NTT dengan segala kekayaan alam dan budayanya masih menghadapi tantangan kemiskinan. Angka kemiskinan beberapa dekade belum berubah secara signifikan. Kemiskinan berlarut-larut lebih dari setengah abad. Kondisi ini apabila berlangsung lama, dalam metafora dapat disebut bencana peradaban.
Peradaban yang cenderung tidak berkembang akan memberi dampak kepada pertumbuhan suatu wilayah dan kesenjangan dengan dunia luar. Hal ini bukan saja masalah ekonomi semata, tetapi juga suatu kondisi yang menghambat perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini juga dapat meruntuhkan martabat manusia dan menghambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Data BPS tahun 2023, tingkat pendapatan perkapita NTT sebesar 23,08 juta. Lebih tinggi sekitar 2 juta dari Timor Leste. Dua wilayah ini, berjuang bersama dengan sumberdaya alam yang hampir setara untuk bangkit dari kemiskinan.
Tahun 2023, NTT semakin jauh meninggalkan Timor Leste. Pertumbuhan sektor pariwisata telah mendongkrak nilai GDP Propinsi NTT. Perekonomian Nusa Tenggara Timur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2023 naik tinggi sebesar 128,52 triliun. Sekitar 3,7 kali dari Timor Leste.
Namun, NTT juga ditinggal jauh dari Propinsi Guandong di Tiongkok. GDP Propinsi Guandong di Tiongkok sebesar 3.035,573 triliun. Nilai ini 23,6 kali lipat dari Propinsi NTT dan lebih tinggi dari GDP Indonesia atau hampir setara dengan APBN Indonesia tahun 2023.
Kondisi bencana peradaban ini, telah menghasilkan masalah lain di bidang kesehatan. Setengah abad lebih, NTT tenggelam dalam generasi stunting. Banyak upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan akses dan layanan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Upaya ini makin dikuatkan oleh dewan perwakilan rakyat (DPR) periode yang lalu. Capaian penganggaran dibidang kesehatan ini sangat tinggi. Ini adalah aksi nyata untuk mengatasi masalah utama di masyarakat. Diharapkan ini akan dilanjutkan dengan penguatan sumberdaya manusia kesehatan di pemerintahan yang akan datang.
Sumberdaya manusia bidang kesehatan akan menjadi pemangku kunci dalam menghadapi masalah stunting di NTT. Upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kapasitas orang tua dalam mengelola sumber daya pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Upaya lain yang diperlukan melalui edukasi tentang pencegahan stunting pada ibu hamil dan menyusui.
Disisi lain, kebijakan strategis pemerintah diharapkan dapat mendukung sektor unggulan. NTT sedang dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di sektor pariwisata. Harta kekayaan baru ini menjadi jembatan untuk mengurangi angka kemiskinan dan stunting. Kebijakan strategis pemerintahan NTT kedepan yang sejalan dengan hal ini akan mampu mengurangi masalah-masalah utama yang ada.
Namun, semoga upaya ini tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri. Kerjasama kolaboratif adalah yang paling efektif untuk mengatasi masalah ini. Dengan semangat persatuan dan persaudaraan, kita bangun NTT menjadi propinsi terdepan di Indonesia. Menjadi episentrum of growth Indonesia Timur bagian selatan dan conecting hub negara-negara di Pacifik Selatan. * [Yakobus S Muda]