
Sejak hadirnya paltform FB Pro, batasan etis serentak kabur bahkan hilang ketika semangat memburu dolar merasuki diri pengguna aplikasi tersebut. Aktifitas pembuatan konten acap kali menerobos batas etika. Nilai manusia sebagai makhluk bermartabat luhur serentak terdegradasi akibat konten yang acapkali menerobos pagar kontrol etis. Seolah semua jenis konten dianggap layak untuk dibagikan dan ditonton ketika dikemas dengan motif memburu dolar dari Meta.
Keseharian kita dihiasi dengan pemandangan yang mencerminkan lemahnya empati, solidaritas dan kemanusiaan serta moralitas kita. Orang lebih senang membuat vidio atau mengambil gambar ketika ada orang lain yang sedang tertimpa bencana dari pada memberikan bantuan segera. Adegan yang sebenarnya tabu untuk diperlihatkan di ruang publik kini dianggap wajar. Tidak sedikit orang membuat konten berupa adegan yang secara etis sungguh tidak layak ditonton banyak orang. Sakralitas ranah kehidupan privat serentak dikomersialisasi demi menarik simpati meta.
Tulisan ini membahas motif pembuatan konten dari perspektif pertimbangan etis. Bahwa siapapun yang berminat menggeluti produksi konten sebagai ladang untuk mendulang penghasilan tambahan mempunyai tanggungjawab untuk menjaga nilai perinsip moral dalam membuat dan membagikan konten di ruang publik. Hal ini dipandang krusial karena konten apapun yang kita buat berdampak moral sosial.
Kita tidak dapat mengontrol dampak buruk setiap konten kita ketika sudah masuk dalam ruang publik. Agar konten yang dibuat berdampak positif bagi publik, dibutuhkan kepekaan untuk melakukan refleksi etis terhadap motif pembuatan konten tersebut .
Refleksi etis terhadap motif produksi konten berkaitan dengan upaya menakar nilai moral dari tiap jenis konten yang kita share di media sosial. Refleksi etis mendorong setiap content creator mempertimbangkan dampak atau pengaruh konten terhadap nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Refleksi etis memberi ruang bagi conten creator untuk menyelami sejauh mana konten yang dibuatnya tidak menabrak rambu-rambu etis sehingga bernilai edukatif bagi audiens. Dengan refleksi etis, seorang content creator akan terhindar dari jeratan motif pragmatis. Melibatkan pertimbangan etis dalam pembuatan berbagai jenis konten sesungguhnya mengafirmasi eksistensi manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang bermoral (homo moralis).
Penulis adalah pengajar SMAK St, Klaus Kuwu