BUMI MANUSIA

Mgr Maksimus Regus : “Manusia Sedang Kehilangan Hati”

FLORESGENUINE.com- Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus mengatakan bahwa manusia sedang kehilangan hati. Oleh karena itu, kita semua diajak untuk menemukan kembali hati itu dan terutama kerahiman Tuhan didalam kehidupan kita.

“ Manusia sedang kehilangan hati,” ungkap Uskup Maks saat meresmikan patung Santo Yosef dan Taman Devosi di Biara St. Yosef Susteran KSSY, Labuan Bajo, Senin (4/11/2024.

Uskup Maks menjelaskan bahwa dunia kini sedang kehilangan kerahiman maka dunia kita dikepung dengan berbagai macam perang, kekerasan, konflik, kebencian dan banyak lagi baik berskala yang besar, global maupun skala kecil dalam kehidupan kita setiap hari.

Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo ini mengatakan bahwa banyak orang meninggalkan apa yang paling penting yaitu hati mereka.

“Ada pertanyaan sekarang, setan itu tinggal dimana? Didalam hati manusia. Karena iman, kebahagiaaan, kasih dan doa tidak ada lagi disana. Bicara hati bukanlah bicara tentang sesuatu yang luar biasa, mewah, tetapi bicara tentang sesuatu yang sangat dekat, sangat sederhana. Tidak diwarnai dengan ucapan berkoar-koar,” katanya.

Menurut Uskup Maks, hampir semua dalam injil dan  semua isi kitab suci tidak pernah membicarakan nama Santo Yosef. Hanya dikatakan bahwa Santo Yosef adalah orang yang saleh. Dia tidak pernah bicara satu katapun, dia tenggelam dan tersembunyi. Tetapi bukan suatu bentuk kekalahan atau kelemahan tetapi suatu bentuk ketulusan dan keiklasan.

Santo Yosef, sebut dia, menempuh jalan yang lain. Intinya, jalan yang sama yaitu jalan iman.  Santo Yosef menempuh perjalanan spiritual dan perjalanan rohani yang luar biasa. Dia tidak ada maksudnya dan  tidak mengekspresikan pendirian-pendiriannya, sikap-sikap rohaninya tapi nampak di dalam buahnya. Ia mengantar Yesus secara diam-diam sampai disalib. Sampai Yesus menyelesaikan perjalanannya dan  wafat disalib  sebagaimana dikatakan membayar semua dosa-dosa kita oleh kematian.

BACA JUGA:  Uskup Max Regus : Kemajuan Ekonomi dari Pariwisata, Tidak Selalu Dibarengi Akselerasi Kultural

“ Kita masih dalam suasana sukacita dan kegemberiaan peresmian keuskupan baru Labuan Bajo. Ini juga penting, iman itu butuh lewat simbol-simbol. Kalau bapa ibu katakan kami adalah Gereja katolik Labuan Bajo. Mana simbolnya? Simbolnya adalah kami punya keuskupan. Kalau kita katakan kami punya spiritualitas dan keserhanaan, mana simbolnya? Simbolnya adalah Santo Yosef. Ini tidak hanya sekedar patung  tapi ini simbol kesederhanaan. Tentu patungnya penting tetapi pesannya dibalik patung  itu yang ingin dikatakan,” terang Uskup.

Karena itu, menurut Uskup Maks, diawal perjalanan keuskupan ini perlu simbol-simbol iman. Diperlukan basis-basis spiritual, supaya kita bisa berjalan dan kita berjalan itu tepat. Bersandar pada ketokohnya Santo Yosef.

“ Menurut saya, bukan kebetulan tetapi sesuatu yang direncanakan oleh Tuhan. Jadi butuh simbol yang tepat memulai perjalanan ini yakni perjalanan spiritual, perjalanan kesederhanaan. Perjalanan kesederhanaan bukan hanya biara ini, tetapi perjalanan kesederhanaan ini menjadi perjalanan kita semua,” tambah Uskup Maks.

Menurut mantan Rektor Unika Santu Paulus Ruteng ini, bukan hanya sebagai gaya hidup tetapi menjadi budaya hidup. Sesuatu yang kita bawa dalam pengalaman setiap hari. Dalam diam, Santo Yosef memenangkan banyak hal yaitu memenangkan keselamatan bagi kita karena mendukung perjalanan putra secara diam-diam dengan penuh kesetiaan dan dengan penuh kerendahan hati. Dua nilai yang dimiliki oleh Santo Yosef kerendahan hati dan kesetiaan

BACA JUGA:  Memelihara Tradisi Tenun Tangan, Mencegah Hilangnya Kearifan Lokal

Kehadiran taman doa juga menjadi barikade iman Katolik di Labuan Bajo. Untuk memperkuat perjalanan iman kita baik sebagi komunitas, keluarga-keluarga maupun sebagai pribadi.

“ Semoga ketokohan, potret dan figur spiritual  Santo Yosef juga menjadi bagian perjalanan rohani, perjalanan spiritual komunitas, gereja, keluarga-keluarga dan spritualitas keperibadian kita masing-masing,” sambungnya.

Sementara itu, Sr. Seferina, KSSY mewakili pemimpin Umum Yosefin Sitomorang menyampaikan terima kasih dan syukur kepada Tuhan untuk malam yang indah dalam kesatuan dengan seluruh alam semesta dan hembusan angin yang kita rasakan bahwa kasih Tuhan menyatukan kita dalam ekaristi kudus.

Yang paling mengembirakan, kata Sr. Seferina adalah karena perayaan ini dipimpin langsung oleh uskup Keuskupan Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus. Dia menyatakan bahwa para suster KSSY mendirikan patung Santo Yosef di komplek pusat pelatihan inklusi karena Santo Yosef yang kita kenal dalam kitab suci merupakan pelindung utama para suster KSSY.

Dalam perjalanan karya kongregasi sejak berdirinya di Belanda para suster kerapkali mengalami penyelengaraan ilahi melalui doa dengan pengantaraan Santo Yosef. Sampai sekarang devosi kepada Santu Yosef itu dirawat dengan baik oleh para suster KSSY. Menetapkan hari Rabu sebagai devosi para suster KSSY tertuju kepada Santu Yosef.

BACA JUGA:  Kapal Cepat Tenggelam di TNK, Tim SAR Evakuasi 28 Wisatawan

“ Hal ini bertujuan agar para ssuter semakin taat dan dekat kepada Tuhan. Hidup doa, kerja maupun pelayanan dan persaudaraan ditunjukkan oleh Santo Yosef dalam mendampingi keluarga kudus kiranya menjadi ciri khas dan gaya hidup suster-suster Santo Yosef,” ungkapnya.

Uskup Maksimus Ragus saat diterima di susteran KSSY. (foto : ist)

Sedangkan kehadiran Yayasan Karya Murni merupakan panggilan untuk bersinodal atau berjalan bersama yang mengutamakan perjumpaan antar pribadi dalam dialog-dialog terbuka, merancang misi dan ziarah serta tujuan bersama, tentu dalam kesatuan dengan gereja universal dan gereja partikular di Keuskupan Labuan Bajo.

Diketahui, sejak Yayasan Karya Murni hadir di Keuskupan Ruteng dan kini di Keuskupan Labuan Bajo, berorientasi pada pemberdayaan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

“ Mukjizat Tuhan itu nyata setiap hari. Hal nampak dalam proses pembuatan, pengemasan dan pengiriman patung Yosef karena berjalan dengan baik,” ujarnya.

Menurut dia, Labuan bajo dengan potensi besar dan destinasi daerah pariwisata karena keindahan alamnya dapat menjadi magnet jika taman doa menjadi taman wisata religius. Dengan adanya taman doa Santo Yosef, kiranya menjadi salah satu alternatif baru untuk kebutuhan wisata rohani bagi para wisatawan termasuk umat keuskupan Labuan Bajo.

“ Taman doa Santo Yosef menjadi sarana yang tepat bagi kita semua untuk merenungkan keagungan Tuhan, memperdalam iman dan berdoa untuk kebutuhan kita dan mencari petunjuk Tuhan dalam langkah hidup kita sehari hari,” ujarnya. [vin/fg]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button