BUMI MANUSIA

Mengenal Sistem dan Proses Pemilihan Paus Baru Gereja Katolik

FLORES GENUINE- Dunia tengah menunggu pemimpin baru Gereja Katolik se dunia pasca wafatnya Paus Fransiskus. Proses konklaf atau pemilihan Paus baru tengah berlangsung dari hari Rabu 7 Mei 2025 waktu setempat. Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang berhak ikut serta.

Vatikan telah mengonfirmasi bahwa seluruh 133 kardinal yang diharapkan hadir sudah tiba di Roma. Melansir dari laman Guardian, ada 50 kardinal berasal dari Eropa, dengan Italia mendominasi. Sementara, ada 10 dari AS, 23 dari Asia, 21 dari Amerika Tengah dan Selatan, dan 18 dari Afrika.

Konklaf dapat berlangsung mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu. Konklaf terlama dalam sejarah, pada abad ke-13, berlangsung selama dua tahun sembilan bulan. Namun, sejak awal abad ke-20, sebagian besar konklaf hanya berlangsung dua hingga tiga hari.

Apabila tidak ada kandidat yang mendapatkan dua pertiga suara setelah 13 hari pemungutan suara, maka dilakukan pemilihan ulang antara dua kandidat teratas. Namun, hal ini tetap harus mendapat dua pertiga suara dari seluruh kardinal. Jika masih terjadi kebuntuan, belum ada ketentuan yang jelas mengenai langkah selanjutnya.

BACA JUGA:  Kardinal Ignatius Suharyo : Thabisan Uskup, Peristiwa Iman yang Agung

Persiapan Konklaf

Para kardinal yang mengenakan jubah merah akan berjalan dari tempat tinggal di Casa Santa Marta menuju Kapel Sistina. Kardinal akan menyerahkan ponsel; kapel telah diperiksa dari alat penyadap dan perangkat pengacau sinyal telah dipasang. Masing-masing akan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan.

Pemimpin liturgi kepausan akan mengucapkan “extra omnes” yang berarti “semua keluar”. Sehingga, semua orang yang hadir, kecuali kardinal pemilih dan beberapa pejabat serta dokter, akan keluar, lalu pintu dikunci.

Tidak ada pidato atau debat yang diizinkan di dalam kapel. Pemungutan suara pertama dilakukan pada Rabu sore. Setelah itu, akan ada empat pemungutan suara setiap hari hingga satu kandidat memperoleh mayoritas dua pertiga.

Para kardinal akan beristirahat untuk makan siang sekitar pukul 12.30 siang, kemudian kembali ke kapel pada sore hari untuk putaran pemungutan suara berikutnya. Di penghujung hari, para kardinal akan berdoa Vesper bersama, lalu kembali ke wisma Santa Marta untuk makan malam.

BACA JUGA:  Uskup Labuan Bajo Serahkan Satu Ekor Sapi untuk Hewan Qurban

Karena Santa Marta hanya memiliki 120 kamar, akomodasi tambahan telah disediakan di tempat tinggal terdekat.

Jika tidak ada hasil setelah tiga hari, para kardinal boleh mengambil hari istirahat untuk berdoa dan merenung.

Bagaimana sistem pemungutannya?

Setiap kardinal akan mendapat meja, yang di atasnya terdapat pena dan tumpukan kertas suara bertuliskan eligo in summum pontificem (“Saya memilih sebagai pemimpin tertinggi”) di bagian atas.

Setiap kardinal menulis nama calon yang dipilih, melipat kertasnya dan memasukkannya ke dalam tempat suara dari perunggu.

Setiap hari, tiga orang penghitung suara (scrutineers) dipilih secara undian, ditambah tiga petugas (infirmari) yang bertugas mengambil suara dari kardinal yang terlalu sakit untuk hadir di Kapel Sistina, serta tiga pemeriksa ulang (revisers).

Kertas suara dihitung, kemudian dijahit menggunakan jarum menembus kata eligo dan dijadikan satu bundel. Kertas suara kemudian dibakar di dalam tungku.

BACA JUGA:  Pesona Buriwutun, Menikmati Keunikan Budaya dan Keindahan Panorama Alam

Apabila belum terdapat hasil, bahan kimia ditambahkan untuk menghasilkan asap hitam; saat sudah terpilih, bahan kimia membuat asap menjadi putih. Asap keluar melalui cerobong yang dipasang di atap. Petugas pemadam kebakaran Vatikan akan bersiaga.

Apabila asap putih keluar dari cerobong, lonceng juga akan dibunyikan, menandakan kepada kerumunan di luar bahwa habemus papam punya Paus.

Saat Paus baru diputuskan

Dekan Dewan Kardinal akan bertanya: “Apakah Anda menerima pemilihan kanonik sebagai Paus tertinggi?” Apabila setuju, ia harus memilih nama kepausannya. Para kardinal kemudian menyatakan sumpah setia kepada Paus baru.

Paus kemudian akan dibawa ke Ruangan Air Mata (Room of Tears), tempat berganti dari jubah kardinal merah menjadi jubah putih Paus.

Biasanya, jubah dalam ukuran kecil, sedang, dan besar telah disiapkan. Kali ini, dikabarkan bahwa Vatikan menggunakan kembali jubah dari konklaf sebelumnya. Paus baru akan dibimbing menuju balkon utama Basilika Santo Petrus untuk menyapa umat. * [red/fgc]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button