FLORESGENUINE.com- Titi jagung adalah sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat Flores Timur (Flotim), Solor, Adonara dan Lembata (Florata), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tidak ditemukan jejak tertulis mengenai asal usul aktivitas titi jagung yang pada umumnya dilakoni oleh ibu-ibu atau kaum perempuan. Meski demikian, kebiasaan titi jagung diperkirakan sudah ada sejak zaman batu, di mana pada zaman itu masyarakat belum mengenal teknologi modern untuk pengolahan jagung.
Dinamakan titi jagung karena proses sampai menghasilkan jagung titi yang merupakan makanan khas masyarakat Florata ini dilakukan dengan menggunakan batu untuk meniti biji-biji jagung tersebut. Prosesnya pun terbilang sederhana dan mudah yakni biji-biji jagung digoreng di dalam wadah periuk tanah atau tembikar tanpa minyak, lalu dititi di atas batu.
Jagung titi sebagai hasil dari kegiatan titi jagung merupakan kuliner khas masyarakat Florata yang terus diwariskan sampai sekarang ini. Keunggulan kuliner khas jagung titi diantaranya yakni jagung ititi sangat bertahan lama atau bisa disimpan untuk jangka waktu yang lama. Selain itu, jagung titi sangat ringan sehingga mudah dibawah ke mana-mana dan biasa digunakan sebagai camilan serta untuk menjamu para tamu.
Pada umumnya, biji jagung yang biasa digunakan untuk dititi adalah jagung pulut putih yang bertekstur lengket seperti ketan. Jenis jagung ini merupakan varian jagung lokal yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
Proses pembuatan jagung titi sesungghnya cukup sederhana, namun membutuhkan keterampilan dan kecakapan serta sedikit keahlian. Biji-biji jagung itu dimasukan ke dalam periuk tanah atau tembikar lalu digoreng tanpa menggunakan minyak.
Biji-biji jagung tersebut kemudian dibolak balik agar matang secara merata. Setelah matang, diambil 2-3 biji, lalu dititi di atas batu hingga berbentuk pipih. Aktivitas ini tentu membutuhkan daya tahan khususnya tahan terhadap rasa panas karena biji-biji jagung tersebut masih dalam keadaan panas tetapi seketika harus dititi di atas batu.
Ada pun jenis batu yang cocok sebagai sarana titi jagung yakni satu buah batu berukuran sedang berbentuk ceper dan sebuah batu berukuran kecil. Batu berbentuk ceper di letakan di tanah sedangkan batu yang berukuran kecil untuk digenggam dan berfungsi untuk meniti biji-biji jagung tersebut.
Menurut penuturan warga di Kedang, Kabupaten Lembata, titi gaung sudah merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun yang hingga di era modern ini masih terus dilakukan oleh masyarakat Kedang khususnya oleh kaum perempuan.
Namun, seiring perjalanan waktu dan kemajuan zaman, tradisi titi jagung perlahan-lahan mulai memudar. Aktivitas titi jagung pada umumnya, dilakukan oleh ibu-ibu berusia tua, sedangkan aktivitas titi jagung mulai kurang diminati oleh generasi muda.
Kondisi demikian, membawa kekwatiran dikalangan masyarakat Florata. Pasalnya, suatu waktu, tradisi titi jagung bakal hilang lantaran ditinggalkan oleh generasi muda khususnya kaum perempuan muda.
Kekhawatiran itu beralasan jika melihat fenomena yang terjadi tahun-tahun belakangan ini, yang mana aktivitas titi jagung mulai jarang dilakukan oleh generasi muda. Kondisi ini juga mempengaruhi harga jagung titi di pasaran. Selain harga jagung titi makin mahal, jagung titi pun makin sulit didapat di pasaran.
Selain itu, bahan baku seperti jagung pulut untuk menghasilkan jagung titi pun kian sulit didapat karena petani mulai enggan membudidayakan jagung pulut tetapi lebih cenderung beralih dengan memilih menanam jagung varietas hibrida yang usia panen lebih pendek dan mudah diperoleh di pasaran. [Kornelis Rahalaka]