FLORES GENUINE – Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus mengungkapkan bahwa sejarah Flores tak terlepas dengan sejarah Gereja Katolik. Jejak-jejak karya para misionaris di Flores selalu disertai dengan jejak misi seperti dibidang pendidikan yakni dengan membuka sekolah, kursus-kursus dan lain sebagainya.
Uskup Maksimus mengungkapkan itu dalam kotbah perayaan ekaristi peresmian gedung baru SMPK St.Yosefa, Labuan Bajo, Kamis (30/1/2025).
Menurut Uskup Maksimus, sejarah Flores dan sejarah peradaban di Flores serta sejarah kebudayaan Flores adalah sejarah misi pendidikan. Dan sejarah misi ini sudah ada jauh sebelum kita mengenali Indonesia.
“ Kalau kita membaca sejarah Gereja Manggarai Raya ini, di Flores Barat ini, di Labuan Bajo ini, sekolah pertama di Flores sudah lebih dari satu abad. Jadi, pelayanan gereja di bidang pendidikan itu sudah jauh ada sebelum kita ada. Dan pendidikan adalah bagian penting dari pastoral dan pelayanan gereja itu sendiri,” ungkap Uskup.
Sejak dulu sampai sekarang, kita masih meneruskan karya-karya misi ini, baik dengan kehadiran keuskupan maupun kehadiran kongregasi, para suster, frater, bruder yang menaruh perhatian di dunia pendidikan.
“ Kita tidak berjalan sendiri. Banyak kerja-kerja kolaboratif yang terjadi sehingga misi pendidikan itu terus berjalan dan kita terus berkarya sampai sekarang,” ucapnya.
Oleh karena itu, Uskup mengajak umat untuk terus melakukan kerja-kerja kolaboratif dalam karya di bidang kemanusiaan terutama pendidikan. Mengutip Injil, Uskup Maksimus menyatakan pentingnya membangun fondasi yang kuat.
“ Tuhan mengajak kita supaya membuat rumah itu di atas batu karang. Karena hanya rumah yang dibangun di atas batu karang yang tidak bisa dihantam oleh badai sekuat apapun,” ujarnya.
Ia berharap, misi gereja dan misi kita semua terutama di bidang pendidikan harus memiliki pondasi yang kuat yakni fondasi yang tahan terhadap ancaman dan tahan terhadap tantangan-tantangan zaman.
Menurut Uskup, gedung sekolah yang dibangun merupakan satu bagian atau satu elemen dari proses kita untuk memastikan bahwa kita memiliki pondasi yang kuat dalam mengedukasi generasi muda.
“ Mendidik generasi muda yang dipercayakan kepada kita supaya kalau hujan dan badai, pelajaran tetap berlangsung dengan aman,” ucapnya.
Menurut dia, gedung yang bagus, yang kokoh dimaksudkan agar apapun keadaan di luar, kita tetap bisa melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dengan aman. Namun lebih dari itu, pondasi nilai, pondasi moralitas, pondasi karakter juga harus menjadi bagian dari proses kita dalam pelayanan pendidikan.
Dari pondasi yang kuat tidak hanya menghasilkan bangunan yang kuat tetapi juga harus melakukan formasi yakni membentuk karakter manusia.
“ Kita semua pasti melewati proses formasi. Yesus juga melewati proses formasi. Seperti Yesus tinggal di padang gurun empat puluh hari dan empat puluh malam. Itu proses formasi. Kita juga harus melewati proses formasi. Bangunan yang kuat, yang indah adalah bagian dari proses formasi. Membentuk manusia, membentuk generasi muda yang punya karakter dan yang punya kualitas,” Uskup Maksi menerangkan.
Selain pondasi dan formasi, aspek fruktuasi yakni anak-anak didik dapat bertumbuh dengan baik, bisa melakukan sesuatu dengan baik yang merupakan buah-buah dari proses formasi.
“ Dalam pelayanan pendidikan, kita harus memastikan bahwa kita memiliki fondasi yang kuat dengan menjalankan proses pembentukan yang baik sehingga akhirnya menghasilkan buah-buah yang baik pula,”tambahnya.
Oleh karena itu, Para suster SSPS bisa terus mempertahankan karakter budaya pelayanan pendidikan yang baik sehingga kita bisa menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah dunia dengan mempertahankan dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan.
“ Kita akhirnya menjadi bagian dari proses pembangunan peradaban yang semakin baik dan sejahtera,” tutup Uskup Maksi.
Sementara itu, Provinsial SSpS Flores Barat, Suster Paulina Ngula dalam sambutannya mengungkapkan terima kasih kepada para donatur atas kerelaan dan niat yang baik dengan memberikan amal untuk membantu kongregasi SSpS.
“ Kami tidak menyebutkan namanya tapi ia ada di dalam hati, dalam pikiran kami, di dalam doa dan kurban kami. Dari hari ke hari, dari generasi ke generasi, terutama dalam kurban ekaristi ini, nama beliau menjadi prioritas dalam seluruh rangkaian acara hari ini. Nama ini ada di dalam hati kami yang paling dalam,”kata Suster Paulina.
Suster Paulina mengatakan bahwa donatur telah melakukan perbuatan kasih yang amat besar. Ia telah menjadi seperti pelita yang menerangi kegelapan iman kami.
“ Iman kami yang masih muda belia ini sering bertanya, apakah mungkin kami bisa membangun gedung sekolah baru dan serbaguna yang mewah ini? Ini adalah rahmat yang luar biasa bagi kami para suster SSpS,” ungkap Suster Paulina.
Senada diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Manggarai Barat, Yohanes Hani. Ia mengatakan bahwa pendidikan sesungguhnya bukan menanamkan pengetahuan saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai.
“ Pengetahuan boleh hilang, tetapi nilai dan karakter tidak bisa hilang,” ujarnya.
Menurut dia, tugas sebagai guru atau orang tua adalah menjadi pembangkit semangat anak dan menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak.
“ Kita cenderung menuntut anak untuk berbuat ini atau itu, tapi kita tidak memberikan contoh yang baik. Anak kita dilarang merokok, kita juga harus tidak boleh merokok di depan anak,” ujarnya seraya meminta agar guru dan orang tua menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak didik. *[vin/fgc]