Pendekatan filosofi gendang one lingko pe’ang pada kawasan wisata Parapuar merupakan strategi memperkuat semboyan bhineka tunggal ika. Kawasan Parapuar didesain untuk memperkenalkan nilai budaya yang merupakan tonggak dalam pengembangan suatu destinasi wisata. Inti dari kawasan ini mengambil konsep filosofi gendang one lingko pe’ang yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur dari orang Manggarai.
Manggarai menyimpan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Tak hanya itu, Manggarai dan Flores juga memiliki potensi besar dalam bidang ekonomi kreatif. Dengan kekayaan budayanya yang unik dan beragam serta sumber daya alam berkelanjutan yang melimpah, kawasan Parapuar berpotensi menjadi pusat kreatif hub Indonesia Timur Bagian Selatan.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bersama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mempersiapkan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi Creative Hub di Puncak Waringin, Manggarai Barat. Sejalan dengan promosi Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas yang berkelanjutan, kawasan Parapuan bertumbuh menjadi simbol pusat kolaborasi dan sarana bertukar informasi antara pelaku ekonomi kreatif sekaligus mendorong multiplier effect ke sektor lainnya.
Beragam event kreatif dilaksanakan di kawasan ini sepanjang tahun 2023-2024. Beragam kegiatan seperti dialog lintas komunitas, pameran UMKM, konser musik dan budaya serta ajang kreatifitas lainnya. Kawasan ini menjadi wadah pemilik masa depan bangsa, para pemuda Indonesia Timur Bagian Selatan untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka di berbagai bidang, seperti seni, musik, fashion, kuliner, teknologi dan lain sebagainya.
Kawasan ini memiliki potensi unggul untuk menghubungkan wisatawan Indonesia dan dunia dengan kawasan Indonensia Timur Bagian Selatan. Berjarak 7 menit dari Bandara Internasional Komodo dan 12 menit dari kawasan Water Front Marina, Labuan Bajo.
Peluang dan Tantangan
Kawasan Parapuar memiliki beberapa tantangan yang perlu dihadapi untuk mewujudkannya sebagai pusat kreatif hub. Salah satu tantangannya adalah keterbatasan infrastruktur. Ketersediaan air dan listrik serta infrastruktur budaya yang menjadi tonggak penetapan kawasan tersebut sebagai destinasi baru.
Tantangan lain yang perlu dihadapi adalah masih banyak pemuda yang belum menjadikan seni dan kreatifitas sebagai profesi yang unggul di masa depan guna mendorong pengembangan sektor pariwisata. Namun, angka minat dalam bidang seni dan kreatirifitas secara organik terus bertumbuh.
Pertumbuhan ini dapat dilihat dari tarian tradisonal dan musik khas NTT yang mendunia. Tarian tradisional adalah merupakan identitas masyarakat Nusa Tenggara Timur yang memiliki nilai estetika dan filosofi indah di dalamnya. Lewat penghayatan cerita yang tergambar lewat gerakan gemulai atau hentakan kaki para penari serta irama musik tradisional yang dimainkan akan semakin memperkokoh nilai ketradisionalannya. Nilai-nilai dalam tarian massal dan musik mewujudkan persahabatan masyarakat NTT dan dunia.
Dengan memperhatikan pertumbuhan tinggi pariwisata di Labuan Bajo Flores NTT, hal ini menjadi momentum untuk mempercepat pengembangan kawasan Parapuar dengan mendirikan culture center.
Dengan mempertimbangkan aspek strategis ini, diharapkan pemerintah Indonesia dengan serius mengembangkan Indonesia Timur bagian selatan. Rencana pengembangan Labuan Bajo, Flores (Floratama), agar terus dilanjukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029.
Kelanjutan pengembangan RPJMN 2019-2024 dengan memperhatikan keunggulan beberapa kawasan di Flores seperti rencana pengembangan geopark Kelimutu dan potensi pengembangan wisata ideologi di Kabupaten Ende serta potensi pengembangan kawasan pertanian dan peternakan di Kabupaten Nagekeo sebagai penunjang sektor pariwisata.
Peluang lain dari pengembangan kreatif hub ini antara lain melalui Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo (B{OLBF) agar terus menciptakan ruang kreatif di kawasan Parapuar dengan berbagai event seperti festival Melanesia, Festival Wild Life, Festival Air, Festival Teknologi dan lainnya yang dapat menunjang pengembangan kawasan dan sektor pariwisata.
Akhir kata, guna mendukung dan mempercepat pengembangan kawasan Parapuar, seluruh pemangku kepentingan termasuk media untuk mengambil bagian mempromosikan kawasan tersebut. Inilah saatnya NTT menyatukan langkah untuk mengembangkan harta kekayaan baru yang berkelanjutan guna mengatasi ketertingglannya. Mari kita bangkit, bergandeng tangan dan bersuara untuk pengembangan Labuan Bajo- Flores-NTT (Floratama) dan Indonesia Timur bagian selatan. Mari kita memperjuangkan kelanjutan pengembangan DPSP di seluruh Flores NTT dengan potensi yang dimiliki.
Penulis adalah Pendiri Komunitas Relawan Pariwisata Green Lover (Korps Green Lovers) tinggal di Labuan Bajo