tengah laut Flores. Pulau ini taka da penduduk namun menjadi tempat bagi para nelayan untuk mencari ikan. Penduduk setempat tak pernah menyangka bahwa pulau mungil ini adalah sebuah gunung berapi aktif.

Padahal, menurut catatan sejarah, gunung kecil yang terletak sekitar 50 km di bagian utara Pulau Lembata ini pernah meletus pada tahun 1847 dan 1952. Letusan itu disebutkan menghasilkan bom vulkanik disertai aliran lahar panas.

Pada tahun 2006, gunung kecil ini kembali meletus dengan melontarkan abu vulkanik setinggi sekitar 5000 kaki atau  sejauh dua kilometer. Pada Maret 2007, gunung api Batutara kembali meletus. Letusan kali ini mengagetkan sebagian besar penduduk baik di Ile Ape maupun wilayah Kedang. Banyak penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Para pengunjung dapat berpetualang ke pulau mungil ini untuk menyaksikan keiandahan alam yang luar biasa menakjubkan. Waktu yang tepat untuk menyaksikan keajaiban alam ini yaitu pada hari  menjelang malam atau menjelang fajar di pagi hari lantaran pada waktu-waktu tersebut, pengujung dapat menyaksikan semburan lava disertai pijaran cahaya berwarna warni yang tentu saja sangat memukau.

Untuk mencapai Batutara, pengunjung menggunakan kapal laut. Namun, pengunjung dilarang mendekat ke kaki gunung tersebut sesewaktu gunung tersebut dapat mengeluarkan abu vulkanik dan pijaran lava yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan. Itu sebabnya, para pengunjung hanya diperbolehkan untuk berlabuh di tengah laut sambil menyaksikan  aktivitas gunung Batutara dari atas kapal.

Batutara kini telah menjadi salah satu destinasi tervaforit di Pulau Lembata. Banyak wisatawan mancanegara kerap datang di ke tempat ini untuk menyaksikan secara langsung keajaiban gunung api Batutara.

Pantai Lewolein

Pantai Lewolein dapat ditempuh dengan mobil atau kendaraan roda dua dari Lewoleba. Pantai indah ini dapat dicapai hanya dalam waktu setengah jam perjalanan. Terletak di jalan trans Lewoleba-Kedang, pantai ini telah lama terkenal sebagai tempat persinggahan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan baik dari dan ke Kedang.

Beberapa tahun lalu, pantai ini oleh pemerintah Lembata telah disulap menjasi salah satu destinasi wisata pantai dengan wisata kuliner yang cukup ramai dikunjungi. Selain menawarkan keindahan pantai dengan teluk Lewolein yang indah, di tempat ini pula para pengunjung dapat menikmati beragam masakan kuliner khas Lembata seperti ketupat, rumpurame, ikan bakar, cumi, siput dan beragam hasil laut lainnya.

Selain menikmati keindahan panorama alam pantai berpasir kecoklat-coklatan, para pengunjung dapat menikmati indahnya gunung Ile Lewotolok yang berdiri megah sebelah utara Lewoleba. Dari jarak yang tak terlampau jauh, pengunjung bisa menyaksikan lontaran abu vulkanik dari atas puncak gunung Ile Lewotolok yang sesekali mengeluarkan gemuruh dentuman.

Pantai Wailolong

Pantai Wailolong terletak di Desa Wailolong, Kecamatan Omesuri merupakan salah satu spot wisata pantai yang layak anda kunjungi. Sebagian pantai Wailolong berpasir putih namun sebagian lainnya adalah bebatuan cadas. Kawasan ini sangat cocok bagi mereka yang punya hobi snorkeling dan diving. Juga sangat baik bagi mereka yang ingin menikmati petualangan alam karena selain terkenal dengan panorama alam pantainya yang indah, tak jauh dari pantai Wailolong terdapat Tanjung Baja yaitu sebuah kawasan yang ditumbuhi savanna yang mahaluas membentang membujur dari utara hingga selatan.

BACA JUGA:  Menemukan Model Pengembangan Ekowisata Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal
Pesona Pantai Belutewan di Kecamatan Buyasuri. (Foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Tanjung Baja merupakan kawasan yang belum berpenduduk, tempat para nelayan mencari ikan atau berburu binatang hutan seperti babi atau rusa. Sejauh mata memandang, tampak padang savanna membentang luas dengan sedikit pohon pahlawa tumbuh subur disekitarnya.

Pada musim hujan, kawasan savanna ini tampak hijau memanjakan mata, namun memasuki musim kemarau, kawasan padang savanna ini berubah menjadi gersang atau kuning keemasan. Terletak diteluk di teluk Wailolong, membuat arus air laut di kawasan pantai ini relative tenang sehingga cukup baik untuk aktivitas wisata air seperti snorkeling, diving atau berjemur.

Pantai Paheng Waq

Pantai berpasir putih nan elok ini terletak di kawasan Belutewan, Kecamatan Buyasuri. Untuk mencapai destinasi wisata Paheng Waq, pengunjung bisa menggunakan mobil atau sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Lewoleba.

Akses menuju kawasan Paheng Waq relative mudah dijangkau karena jalannya sudah beraspal. Hanya beberapa titik yang mengalami kerusakan. Di sepanjang jalan menuju Paheng Waq, pengunjung dapat menyaksikan panorama alam yang indah terdiri daro padang savanna dan perbukitan yang tandus dan berbatuan cadas.

Kawasan Paheng Waq dan Belutewan pada umumnya, boleh dibilang masing cukup terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk. Pada umumnya, warga hanya datang ke tempat ini untuk berkebun, berburu atau menangkap ikan setelah itu pulang ke perkampungan mereka yang terletak di kaki gunung Uyelewun.

Pantai Paheng Waq tidak hanya menawarkan  keindahan alam pantainya yang berpasir putih menawan tapi juga tempat yang sangat cocok untuk aktivitas snorkeling, diving atau berjemur. Beberapa pulau kecil terbentuk dari bebatuan cadas terdapat di kawasan indah ini.

Pada hari libur atau setiap akhir pecan, banyak warga yang berkunjung ke spot wisata yang satu ini untuk sekedar bersenang-senang atau aktivitas mencari hasil laut.

Pantai Bean

Tak jauh dari Pantai Paheng Waq atau Belutewan terdapat Pantai Bean yang terkenal dengan pantainya yang berpasir putih berbentuk kristal. Pantai Bean terbilang merupakan salah satu pantai berpasir putih yang memiliki garis pantai terpanjang yang membentang dari Bean di bagian timur hingga Pantai Natu dan Atanila atau Nilanapoq dibagian paling barat.

Kawasan pantai Bean hingga Nilanapoq merupakan terdiri dari pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih dan bersih sehingga sangat cocok untuk aktivitas wisata seperti snorkeling, diving maupun berjemur.

Bagi anda yang ingin merasakan sensasi pantai berpasir putih ini, anda dapat melakukan perjalanan wisata dengan menelusuri pantai berjarak sekitar 30 km. Sepanjang pantai anda akan disuguhi pemandangan alam yang indah.

Selain menikmati birunya laut dan putihnya pasir, di sepanjang pantai terdapat hutan bakau, pandan dan tanaman kelapa milik masyarakat setempat yang dapat anda nikmati. Namun, jika anda ingin mengunjungi kawasan ini, sebaiknya anda didampingi oleh guide local atau warga setempat agar anda tidak tersesat atau mengalami hal-hal yang tak diinginkan.

Kampung Nelayan Lamalera

Lamalera sudah lama dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya terkenal di Pulau Lembata. Lamalera merupakan kampung nelayan yang terkenal dengan budaya penangkapan ikan paus secara tradisional.

Sebelum melakukan aktivitas penangkapan ikan paus, masyarakat Lamalera mendahului dengan melakukan ritual adat yang disebut leva nuan. Ritual ini melibatkan fungsi likat telo yang merupakan kearifan local di mana masyarakat setempat sangat mempercayai tuan tanah, penguasa laut dan penguasa kampung sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup dan keberuntungan hidup mereka.

BACA JUGA:  Jelang Kegiatan Komodo Travel Mart Juni 2024, ASPPI Kordinasi dengan BPO Labuan Bajo

Musim melaut atau leva nuan bagi orang Lamalera adalah masa yang penuh rahmat yang dimlai pada bulan Mei sampai Oktober. Bulan-bulan ini merupakan waktu terbaik bagi mereka untuk mengais rezeki di lautan lepas.

Kebanyakan penduduk Lamalera terutama laki-laki adalah nelayan yang mengarungi lautan untuk mencari nafkah hidup. Para pengunjung atau wisatawan dapat menyaksikan upacara adat leva nuan dibawah bimbingan para tetua adat setempat dan pastor dalam upacara misa.

Untuk mencapai Kampung Lamalera anda dapat menumpang kendaraan angkutan pedesaan, mobil sewaan atau sepeda motor dari Lewoleba menuju Lamalera dengan waktu tempuh mencapai 3 – 4 jam perjalanan. Maklum akses jalan ked an dari wilayah ini belum sepenuhnya baik atau mudah dijangkau lantaran sebagian ruas jalan masih dalam kondisi rusak.

Bukit doa Wato Miten, wisata religi keagamaan Katolik yang menawarkan kedamaian. (Foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Bukit Doa Wato Miten

Bukit doa Wato Miten terletak di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan. Kawasan ini dulu merupakan perbukitan gersang yang ditumbuhi savanna, tempat warga berburu binatang hutan. Namun, tahun 2011-2016, bukit gersang ini telah disulap oleh pemerintah menjadi salah satu destinasi wisata rohani.

Setiap pengunjung yang datang ke bukit ini, tak hanya disuguhi pemandangan alam yang mempesona tetapi serentak membuat hati menjadi lebih damai sejahtra.

Untuk mencapai bukit doa Wato Miten, para pengunjung dapat menggunakan jasa angkutan pedesaan atau kendaraan sewa. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Kota Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata.

Akses menuju ke bukit doa Wato Miten relatif lancar lantaran infrastruktur jalan yang menghubungkan kawasan tersebut terbilang cukup baik dan mulus. Beberapa ruas jalan dibangun mengintari perbukitan sepanjang sekitar satu kilometer. Selain jalan yang mulus, beberapa fasilitas penunjang pariwisata pun dibangun di lokasi ini seperti arca patung Maria Bunda Segala Bangsa dengan 14 stasi yang melukiskan kisah perjalanan hidup dan sengsara Yesus Kristus.

Patung Maria Bunda Segala Bangsa ini sendiri menurut informasi dibangun oleh seorang warga beragama muslim bernama Eko Priono, pria asal kota Yogyakarta. Tinggi Patung Maria Bunda Segala Bangsa yakni empat meter dengan tinggi pangkuan beton mencapai 11 meter. Namun, jika diukur dari permukaan laut, maka patung ini setinggi 140 meter. Dengan ketinggian ini, maka patung doa Wato Miten boleh dibilang merupakan salah satu patung tertinggi di dunia.

Tempat ini memang sangat cocok bagi para peziarah iman. Selain pengunjung dapat mengikuti jejak kisah sengsara Yesus Kristus, juga dapat menikmati aktivitas wisata lainnya di lokasi ini. Di kaki bukit doa, terdapat bangunan kapela dan biara kontemplasi, coloseum, area pentas budaya, penjualan souvenir atau cenderamata serta penginapan.

Sementara itu, di pinggir jalan menuju bukti doa, berdiri megah patung Santo Petrus menghadap ke bukit doa tersebut. Untuk menuju ke puncak bukit doa, para pengunjung dapat menggunakan kendaraan atau berjalan kaki menyusuri jalan berkelok sambil menikmati panorama alam yang menakjubkan. Di sisi kira dan kanan jalan, tumbuh sejumlah tanaman peneduh seperti manga, kelengkeng, kelapa bali, berbagai jenis bunga dan pohon lokal lainnya.

Dari punggung bukit, para pengunjung disuguhi panorama alam yang mempesona, birunya laut yang membentang luas diantara segitiga teluk Lembata, Adonara dan Solor serta deretan gunung berapi aktif yakni Gunung Boleng dan, Lewotolok serta gunung Uyelewun di Kedang dapat anda saksikan dari puncak bukin Wato Miten. [kornelis rahalaka]

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button