PARIWISATA

Pesona Kampung Warloka, Destinasi Wisata Petualangan yang Eksotis

FLORES GENUINE- Warloka, kampung mungil nan indah ini terletak di pesisir teluk Warloka, Desa Warloka Pesisir, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Letaknya strategis. Kampung tua ini diintari gugusan perbukitan cantik yang memanjakan mata bagi setiap orang yang datang.

Selama ini, kampung nelayan tradisional ini boleh dibilang sangat terisolasi dari dunia luar. Betapa tidak, akses ke kampung ini sungguh sangat sulit. Satu-satunya akses ke kampung ini adalah melalui jalur laut. Namun, kampung nelayan ini  kini mulai memoles diri bak gadis cantik yang siap dipinang oleh sang lelaki.

Setiap orang yang berkunjung ke kampung ini tentu akan berdecak kagum. Selain para pengunjung akan disuguhi nuansa perkampungan nelayan, Anda juga dapat menikmati kuliner khas dari hasil laut. Bentangan panorama alamnya pun sungguh memukau.

Hutan bakau tampak membentang disepanjang pantai, senantiasa memanjakan mata. Meski di sejumlah titik hutannya telah hilang, entah dihantam abrasi atau akibat aktivitas manusia yang merusak alam seperti menebang kayunya untuk buat bangunan pemukiman atau perbaiki kapal-kapal yang sudah rusak.

Warloka memang punya kekhasan yang tak dimiliki di wiayah lain di Flores bagian barat ini. Selain pegunjung dapat menikmati hutan bakau dan gugusan perbukitan indah, pengunjung bisa berpetualang ke sejumlah spot wisata sejarah seperti melihat batu balok yang merupakan harta karun warisan sejarah masa lalu.

Tak hanya itu, Warloka juga mempunyai pasar tradisional yang masih berjalan hingga diabad modern ini. Di mana proses transaksi atau jual beli masih menerapkan sistem barter yaitu penukaran barang dengan barang. Pasar barter Warloka merupakan salah satu pasar tradisional di wilayah ini yang masih terus dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Jika anda hendak berbelanja di pasar ini, sebaiknya Anda membawa barang-barang seperti pisang, ubi, beras, buah-buahan yang dapat ditukarkan dengan ikan, garam atau hasil laut lainnya dari para nelayan setempat.

BACA JUGA:  Menteri Parekraf : Penutupan TNK Tak Pengaruhi Target Kunjungan Wisatawan
Perkampungan nelayan tradisional Warloka. (foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Pasar Barter Warloka, Jalinan Kekerabatan dan Persaudaraan

Pasar ini dibuka setiap hari Selasa. Orang-orang dari pengunungan yang rata-rata adalah petani mereka datang ke pasar ini. Mereka turun ke pantai untuk berbelanja atau berdagang yakni untuk menukarkan barang dagangan mereka dengan hasil laut oleh para nelayan. Suasana penuh persudaraan dan kekeluargaan semakin terasa saat pasar mulai dibuka pada Pkl. 05.00 pagi.

Tak ada sekat dan batas untuk menyatukan perbedaan atas nama suku agama, ras atau golongan. Semua orang larut dalam nuansa kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan. Pasar Warloka menjadi simpul sekaligus muara ikatan kekerabatan dan jalinan kasih sayang antar sesama tanpa memandang perbedaan.

BACA JUGA:  10 Destinasi Wisata Favorit di Lambata yang Direkomendasikan untuk Anda Kunjungi

Para pengunjung ditawari pula beberapa spot wisata alternatif lainya. Salah satu tempat wisata yang kini mulai digandrungi para wisatawan yakni Bukit Anjungan, sebuah bukit yang terletak hanya beberapa meter dari perkampungan nelayan ini. Bukit sabana yang dulu dijadikan lokasi penggembalaan ternak itu, kini tengah disulap menjadi spot wisata yang menawarkan sensasi alam.

Untuk mencapai bukit indah ini tidak terlampui sulit. Pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 10 – 15 menit perjalanan. Ada beberapa jalur untuk bisa menuju Bukit Anjungan. Bisa melalui trek pajang yang berjarak sekitar 250 meter atau bisa juga mellalui jalan pintas yang berjarak sekitar 150 meter. Namun, untuk jalur ini, anda mesti mempersiapkan diri terutama kondisi fisik yang prima.

Beberapa tahun lalu, di kampung ini telah dibentuk kelompok pengelola pariwisara (Pokdarwis). Kepada media ini, Rivaldo, seorang anggota Pokdarwis berceritra bahwa sejak dibuka pada Desember lalu, tepatnya tanggal 23 Desember 2024, sudah lebih dari 1000 wisatawan yang berkunjung  ke sini. Rata-rata adalah wisatawan domestik atau lokal sedangkan wisatawan mancanegara belum banyak.

BACA JUGA:  Paslon Edi-Weng Bertekad Kembangkan Pariwisata Inklusif dan Berkelanjutan

“Mungkin karena sekarang sedang musim hujan atau bukan musim turis,”ujarnya, Minggu (12/1/2025).

Pemandangan pulau-pulau kecil yang berserakan di kawasan perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya. (foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Meski demikian, ia yakin, bila musim panas nanti, akan banyak wisatawan yang datang ke tempat ini. Di bukit ini pula telah dibangun beberapa fasilitas seperti tower Telkom, tempat foto dan anjungan untuk menyaksikan panorama alam dari atas bukit.

Di ketinggian ini, pengunjung bisa menyaksikan panorama alam yang mempesona seperti perkampungan nelayan tradisional Warloka dan Rinca, Selat Molo dan pulau-pulau kecil yang berserakan di perairan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) dan sekitarnya.

Nun jauh di bawah, di teluk Warloka,  pengunjung juga dapat menyaksikan para nelayan tradisional dengan perahu-perahu sederhana tengah berburu ikan dan di selat-selat sempit diantara pulau-pulau kecil yang terhampar di sekelilingnya. Di tempat indah ini, pengunjung hanya mengeluarkan uang Rp5000 untuk menikmati segala karunia agung yang disediakan oleh Sang Pencipta. Ayo ke Warloka. [Kornelis Rahalaka]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button