
FLORES GENUINE – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan bahwa luas perkebunan kopi di NTT mencapai 25.896 hektar. Tak heran NTT termasuk 10 besar produksi kopi secara nasional.
Produksi kopi NTT pernah mengalami kenaikan pada periode 2017-2021. Namun, kenaikan ini tidak sebanding dengan kenaikan luas lahan. Sementara produktivitas kopi di NTT tercatat 331 kg gb/ha pada 2021. Angka ini termasuk cukup rendah. Di mana pada tahun 2021, produksi kopi di NTT tercatat 25.896 ton, dengan hampir 85 persen berasal dari Pulau Flores diantaranya Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat.
Data BPS Kabupaten Manggarai Barat tahun 2023 dan BPS Kabupaten Manggarai Tahun 2024 sendiri menunjukan ada penurunan produksi kopi. Produksi kopi di Kabupaten Manggarai Barat sejak tahun 2019-2022 terus menurun. Data ini dapat dilihat dari produksi kopi tahun 2019 sebesar 2017 ton, menurun 39,98 persen menjadi 1.210,4 ton di tahun 2022. Sedangkan di Kabupaten Manggarai, produksi kopi tahun 2023 sebesar 7.537 ton, menurun sebesar 25,67% dari tahun sebelumnya.
Padahal, jika dilihat dari peluang, angka produksi kopi di wilayah cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa factor seperti potensi pasar kopi Manggarai sangat besar. Peluang ini dapat didorong untuk menaikan nilai kopi sebagai salah satu warisan tradisi dan budaya kopi Manggarai. Selain itu, perkenunan kopi dapat dikembangkan sebagai ekowisata yang menadi variabel penambah daya tarik destinasi wisata.
Peluang tersebut didukung kebijakan pemerintah propinsi dan daerah melalui program Dasa Cipta. Mengingat komoditas kopi memiliki akses ke pasar yang lebih terjangkau dan kopi Manggarai memiliki keunikan dan keaslian. Meskipun memiliki peluang besar namun ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh petani kopi di Manggarai.
Tantangan itu antara lain keterbatasan pengetahuan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan teknis budidaya kopi. Dominasi perkebunan kopi rakyat dengan praktek budidaya yang masih tradisional. Selain itu, budaya instan dan keterbatasan pendanaan. Kerentanan terhadap perubahan iklim dan bencana alam.
Data BPS Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat juga menunjukan produktifitas kopi terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan juga oleh tanaman kopi di dua wilayah ini didominasi oleh perkebunan rakyat yang berusia tua. Selain itu, teknis budidaya kopi masih belum menerapkan teknik budidaya yang benar.* [red/fgc]