Senin pagi, tanggal 25 September 2023, saya bersama Mr.Aitor Sumeta Olarriaga dan istrinya Mrs Sumeta Olarriaga, check out dari Seraya Sudamala Resort untuk melakukan perjalanan wisata ke sejumlah pulau di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK).
Pulau Seraya merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di bagian utara kota Labuan Bajo. Pulau mungil berpasir putih itu boleh dibilang masih terjaga dengan baik. Tampak hamparan terumbu karang yang mempesona. Tempat ini memang merupakan salah satu tempat yang sangat cocok bagi mereka yang ingin menghabiskan liburan panjangnya.
Bagi Mr. Olarriaga dan nyonya Olarriga, menginap di tempat ini sungguh mengesankan. Mereka dapat menikmati keindahan alam bawah laut, selain hamparan terumbu karang yang beraneka warna juga berbagai jenis ikan mereka temukan di wilayah perairan ini.
Hari itu, mereka memang harus meninggalkan Sudamala Resort untuk melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Komodo. Mereka akan menyinggahi beberapa pulau kecil yang indah antara lain Kelor, Rinca, Menjerite dan Kalong.
Tepat Pkl.08.00 pagi Wita, kami menuju dermaga kayu tidak jauh dari Resort Seraya Sudamala. Sebuah open deck boat tengah berlabuh di ujung dermaga. Kapal itu yang akan mengangkut kami berkeliling di beberapa pulau. Rute perjalanan kami yaitu Pulau Kelor, Pulau Rinca, Pulau Kalong, Menjerite dan berakhir di Hotel Jayakarta.
Kapal kayu yang kami tumpangi perlahan meninggalkan dermaga menuju Pulau Kelor. Hanya butuh sekitar satu jam perjalanan, kapal yang kami tumpangi telah merapat di dermaga Pulau Kelor. Kami bertiga bergegas turun dan langsung trekking menuju puncak bukit untuk menyaksikan keindahan alam Pulau Kelor, berpasir putih dengan birunya lautan yang mengintarinya.
Ya…pulau mungil yang indah ini memang jaraknya tidak jauh dari kota Labuan Bajo. Ia hanya butuh waktu 20 menit perjalanan dengan speead boat atau satu jam dengan kapal motor. Pulau ini memang menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi para wisatawan.
Di puncak bukit, sejauh mata memandang tampak bentangan laut biru dipadu pantai berpasir putih yang menakjubkan. Kami pun mengabadikan setiap momen dengan kamera handphone yang kami bawah. Beberapa waktu berlalu, kami pun turun ke kembali ke lereng bukit untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati keindahan alam sekitarnya.
Kedua wisatawan asing ini tampak menikmati suasana pantai yang indah itu. Namun, keterpesonaan Mr. Olarriga bersama ibu akan keindahan alam Pulau Kelor sedikit terganggu oleh sampah-sampah yang berserakan di beberapa titik di tepi pantai yang indah itu. Sampah-sampah itu tentu saja sangat mengganggu pemandangan dan memberi kesan yang buruk bagi wisatawan.
“Mengapa ada sampah di sini?” tanya Mr Olarriaga singkat dengan nada kecewa. Beberapa saat berselang ia pun membungkuk dan memungut sampah-sampah yang dibiarkan berserakan di tepi pantai. Botol plastik, air mineral, kertas kresek, bungkusan permen dan batok kelapa adalah beberapa jenis sampah yang dibuang begitu saja di lokasi tersebut.
Kami bersama-sama memungut sampah-sampah yang berserakan itu. Dalam hati saya, hanya bisa membatin dan bertanya, siapa yang akan bertanggungjawab terhadap sampah-sampah ini?
Waktu pun menunjukkan pkl.10.00 Wita, pertanda kami harus meninggalkan pulau indah ini untuk melanjutkan perjalanan menuju Pulau Rinca. Kami pun bergegas meninggalkan pulau mungil nan cantik itu.
Kapal kayu yang kami tumpangi kembali melaju perlahan meninggalkan dermaga Kelor menuju Loh Buaya di Pulau Rinca yang merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit karena kawasan ini merupakan salah satu habitat asli binatang purba komodo, satu-satunya hewan purba yang masih tersisa di muka bumi.
Usai mengunjungi Pulau Rinca, kami berlayar menuju Pulau Kalong dan selanjutnya ke Menjerite. Dari Menjerite kami kembali ke Hotel Jayakarta, tempat Mr. Olarriaga dan nyonya menginap dan menikmati keindahan kota Labuan Bajo.
Perjalanan kali ini boleh dibilang sangat berkesan, sekurang-kurangnya kesan itu yang terbetik dihati Mr.Olarriaga dan ibu. Mudah-mudahan, sampah-sampah yang berserakan di Pulau Kelor dan di tempat-tempat wisata lainnya, tidak mengurangi rasa rindu bagi kedua wisatawan atau para wisatawan lainnya untuk kembali datang ke Labuan Bajo.*