BUDAYA

Seminari adalah Jantung Keuskupan dan Jantung Gereja

FLORES GENUINE – Praeses Seminari Yohanes Paulus II, Labuan Bajo, Romo Benediktus Bensi, Pr menyatakan bahwa seminari adalah jantung keuskupan sekaligus jatung Gereja Katolik. Karena dari seminari inilah lahir calon-calon imam yang pada saatnya akan dithabiskan menjadi imam.

“ Dokumen Konsili Vatikan II  mengungkapkan bahwa seminari adalah jantung dari sebuah keuskupan atau jantung dari sebuah gereja. Karena dari seminari inilah, muncul calon-calon imam  yang pada suatu saat akan ditahbiskan menjadi imam,” ungkap Romo Beni.

Romo Beni mengatakan bahwa keberadaan seminari sangat penting dan membutuhkan dukungan para pemimpin untuk memberikan motivasi, kekuatan dan peneguhan bagi para siswa yang sedang menimbah ilmu di seminari. Hal ini ungkapkan Romo Beni saat menerima kunjungan Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, Pr di Seminari Yohanes Paulus II, Labuan Bajo, Senin (3/2/2025).

BACA JUGA:  Uskup Labuan Bajo : Banyak Seminari di Dunia Sudah Ditutup

Romo Beni menceritrakan sekilas lahirnya Seminari Yohanes Paulus II, Labuan Bajo. Seminari ini didirikan oleh Mgr. Eduardus Sangsun, SVD pada tanggal 25 Agustus tahun 1987. Saat didirikan, Romo Beni mengaku diundang turut hadir untuk menyaksikan persemian seminari.

“Waktu itu saya bertugas di Paroki Cancar. Uskup Edu mengundang saya untuk turut menyaksikan peresmian seminari ini,” ungkap Romo Beni.

Awal beridiri dari tahun 1987-2007, seminari ini dikelola oleh Tarekat SVD. Dalam kurun waktu tersebut, para siswa masih bersekolah di SMAK Ignasius Loyola karena seminari baru memiliki gedung asrama dan ruang kelas terbatas. Lalu, tahun 2007 seminari ini diserahkan kepada Keuskupan Ruteng dan ditangani oleh imam-imam projo bekerja sama dengan imam Fransiskan, ordo SMM dan tarekat Redemtoris.

Dia menyebutkan, saat ini, jumlah siswa sebanyak 318 orang. Rinciannya, pria sebanyak 158 orang dan wanita  89 orang. Sementara, seminari Kelas Persiapan Bawah (KPB) sebanyak 49 orang dan seminari Kelas Persiapan Atas (KPA) sebanyak 22 orang.

BACA JUGA:  Orang Muda, Jadilah Terang bagi Bangsa-Bangsa

“ Saya bangga karena dari tahun ke tahun peminat untuk masuk seminari terus berkembang. Saya pikir jika semua menjadi imam, bisa kaya gereja,” ujarnya.

Sementara jumlah pendamping dan pengajar sebanyak 9 orang yang terdiri dari imam dan frater top. 6 orang  adalah imam projo, 1 orang imam Fransiskan, 1 orang dari Tarekat SMM dan 1 orang dari Tarekat Redemtoris.

Selain itu, 6 orang adalah frater top yakni 4 orang projo, 1 orang Fransiskan dan 1 orang dari Ordo SVD. Sementara itu, biarawati sebanyak 2 orang. Para suster ini selain membantu bekerja di dapur juga sebagai staf pembina seminari. [vin/fgc]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button