Pariwisata merupakan salah satu lokomotif untuk menstimulasi perekonomian daerah dan menciptakan kesempatan kerja bagi masarakat setempat. Pariwisata terutama pada daerah-daerah perbatasan seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), seharusnya berbasis pada masyarakat dan dikembangkan dengan cara yang berkelanjutan.
Pariwisata yang berkelanjutan terdiri atas tiga garis dasar yaitu memberdayakan masyarakat, memperkuat peekonomian daerah serta memelihara alam dan warisan. Konsep ini harus diimplementasikan dalam kerangka kebijakan pemerintah serta pihak-pihak terkait.
Heritage tourism adalah salah satu aktivitas wisata berkelanjutan, di mana obyek atau destinasi adalah lokasi-lokasi heritage. Di dalam aktivitas tersebut, wisatawan dapat mempelajari dan turut beraktivitas sesuai adat, budaya dan tradisi masyarakat setempat.
Heritage tourism dapat berupa keunikan alam, budaya, ataupun kombinasi keduanya dalam kesatuan ruang dan waktu. Sesuai definisi Convention Concerning The Protection of The World Cultural and Natural Heritage, 1972) yang membedakan antara heritage tourism dengan wisata alam dan wisata budaya biasa adalah bahwa obyek tersebut memenuhi kriteria heritage. Atau secara umum adalah adanya keunikan yang luar biasa atas obyek tersebut atau obyek tersebut adalah sebuah masterpiece yang dibentuk oleh alam ataupun oleh manusia.
Sebagai sebuah pulau yang kaya sumber daya alam dan budaya, Pulau Flores dan sekitarnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi unggulan. Ikon komodo yang telah mendunia membuat daerah ini cukup dikenal hingga ke mancanegara.
Namun, Pulau Flores tidak hanya mempunyai komodo, tetapi masih banyak lagi natural heritage dan cultural heritage yang belum tereksplorasi atau dikembangkan menjadi alat untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat melalui pengembangan heritage tourism yang berbasis pada komunitas atau masyarakat.
Selain komodo, banyak obyek wisata di kawasan ini yang dapat dikembangkan menjadi heritage tourism seperti di Kabupaten Ende terdapat Gunung Tri Warna Kelimutu, Kampung tradisional Moni, rumah pengasingan Bung Karno. Di Kabupaten Ngada, ada kampung tradisional Bena, Kampung wisata Lekolodo, Pemandian air panas Mengeruda, Soa, Taman wisata alam laut Riung dan upacara adat Reba. Di Kabupaten Manggarai terdapat system pertanian spider rice field. Di Kabupaten Flores Timur ada wisata religi Semana Santa dan di Kabupaten Sikka mempunyai taman alam bawah laut yang indah.
Tak heran, Pulau Flores merupakan perpaduan dari keunikan alam dan kearifan masyarakat local dalam menyikapi hidup dan alam. Oleh karena itu, pengembangan heritage tourism di Pulau Flores merupakan perpaduan yang seimbang antara natural dan cultural heritage.
Kawasan ini merupakan wilayah unggulan dalam pengembangan heritage tourism. Sejauh ini, potensi heritage tourism coba dikembangkan di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo namun, boleh dibilang belum menampakan wajah heritage tourism yang sesungguhya, sementara di daerah atau kabupaten lain seperti terabaikan.
Perkembangan pariwisata masih bertumpu dan tertumpuk pada satu titik saja, tidak merata ke kabupaten lain atau kawasan-kawasan lainnya. Padahal, sesungguhnya seluruh wilayah Pulau Flores dan sekitarnya mempunyai potensi heritage tourism yang tak kalah menariknya.*