OPINI

Menemukan Ibukota Flores, Menuju Masa Depan Emas

Oleh : Yakobus S Muda*

Persyaratan Propinsi Flores secara administratif seperti jumlah kabupaten kota dan jumlah penduduk telah  memenuhi syarat. Namun, ibukota Propinsi  Flores masih dalam perdebatan dengan berbagai alasan seperti adanya kepentingan masing-masing kabupaten.

Mari kita kaji dengan mempertimbangkan aspek strategis politik ekonomi guna distribusi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, salah satu skenario yang ditawarkan dalam tulisan ini. Semoga skenario ibukota Propinsi Flores memperkaya ruang diskusi kita bersama.

Skenario Ibukota Flores

Zone 1 ibukota Propinsi Flores berada dekat  dengan  3 kabupaten yaitu  Ende, Bajawa dan Nagekeo. Zona 2 ibukota Propinsi Flores di  Maumere. Zone 3, Ibukota Propinsi Flores di Manggarai Barat. Keunggulan masing-masing zona dilihat dalam aspek geografis, ekonomi, politik dan sosial budaya.

Tarik menarik kepentingan masing-masing wilayah di Flores sudah ada sejak pasca era reformasi dan semakin menguat pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Berikut keunggulan masing-masing wilayah sebagai calon ibukota Propinsi Flores.  Maumere misalnya, memiliki keunggulan historis, infrasruktur dan geografis. Nagekeo, memiliki keunggulan geografis karena berada di tengah Pulau Flores dan Manggarai Barat memiliki keunggulan pertumbuhan ekonomi dan geografis.

Selain keunggulan wilayah, tantangan calon ibukota propinsi antara lain dipengaruhi faktor sosial budaya seperti dukungan masyarakat setempat dan komposisi kependudukan serta sumber daya manusia.  Sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam penentuan ibukota Propinsi Flores.

Faktor sumberdaya manusia yang unggul dapat mengatasi kelemahan membangun NTT yang ada selama ini menjadi dilema yaitu faktor egosentris kewilayahan. Padahal SDM NTT tidak kalah dengan SDM daerah lainnya.

BACA JUGA:  Ketua NasDem Mabar Tidak Tahu Edi Endi-dr.Weng Direncanakan Daftar Balon Bupati-Wakil Bupati di Partai Demokrat

Hal yang paling utama dalam membangun ibukota Propinsi Flores adalah memanfaatkan potensi ketahanan wilayah dan distribusi pusat ekonomi. Misalnya, Labuan Bajo yang telah lebih dahulu bertumbuh dengan sangat cepat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, angka investasi di Manggarai Barat sebesar 1,3 triliun rupiah. Angka ini melampui seluruh kota dan kabupaten di NTT. Tanpa menghilangkan keinginan Manggarai Barat sebagai ibukota propinsi, tahun 2023 penerimaan daerah Kabupaten Mangarai Barat berada pada urutan ketiga secara nasional atas realisasi peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD). Tanpa menjadi ibukota propinsi, Kabupaten Manggarai Barat telah melampaui pertumbuhan wilayah ibukota Propinsi NTT.

Penempatan ibukota propinsi di Manggarai Barat justru akan memberi dampak efek sentrifugal pembangunan. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pengembangan wilayah dan kerusakan lingkungan serta berdampak negatif dalam pengembangan wilayah Manggarai Barat sebagai kota pariwisata dengan konsep green tourismenya.

Zona 2 ibukota propinsi di Maumere. Maumere memiliki keunggulan historis dan infrastrktur serta geografis. Maumere dalam satu dekade terakhir memiliki keunggulan bidang seni. Jika kita mengkaji dari sisi hukum kekekalan energi, setiap jaman memiliki getaran frekuensinya masing-masing. Maumere telah menghasilkan keselarasan alam dengan karya-karya seni yang mendunia.

BACA JUGA:  Mitreka Satata Spirit Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Lagu-lagu karya putra-putri Maumere sangat viral dan sampai ke Mancanegara. Kota-kota di dunia seperti Paris, Wina dan Florence yang tumbuh dan menghasilkan banyak karya seninya, apakah hal ini menandakan ibukota propinsi Flores di Maumere? Untuk mengukurnya, dapat dilihat dari pertumbuhan daerah sejak 3 – 4 dekade yang lalu dan pendapatan asli daerah.

Sebagaimana dengan kabupaten kota lainnya, angka pertumbuhannya berada pada grafik yang hampir sama polanya.  Maksudnya, Maumere masih perlu ditemukan faktor keunggulan lainnya yang dapat menjadikan kekuatan sebagai ibukota propinsi.  Walaupun demikian, Maumere unggul secara infrastruktur.

Zona 1, atau zona triangle. Pusat ibukota Flores berada pada garis di dalam segita imaginer 3 titik kota yaitu Bajawa, Ende dan Nagekeo. Keunggulan letak ibukota dalam segita imaginner ini antara lain aspek geografis dan ekonomi.

Secara geografis, berada ditengah Pulau Flores dan dekat dengan 3 kota kabupaten. Secara infrastruktur memiliki pelabuhan, bendungan dan listrik serta potensi rencana Bandara Internasional di Mbay. Secara ekonomi, roda perkenomian  akan terdistribusi ke tiga wilayah sekitar ibukota ini.

Dampak ibukota Flores di triagle ini menjadi faktor pendorong dan sekaligus distribusi pertumbuhan ekonomi ke 3 wilayah sekitar.  Dapat menjadi penopang pengembangan pariwisata yang menjadi tren baru serta menjadi sumber daya alam baru yang berkelanjutan. Berada di tengah Flores dan dapat menjadi hub Labuan Bajo.

Secara sosial budaya, tantangan egosentris kedaerahan dalam level sedang dan dapat diatasi dengan penguatan sumber daya manusia. Namun, aspek  kedaerahan ini bagi SDM yang unggul memandangnya sebagai nilai keberagaman atau kekuatan sosial budaya. Cara meramu atau merajut keberagaman ini menjadi pekerjaan pemimpin daerah.

BACA JUGA:  Maskapai Wings Air Umumkan Buka Rute Baru Bima - Ende

Kendala konektifitas dan aksesibilitas dapat dipenuhi dengan adanya bandara internasional dan pelabuan di 3 lokasi seperti Ende, Mbay dan Aimere.  Jarak antar kabupaten lebih pendek dibandingkan dengan Manggarai Barat dan Maumere.

Dari ketiga zona tersebut diatas, dimanakah letak ibukota Flores yang terbaik? Pertanyaan selanjutnya, apakah nama ibukotanya? Ada yang mengusulkan nama ibukota Flores dengan Kota Raja. Adapula yang mengusulkan dengan nama Kota Bunga. Pulau yang banyak bunganya ketika ditemukan oleh Bangsa Portugis pertama kali.

Apapun namanya, cara pandang pemimpin daerah  menjadi fondasi membangun Propinsi Flores.  Aspek Geostrategis penting sekali untuk dipahami. Aspek kearifan lokal, politik afirmasi dan kepemimpinan transformasi diperlukan untuk menghadapi jaman distrupsi ini.

Selain faktor-faktor diatas, indeks ketahanan sosial budaya Flores dalam kategori sangat tinggi. Toleransi, kerukunan, sikap religius dan kesederhanaan  menjadi keunggulan otentik masyarakat Flores dan Lembata. Kekuatan ini menjadi DNA frekuensi masa kini. Semoga kekuatan ini mampu mengatasi kendala yang ada dan semakin memperkuat sinergi dan kolaborasi membangun Flores dan Lembata.

Penulis adalah Pendiri Komunitas Relawan Pariwisata Green Lover (Korps Green Lovers) tinggal di Labuan Bajo

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button