FLORESGENUINE. com– Sabtu sore, 14 Pebruari 2024, puluhan komunitas berkumpul di kawasan Parapuar, Labuan Bajo. Kawasan seluas 400 hektar tersebut merupakan lahan otorita Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) yang mana, kawasan ini akan dikembangkan sebagai salah satu destinasi pariwisata baru.
Adapun diskusi lintas komunitas ini bertujuan menggali berbagai aspirasi dan wadah saling membagi ceritra dalam rangka mendesain pembangunan pariwisata Labuan Bajo yang lebih bermartabat, berkeadilan dan berkelanjutan. Banyak persoalan yang diangkat dalam diskusi ini.
Sebut misal, masalah minimnya akses dan ruang kreasi bagi komunitas-komunitas kreatif, hingga kesiapan sumber daya manusia handal untuk menghadapi persaingan bisnis industri pariwisata.
Pelaksana Tugas (Plt) BPOLBF, Fransiskus Teguh menyatakan, pariwisata Labuan Bajo masih menghadapi banyak masalah dibandingkan dengan pariwisata Bali. Karena itu, diperlukan keterlibatan banyak pihak untuk mencari solusi bersama. Khusus untuk kawasan Parapuar, pengembangan pariwiata akan sejalan dengan master plan kawasan Parapuar yang sesuai dengan tata ruang budaya lokal Manggarai.
Dia mengatakan bahwa kawasan Parapuar akan ditata sesuai dengan lingkungan yang alami dan sesuai dengan tata ruang budaya lokal. Selain itu, pengembangan pariwisata akan memperhatikan nilai-nilai kearifan local. Dalam master plan di Parapuar, akan di bangun ‘Mbaru gendang’ one lingko pe,ang ( ada rumah adat berupa Mbaru gendang dan ada kebunnya) sebagai satu kesatuan yang mencerminkan budaya dan kararakter Parapuar.
Ia berharap orang NTT yang memiliki banyak uang untuk ikut berinvestasi di kawasan ini. “Banyak orang di NTT yang memiliki banyak uang. Semoga mereka berminat untuk berinvestasi di Parapuar sehingga membuka banyak pekerjaan bagi warga lokal,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PMD Manggarai Barat, Pius Baut mengatakan, lompatan kemajuan pariwisata Labuan Bajo dalam beberapa tahun terakhir sangat cepat. Karena itu, dia berharap komunitas-komunitas keratif seperti UMKM, kelompok seni dan budaya agar berpartisipasi aktif dalam mengisi ruang-ruang industri pariwisata yang tersedia.
Dia juga meminta agar para pelaku indstr pariwisata dapat membayar para penyedia jasa seperti pelaku seni dan sanggar dengan harga yang wajar dan layak.
“Saya minta para industri untuk membayar pelaku seni dengan pantas. Masa dibayar 150.000, kan tidak sesuai. Demikian juga kepada pelaku sangar dan seni di Manggarai Barat agar berkomptesisi secara sehat dengan penampilan yang baik dan professional,” ujarnya.
Diskusi lintas komunitas ini dihadiri antara lain Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Menparekraf berkolaborasi dengan TikTok Indonesia dan Bank BRI KCP Labuan Bajo, Pokja Akselerasi Digitalisasi Direktorat Musik dan Animasi Kemenparekraf Artadi, Sanggar I Production, Sanggar Tate Kin Art, Kopi Oles, PAPPRI, VideoGe, Animal Pop Komodo, Stand Up Comedy Labuan Bajo, Komunitas Remaja Labuan Bajo. [kis/fg]