FLORESGENUINE.com- Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai beragam destinasi wisata baik alam maupun budaya yang layak untuk dikunjungi. Berikut 10 destinasi wisata terfavorit yang menawarkan pengalaman perjalanan wisata Anda:
Kota Larantuka, Kota Reinha Rosari
Larantuka merupaan sebuah kota tua yang terletak di tepi pantai bagian paling timur Pulau Flores. Kota Larantuka atau yang dikenal dengan kota Reinha Rosari merupakan pusat pengembangan Agama Katolik, selain Pulau Solor dan Adonara.
Kota Larantuka juga merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan pada masa lampau. Kini Kota mungil dibawa kaki Gunung Ile Mandiri ini terus berbenah tanpa meninggalkan kekhasan budaya Lamaholot.
Sentuhan budaya Romawi, Portugis dan Melayu dipadu dengan religioitas Kristiani menambah kesan dan kenangan indah bagi mereka yang berkunjung ke kota ini. Istana Raja Larantuka, Patung Bunda Maria (Tua Ma) dan Patung Tuhan Yesus (Tuan Ana), Gereja Katedral beraksitektur Romawi dan Portugis serta tradisi prosesi Semana Santa yang digelar setiap perayaan Jumad Agung merupakan atraksi wisata religius yang dapat Anda nikmati di kota ini.
Pantai Berpasir Putih Weri
Pantai dengan hamparan pasir putih berlatarkan Pulau Adonara merupakan salah satu destinasi wisata alam pantai yang menawarkan keindahan. Terletak di Kelurahan Sorotari, Pantai ini terletak hanya sekitar 5 km dari pusat Kota Larantuka.
Kawasan pantai berpanorama indah ini dapat dengan mudah Anda capai, jika ingin datang ke lokasi ini. Di Pantai ini, selain pengunjung dapat menikmati keindahan alam pantai, Anda juga dapat menjalankan ziarah iman karena di tempat ini berdiri sebuah patung Bunda Maria, tempat bagi Anda memanjatkan doa dan pujian kepada Sang Maha Pencipta.
Destinasi Wisata Budaya Muda Keputu
Muda Keputu adalah sebuah desa yang hingga kini masyarajatnya masih memelihara tradsi dan adat kebudayaan asli mereka secara baik. Berbagai atraksi budaya dan tarian tradisional seperti tarian adat, ritual adat dan berbagai ritus adat lainnya dapat Anda nikmati di desa ini.
Di desa ini pula pengunjug dapat menyaksikan aktivitas tenun ikat atau tenun tangan dengan bahan dasar pembuatan kain berasal dari alam. Tradisi lain yang dapat pengunjung saksikan adalah titi jagung. Titi jagung sudah merupakan salah satu warisan nenek moyang yang hingga di zaman modern ini, aktivitas titi jagung masih terus diwariskan kepada generasi muda.
Di desa ini pula para pengunjung masih bisa menemukan bangunan-bangunan tua peninggalan nenek moyang. Bangunan tua itu biasa digunakan sebagai tempat pertemuan adat. Kampung ini terletak sekitar 12 km dari pusat kota Larantuka. Desa ini bisa ditempuh hanya sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil atau sepeda motor.
Batu Payung
Destinasi wisata alam yang satu ini cukup unik. Batu Payung atau warga setempat menyebutnya Watu Payung terletak di Kecamatan Tanjung Bunga. Watu Payung merupakan sebuah batu karang berbentuk paying. Memiliki tinggi sekitar 6 meter dan diameter sekitar 4,5 meter.
Untuk mencapai Watu Payung, pengunjung harus menyewa perahu motor dari Waiklibang dengan waktu tempuh sekitar 90 menit perjalanan. Selain menikmati keangkeran Watu Payung, pengunjung dapat menikmati panorama alam di sekitarnya yang terdiri dari bebatuan cadas dan karang bawah laut yang indah.
Batu Nopin Jaga
Kisah warga menyebutkan, Batu Nopin Jaga ditemukan sekitar tahun 1985, Terletak di kawasan Nopin Jaga, Desa Waebao, Kecamatan Tanjung Bunga. Situs ini dipercayai merupakan peninggalan Patih Gajah Mada karena ada tulisan pada batu tersebut.
Situs Batu Nipon Jaga diyakini sebagai bukti jejak sejarah perjalanan Patih Gajah Mada yang singgah di wilayah ini. Menurut penuturan sejarah, Patih Gajah Mada pernah datang ke tempat ini dan Batu Nopin Jaga diyakini sebagai tempat Gajah Mada dikuburkn.
Lokasi ini bisa dibilang cukup unik karena di sekitar lokasi terdapat pintu masuk dari arah pantai Paing Haka yang oleh warga setempat disebut-sebut sebagai gerbang Gajah Mada. Kawasan pantai Paing Haka, konon adalah tempat pelabuhan para pedagang pada zaman dulu. Di tempat ini pula masih ditemukan benda-benda kuno.
Untuk mencapai Desa Waebao, pengunjung bisa berjalan kaki sejauh 12 km dengan melintasi perkebunan warga atau dapat ditempuh dengan menggunakan perahu motor dari Waiklibang dengan waktu tempuh sekitar 60 menit perjalanan laut.
Danau Asmara Waibelen
Menurut ceritra warga, Danau Asmara Waibelen ini terbentuk akibat letusan gunung Ile Sodoberawao Kobanara yang terjadi antara tahun 400 – 500 sebelun masehi. Danau ini memiliki luas sekitar 500 meter dengan kedalaman diperkirakan mencapai 20 meter.
Dinamakan Danau Asmara Waibelen karena menurut ceritra rakyat,pada suatu waktu sepasang muda mudi nekad melakukan bunuh diri dengan tenggelam di dasar danau tersebut lantaran hubungan cinta kedua insan tersebut tidak direstui oleh kedua orang tua mereka.
Di sekitar danau ini, pengunjung dapat menyaksikan satwa langka yaitu buaya putih atau oleh warga setempat menyebutnya “nenek”. Untuk mencapai danau Asmara Waibelen, pengunjung bisa menggunakan mobil atau sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 60 menit dari Kota Larantuka.
Pantai Rako dan Oa
Pantai Rako dikenal dengan hamparan pasir putihnya yang menawan. Panjang pantai berpasir putih ini mencapai 2 km dengan ombak dan angin yang cukup dasyat sehingga sangat cocok untuk olahraga berselancar.
Di Pantai ini para pengunjung dapat menyaksikan sunset. Di sepanjang pantai, tumbuh subur ribuan pohon kelapa yang buahnya dapat dinikmati oleh para pengunjung, tentu perlu meminta terlebih dahulu pada pemilik kebun kelapa.
Tak jauh dari Pantai Rako terdapat Pantai Oa yang juga menawarkan keindahan alam yang mempesona. Pantai Oa menyimpan sejuta kisah dan legenda pada masa lalu yang menarik untuk ditelusuri.
Kedua lokasi pantai ini terletak di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang. Ke dua pantai tersebut dapat dicapai melalui Kampung Boru dengan jarak tempuh sekitar 17 km. Pantai ini dapat dicapai dengan menggunakan mobil atau sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
Benteng Lohayong di Pulau Solor
Benteng peninggalan Portugis ini dibangun sekitar tahun 1556. Benteng Lohayong diberi nama Port Hendriques dengan panjang mencapai 74 meter dan lebar 45 m di ketinggian sekitar 10 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan Benteng Lohayong masih menyimpan misteri karena diperkirakan masih ada bangunan lain berada dibawah tanah yang digunakan sebagai tempat kebaktian atau orang Katolik menyebutnya katekombe.
Sebagian bangunan benteng sudah rusak atau runtuh, namun di benteng ini masih ditemukan meriam-meriam kuno peninggalan bangsa Portugis. Benteng Lohayong terdapat di Kecamatan Solor Timur, Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur. Benteng Lohayong dapat dicapai dengan menggunakan perahu bermotor dari Kota Larantuka dengan waktu tempuh sekitar 60 menit.
Prosesi Semana Santa
Upacara Semana Santa merupakan warisan budaya Portugis yang diadakan setiap Jumad Agung. Semana Santa merupakan puncak dari rangkaian acara “Hari Bae” pada setiap pesta Paskah. Prosesi Semana Santa dilaksanakan oleh umat Katolik dengan mengarak Patung Bunda Maria Mater Dolo Rosa (Tuan Ma) dan patung Tuhan Yesus (Tuan Ana) keliling kota Larantuka.
Upacara Semana Santa diiringi doa dan nyanyian ovos omnes oleh ribuan umat Katolik yang dating dari berbagai daerah di Nusantara dan Mancanegara. Prosesi ini merupakan renungan akan penderitaan Bunda Maria disaat mengantar Putranya Yesus yang wafat untuk dimakamkan.
Lewokemie, Desa Budaya
Lewokemie adalah sebuah desa budaya yang terletak di Kecamatan Adonara Timur. Di desa ini pengunjung dapat menyaksikan berbagai jenis tarian tradisional, ritual adat dan rumah-rumah adat serta tempat-tempat keramat yang sakral.
Sebagai desa budaya, Lewokemie juga mewarisi sastra lisan berupa puisi dan prosa, baik dalan rangka upacara adat maupun iringan dalam tarian tradisional seperti sole oha, hamang dan tarian lainnya.
Berada di atas ketinggian, membuat desa ini memiliki pemandangan alam yang mempesona.. Dari atas bukit, pengunjung akan disuguhi panorama alam yang indah dikeliling pulau-pulau di sekitarnya seperti Pulau Solor dan Lembata. Di tempat ini pula pengunjung dapat menikmati sunset dan sunrise.
Untuk mencapai Desa Lewokemie pengunjung dapat menggunakan mobil atau sepeda motor dari Weiwerang dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. [kis/fg]