SOSOK

Sosok Indri Safitri Rahayu, Berpolitik untuk Melawan Budaya Patriarki

FLORESGENUINE.com- Isra begitulah ia biasa disapa oleh orang tua dan sahabat-sahabatnya. Gadis 25 tahun kelahiran Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat  itu lahir di saat detik-detik tragedi reformasi 1998 tengah berkecamuk.

Anak sulung dari pasangan Ibu Siti Imelda dan Bapak Safarudin Wahab ini boleh dibilang adalah pasangan keturunan darah biru yaitu putri cucu dari Kedaluan Matawae dan putra dari Kedaluan Nggorang. Sejak kecil, Isra dikenal sebagai anak periang, solehan dan rajin bekerja dan belajar di sekolah.

Orang tuanya memberi nama Isra, bukan tanpa alasan dan makna. Nama itu diberikan terkait dengan perjalanan kisah cinta yang dirajut oleh kedua orang tuanya. Nama Isra juga dihubungkan dengan kisah dalam Agam Islam yang bermakna perjalanan pada malam hari yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhamad.

Sebagaimana kisah Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan dari Ka’bah di Maakah ke Baitul Maqdis di Yerusalam sekitar tahun 621 masehi. Jarak antara Makkah dan Yerusalam sekitar 1.239 kilometer. Kala itu, perjalanan biasa ditempuh dengan kuda atau unta dengan waktu tempuh bisa mencapai sebulan. Namun, Nabi Musa dapat mencapainya hanya dalam waktu semalam.

Demikianlah nama Isra diberikan sebagai symbol perjuangan orang tuanya, teristimewa sang ibunya dalam perjuangan dan pergulatan hidup serta kisah perjalanan hidup oleh Isra sendiri. Nama Isra juga merupakan kepanjangan dari Indri Safitri Rahayu (Isra). Nama ini juga adalah nama seorang artis papan atas yang kala itu sangat digemari oleh kedua orangtuanya.

Konon, ibunya berharap agar Isra dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, harapan sang ibu justru mendapat tantangan yang tidak ringan dari orang-orang di sekitarnya. Mereka tidak menghendaki Isra bersekolah tinggi. Maklum, pandangan yang bersifat patriarkis masih melekat kuat di sebagian masyarakat kita.

“Untuk apa perempuan sekolah tingg-tinggi,” kira-kira begitu cara berpikir orang-orang di sekitarnya.

Menjadi anak sulung dari enam bersaudara, tentu bukalah perkara yang mudah untuk dijalani. Karena selain bersekolah, Isra juga harus ikut membantu mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Apalagi kala itu, Isra masih duduk di bangku Sekolah Dasar Inpres (SDI) Nggorang.

Pada pagi hari, ia harus ke sekolah sambil menjual membawa kue untuk dijual. Kue dibuat oleh ibunya sendiri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Aktivitas serupa ia lanjutkan saat pulang sekolah. Selain membantu menjaga adik-adik di rumah, ia juga ikut berjualan kue dan sayur mayur, seperti pekerjaan keseharian yang dilakoni oleh ibunya.

Meskipun sibuk menjaga dan merawat adik-adiknya yang masih kecil-kecil, Isra tidak lupa belajar. Belajar bagi Isra merupakan prioritas utama dalam hidupnya. Isra kecil ingin bersekolah dan bertekad meraih cita-citanya.

“Saya suka belajar dan belajar segala hal termasuk mengurus adik-adik saya, sejak mereka masih bayi hingga menjadi besar,”ceritra Isra. Dorongan dan motivasi yang kuat dari kedua orang tuanya membuat dirinya terus bersemangat untuk belajar, baik di sekolah, saat pelajaran kulikuler maupun aktivitas di luar sekolah.

BACA JUGA:  Dr.Bherta S.E Murtiningsih : Empat Indikator Pengembangan Ekowisata Labuan Bajo Belum Terpenuhi

Isra adalah gadis periang dan suka bergaul. Prestasinya di sekolah sangat membanggakan dirinya, kedua orang tuanya termasuk guru-gurunya di sekolah. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Isra selalu meraih nilai yang membanggakan. Ia selalu mendapat rangking 3 besar. Berkat prestasinya itu, Isra  pun kerap tampil mewakili sekolahnya di setiap perlombaan.

Meskipun anak petani dengan kehidupan ekonomi yang pas-pasan, Isra tetap merasa senang dan bangga untuk terus berjuang meraih mimpi-mimpinya. Sekurang-kurangnya bisa bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

“Saya sempat berpikir, saya cukup sampai sekolah SMP saja pun, saya merasa bersyukur,” ungkapnya.

Namun tekad untuk meraih cita-cita dengan bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi tetap menjadi impiannya. Kata-kata morivasi dari sang ibunya membuat dia semakin bersemangat belajar dan selalu aktif dalam setiap kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Alhasil, setelah menamatkan sekolah dasar, Isra kemudian melanjutkan sekolah di SMP 2 Komodo di Nggorang. Di SMP ia bertekad untuk belajar lebih giat lagi dan berprestasi. Berkat ketekunan dan kesetiaan dalam belajar, Isra akhirnya meraih prestasi dengan menduduki rangking 1 di sekolahnya. Selain mendapatkan prestasi gemilang dibidang akademis, Isra merupakan perempuan pertama yang terpilih menjadi Ketua OSIS di sekolahnya.

Setelah menamatkan SMP, Isra memilih melanjutkan sekolah ke SMAN I Komodo di Labuan Bajo. Di sini, ia mengambil jurusan Bahasa Sastra karena ia merasa tertarik dan berminat di dunia sastra.

“Saya suka belajar sastra, sehingga ketika saya melanjutkan studi ke jenjang SMA, saya memilih jurusan bahasa,” ceritra Isra.

Berkat dukungan doa dan dorongan motivasi dari kedua orag tuanya dan guru-guru, ia pun kian giat belajar dan mengukir sejumlah prestasi gemilang. Selain ia terlibat aktif dalam kegiatan OSIS, ia juga sering tampil di setiap perlombaan baik yang diadakan oleh sekolah maupun di luar sekolah. Ketekunan dan ketaletan dalam belajar, itulah yang membawa dia meraih sejumlah prestasi termasuk menjadi juara I umum Ujian Nasional (UN).

Setelah tamat SMA, kedua orang tuanya terus memberikan motivasi sehingga membangkitkan daya juang bagi dirinya. Tekad Isra untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi pun mendapat restu dari kedua orang tuanya.

Namun, untuk melanjutkan kuliah, ia harus rela meninggalkan kedua orang tua, adik-adik dan keluarga besarnya. Ia memilih berkuliah di Jawa, Niatan Isra ini pun mendapat restu dari kedua orang tuanya.

“Tentu saya harus mandiri dan jaga diri,” Isra membatin.

Ia pun berangkat ke Yogyakarta untuk mendaftarkan diri dan dinyatakan lolos menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum di Universitas Janabadra Yogyakarta. Isra mengaku mengambil jurusan hokum, karena ia ingin belajar mengenai seluk beluk hukum. Dan nantinya ia dapat implementasikan di masa mendatang untuk menolong dan membela siapa saja yang mengalami masalah hukum.

Sebagai anak petani yang datang dari kampung dan jauh dari kota besar, Irsa mengaku kerap dibuly oleh teman-temannya. Namun, bagi Isra semua ejekan dan hinaan itu ia jadikan sebagai pelatuk atau motivasi bagi dirinya untuk semakin rajin belajar dan mengejar cita-citanya. Ia pun terus belajar dan beradaptasi dengan lingkungan hidup yang baru.

BACA JUGA:  Ketua PKN NTT, Fransiskus Sukmaniara : Banyak Generasi Muda Takut Berpolitik

Selama di kampus, ia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus. Berkat dedikasi, perjuangan dan kreativitas serta prestasi yang ia raih, pada suatu waktu ia dipilih menjadi ketua kelas di jurusannya. Prestasi dibidang akademiknya pun boleh dibilang cukup mentereng. Nilai akademis pada setiap semester lumayan bagus dan mendapat apresiasi dari para dosennya.

Isra bahkan diangkat menjadi duta promotor kampus sehingga poster wajahnya kerap menghiasai gerbang kampus. Ia pun sering diundang untuk menjadi narasumber di beberapa stasiun radio di Kota Yogyakarta. Tak hanya itu, ia juga kerap tampil sebagai Master of Ceremoni (MC) di setiap acara kampus seperti acara pelepasan wisudawan, seminar nasional dan internasional.

Berkat keaktifannya dalam dunia kampus dan hidup keorganisasian, ia kerap mendapat bantuan berupa uang untuk membiayai hidup dan mengongkos perkuliahannya. Setiap kegiatan, ia tentu mendapatkan honor dari para penyelenggara. Uang yang ia dapatkan, sebagian ia gunakan untuk belanja kebutuhan keseharian dan sebagiannya ia gunakan untuk membayar kuliah.

Yang dirinya makin bangga dan terharu yakni ketika ia terpilih mewakili Mahasiswa Fakultas Hukum untuk studi banding ke luar negeri. Tepatnya, di Universitas Kebangsaan Malaysia. Selain itu, dirinya juga terpilih menjadi Provos dan dipilih menjadi Wakil Komandan Resimen Mahasiswa/MENWA Satuan Universitas Janabadra Yogyakarta.

Meskipun terlibat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus dan luar kampus, namun, Isra tetap berusaha memanajemen waktu sebaik mungkin untuk belajar agar kuliahnya tak molor atau terbengkelai. Ia bertekad untuk menyelesaikan masa kuliahnya tepat waktunya.

Alhasil ia pun berhasil menyelesaikan studi S1 dibidang hukum hanya dalam waktu 3 tahun 6 bulan dengan predikat kelulusan cumlaude.

Ia tak henti-hentinya bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan orangtua atas pengorbanan dan dedikasi mereka sehingga ia mampu meraih cita-citanya yakni menjadi sarjana. Namun, cita-cita yang diraihnya terasa belum lengkap. Ia lalu meminta restu kepada kedua orang tuanya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi lagi yakni S2 magister hukum.

Diluar ekspetasi, kedua orang tuanya merestui niatan baik dari Isra. Ia pun melanjutkan kuliah S2 di kampus yang sama. Hanya dalam waktu 18 bulan atau satu setengah tahun, ia berhasil menyabet gelar magister hukum dengan presikat cumlaude, sebuah prestasi yang tak pernah ia impikan sebelumnya. Tidak hanya itu, dalam waktu yang hampir bersamaan, ia pun dinyatakan lulus ujian profesi sebagai advokat.

Keberhasilan dan berkat prestasinya itu, Isra mendapat rekomendasi untuk bekerja disalah satu firma hukum di Jakarta. Ia pun meninggalkan Kota Yogyakarta menuju Jakarta untuk menekuni profesinya itu sekaligus guna mengais rezeki.

Mengawali Karier Politik di Pilkada Manggarai Barat

Isra mengawali karier politiknya pada tahun 2020, Ia bercerita saat itu, ia pulang ke kampung halamannya untuk berlibur. Saat pulang kampung itulah, ia memulai karier politiknya dengan terlibat langsung dalam politik. Kala itu, di kampungnya, Manggarai Barat, tengah berlangsung pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pemilukada).

BACA JUGA:  Agustinus Hama : Berkomitmen Perjuangkan Kepentingan Rakyat

Ia pun ambil bagian dalam proses demokrasi itu. Ia terlibat aktif sebagai relawan milenial gender guna mendukung salah satu kandidat cabup dan cawabup. Usai pilkada, beberapa partai politik berusaha mendekati dan menawarkan padanya untuk terlibat aktif dalam politik.

Namun, tawaran tersebut belum ia respon dengan serius. Maklum, ia masih harus
melanjutkan studi magister hukumnya di kota Yogyakarta. Dalam perjalanan waktu ia akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Ia masuk bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Isra mengaku, terjun ke dunia politik adalah bagian dari impiannya sejak lama. Karena itu, usai manamatkan kuliah S2 di fakultas hukum, ia pun masuk dan menggeluti dunia politik.
Niat dirinya terjun ke dunia politik mendapat respon positif dari orang tua, keluarga besar dan teman-temannya.

Keputusan masuk partai politik dan menjadi calon anggota legislatif (Caleg) PDIP telah ia pertimbangkan secara matang. Menurut Isra, satu yang menarik dari PDIP adalah ideologi partai yang didasarkan pada filosofi nasional yaitu Pancasila.

Selain itu, tekad dia terjun di dunia politik dan menjadi caleg didorong oleh komitmen dia untuk memperjuangkan keadilan gender yang selama ini sering diabaikan dalam setiap pengambilan keputusan publik. Politik bagi Isra adalah wadah untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat, khususnya hak kaum perempuan agar dapat setara dan sejajar dengan kaum laki-laki.

“Saya ingin memperjuangkan hak-hak perempuan yang selama ini didominasi oleh laki-laki atau masih terbelenggu oleh budaya partiarki,”tandas Isra yang kini menjadi caleg PDIP Dapil I yang meliputi Kecamatan Komodo, Sano Nggoang, Mbeliling dan Boleng.

Bagi Isra, kaum perempuan harus punya perwakilan di lembaga DPRD Manggarai Barat, agar perempuan punya power (kekuasaan) untuk memperjuangkan kepentingan kaum perempuan seperti melahirkan regulasi dan kebijakan yang berpihak pada kaum perempuan.

Menurut Isra, adat dan budaya patriarki masih sangat kental melekat dalam kehidupan social masyarakat Manggarai Barat. Kondisi ini yang kerapkali membuat perempuan terkungkung dan terbelenggu serta tidak bebas untuk mengembangkan karir politik dan jalan hidupnya sendiri.

Ditengah pesimistis sebagian masyarakat terutama kaum perempuan, Isra merasa terdorong untuk tampil di panggung politik melalui wadah PDI Perjuangan sebagai media perjuangannya. Menurut dia, sudah saatnya perempuan Manggarai Barat harus tampil untuk berjuang hak-haknya.

Tak lupa ia pun mengutip Bung Karno dalam bukunya yang berjudul “sarinah” menulis; kewajiban wanita menjalankan kewajibannya”. Wanita Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah serta mutlak dalam usaha menyelamatkan repulik, dan nanti jika repulik telah selamat, ikutlah serta mutlak dalam usaha menyusun negara nasional.

Di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahetraan social itulah engkau nanti menjadi wanita yang Merdeka! Seperti pepatah mengatakan bahwa “setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya”. Maka kini adalah masanya dewi fortuna, masanya perempuan untuk bergerak dan untuk memimpin. [kis/fg]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button