BUDAYA

Rumah adalah Simbol Persekutuan Hidup

FLORES GENUINE – Rumah tidak sekedar sebuah gedung, tetapi adalah simbol sebuah persekutuan yang hidup. Rumah dibangun di atas dasar relasi yang sangat intim dengan Tuhan dan  relasi yang intim dengan sesama.

Hal ini diungkapkan Vikjen Keuskupan Labuan Bajo, Romo Richardus Manggu pada acara peletakan batu pembangunan pastoran Stasi Mrombok, Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Sabtu pekan lalu.

Menurut Romo Manggu, rumah pastoran adalah juga tempat berkomunikasi dan bersilaturahmi. Tempat di mana umat datang membawa tangis, cerita dan segala hal yang terjadi dalam kehidupannya. Juga tempat pastor melepas lelah ketika dia sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan.

“ Pastoran adalah tempat tinggalnya pastor. Tempat pastor bisa merencanakan karya pastoral dengan baik. Tempat pastor berdoa minta petunjuk kepada yang Ilahi. Apa yang menjadi kebutuhan umat dan apa yang bisa dilakukan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan itu,” ujarnya.

BACA JUGA:  Antonius Hantam Kisahkan Haji Ishaka bukanlah Dalu Nggorang, Ia Singgung Kehadiran Belanda

Dia mengatakan bahwa umat yang bersatu dan dipimpin oleh seorang gembala ingin berjalan bersama-sama karena dilandasi oleh adanya niat dan semangat kebersamaan dan persekutuan itu tidak bersifat eksklusif yakni hanya bersifat ke dalam tapi juga harus merangkul dan membuka tangan dengan yang lain.

Mengutip Paus Fransiskus, Romo Manggu menyatakan bahwa di dunia ini seringkali kita membutuhkan orang lain. Tidak hanya karena kita berkekurangan tapi bukti dari sebuah keterlibatan kita yang serba terbatas.

“ Kita tidak pernah menjadi sempurna. Kesempurnaan hanya bisa kita peroleh bersama dengan yang lain,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Stasi Merombok, Wilibrodus Cungkuru menyatakan bahwa peletakan batu pertama merupakan awal dari perjalanan panjang dalam mewujudkan tempat pastoran baru untuk gereja Stasi Merombok yang menjadi pusat spiritual dan komunitas bagi seluruh umat di stasi ini.

BACA JUGA:  Uskup Labuan Bajo : Banyak Seminari di Dunia Sudah Ditutup

Dia menegaskan bahwa pembangunan pastoran bukan sekedar proyek fisik, tetapi juga komitmen dalam memenuhi kebutuhan rohani dan spiritual umat.

“ Momen peletakan batu pertama ini, tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga membawa harapan baru bagi seluruh umat di stasi ini,” ucapnya.

Menurut dia, kehadiran pastoran diharapkan menjadi tempat yang menyatukan, memberi inspirasi dan memberikan arah spiritual bagi umat setempat. Proyek ini juga diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan untuk memperkuat solidaritas dan persaudaraan diantara umat.

Kehadiran berbagai pihak dalam acara peletakan batu ini menunjukkan dukungan dan kolaborasi dari berbagai komunitas. Selain tokoh agama dan tokoh masyarakat, juga hadir donatur, sponsor serta sukarelawan yang berkomitmen untuk mendukung pembangunan gereja ini.

BACA JUGA:  Menggagas Membangun Ekosistem Taman Renungan Bung Karno

“ Semangat gotong royong dan kebersamaan tercermin dalam partisipasi aktif semua pihak dalam memastikan kelancaran acara dan kesuksesan proyek ini,” tambahnya. [vin/fgc]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button