Floresgenuine.com- Kisah-kisah bernuansa mistis-magis selalu saja mewarnai kehidupan orang-orang di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya masyarakat di Pulau Flores-Lembata. Seperti salah satu ceritra magis tentang Pulau Nuha bagi masyarakat etnis Kedang di Kabupaten Lembata.
Konon, orang-orang Kedang percaya, jika semua orang Kedang yang meninggal dunia akan menuju dan tinggal di pulau kecil yang bernama Nuha ini. Pulau mungil ini terletak di Kepulauan Pantar, Kabupaten Alor, dalam bilangan laut Sawu, NTT.
Di pulau mungil inilah, orang-orang Kedang percaya sebagai tempat tinggal para arwah orang-orang Kedang yang sudah meninggal dunia. Pulau kecil tak berpenghuni ini berada sekitar 5 mil dari pesisir Pantai Bean, di Kecamatan Buyasuri.
Tidak diketahui secara pasti, kapan orang–orang Kedang pertamakali menjejakkan kaki di pulau kecil ini. Namun, berdasarkan ceritera rakyat yang berkembang, pulau ini memang sangat jarang didatangi oleh orang-orang Kedang. Selain karena sulit mendapatkan moda trasportasi laut, orang-orang Kedang enggan bahkan takut ke pulau ini lantaran dianggap sebagai tempat tinggal para arwah.
Meskipun menurut informasi, pulau Nuha menyimpan banyak potensi sumber daya yang besar seperti ikan-ikan berbagai jenis dan binatang hutan seperti rusa dan babi hutan, namunmasyarakat enggan dating ke pulau ini.
Konon, dikisahkan bahwa pada malam hari, di pulau ini bak kota kecil yang dihiasi lampu berwarna warni. Banyak pula muncul suara-suara aneh dengan beragam macam bahasa yang sulit dimengerti dan dipahami oleh manusia biasa.
Uniknya dan anehnya lagi, menurut ceritera rakyat, setiap orang yang datang ke pulau ini harus berbicara dengan bahasa yang tak logis. Misalnya, jika anda ingin berjalan ke timur maka yang harus anda lakukan adalah berjalan ke barat, jika ingin ke utara maka anda harus berjalan ke selatan. Demikian pula, jika anda hendak tidur dengan kepala menghadap ke timur maka anda harus tidur dengan posisi kepala ke barat dan seterusnya.
Kisah aneh lainnya yaitu jika terdengar bunyi gong gendang atau ada keramaian seperti orang sedang berpesta pora menandakan bahwa para arwah tengah berpesta untuk menyambut kedatangan arwah orang-orang yang baru meninggal ke pulau ini.
Konon, menurut ceritra yang berkembang, binatang hutan dan ikan-ikan di pulau itu sangat jinak sehingga mudah untuk ditangkap. Namun, kemudahan dan kemurahan yang disediakan oleh alam di pulau ini diyakini bukan tanpa imbalan. Imbalannya adalah nyawa alias kematian.
Itu sebabnya, para nelayan Kedang jarang bahkan takut untuk datang dan mencari ikan atau berburu di pulau nan angker ini. Bagi orang-orang Kedang, Pulau Nuha adalah surga sekaligus neraka bagi orang-orang yang telah meninggal dunia. Arwah orang-orang Kedang diyakini akan mendiami pulau ini sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka.
Selain pulau Nuha, ada pula Wa’balu’, sebuah pulau kecil yang ada di sebelah barat Pulau Nuha. Menurut ceritra rakyat pula, pulau ini adalah tempat singgah bagi arwah orang-orang yang meninggal tak wajar seperti akibat kecelakaan lalulinyas, pembunuhan dan bunuh diri.
Arwah orang-orang dengan cara kematian demikian, terlebih dahulu akan singgah di pulau mungil ini sebelum akhirnya mereka masuk ke Pulau Nuha yang diyakini sebagai surga dan nerakanya orang-orang Kedang. [kornelis rahalaka]