
FLORES GENUINE –Ikatana Sarjana Katolik (ISKA) Bali Nusa Tenggara mendorong pemangku kepentingan strategis agar senantiasa menjaga harmoni dan merawat keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo, Flores.
Menjaga keharmonisan dan merawat keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo adalah sebuah imperatif, bukan sekadar pilihan.
“ Ini adalah tanggung jawab kolektif yang diemban oleh pemerintah, pelaku industri, masyarakat lokal dan setiap wisatawan yang menginjakkan kaki di tanah Flores ini. Keindahan Labuan Bajo yang kita nikmati hari ini adalah warisan yang harus kita jaga untuk generasi mendatang,” ungkap Yakobus Stefanus Muda, Koordinator Wilayah ISKA Bali Nusa Tenggara, di Labuan Bajo, Rabu (30/4/2025).
Menurut Yakobus, Labuan Bajo dengan lanskap alamnya yang luar biasa dan keunikan budayanya terus menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Namun, pesatnya perkembangan pariwisata di kawasan ini menghadirkan tantangan kompleks terkait keseimbangan ekologis dan sosial budaya. Menyadari pentingnya menjaga keharmonisan dan merawat keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo, berbagai pihak perlu bersinergi dan mengambil langkah proaktif.
Dalam konteks ini, Koordinator Wilayah (Korwil) Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) untuk Bali dan Nusa Tenggara turut menunjukkan komitmen yang kuat. Sebagai bagian dari organisasi cendekiawan, ISKA memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika sosial dan potensi konflik.
Korwil ISKA menyadari bahwa komunikasi yang efektif dan partisipatif memegang peranan krusial dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Dukungan Korwil ISKA terhadap keharmonisan dan keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo tercermin dalam fokus pada upaya-upaya inisiatif untuk penyelesaian dini terhadap isu-isu strategis yang muncul di Nusa Tenggara Timur, termasuk di Labuan Bajo.
Selama ini, lanjut Yakobus, ISKA mendorong skema kolaboratif dalam menciptakan ekosistem wilayah yang harmonis. Terkait dengan kiprah ISKA di Flores, antara lain melaksanakan penanaman 1.000 pohon mangrove di Labuan Bajo, Focus Group Discussion (FGD) merawat persatuan dan kesatuan di Unika Santu Paulus Ruteng, donasi bencana alam Lewotobi, melakukan pendampingan desa wisata di Tanjung Boleng, mendukung acara promosi Labuan Bajo, serta menginisiasi upaya kolaboratif bersama Pemerintah Daerah Manggarai Barat, DPD IKAL Lemhannas NTT dan Keuskupan Labuan Bajo dalam program good agriculture practices kopi guna mengangkat harkat kopi Manggarai.
ISKA juga mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas di bidang pelestarian lingkungan di wilayah Manggarai Barat, Flores, NTT.
ISKA juga mengapresiasi pemerintah pusat dan propinsi dan Kabupaten Manggarai Barat serta Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo, Flores akan capaian yang ada.
Ia menyebutkan, ada dua hal strategis yang dicapai. Pertama, di akhir periode RPJMN 2019-2024, Labuan Bajo mampu mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan di angka hampir setengah juta. Capaian ini sangat signifikan karena adanya promosi dan endorsement pemerintah pusat yang masif. Capaian ini patut diperbandingkan dengan tahun 2022 dan 2023.
Kedua, Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo telah berhasil diperluas secara nomenklatur dalam RPJMN 2025-2029 ke Kabupaten Manggarai, Bajawa dan Ende. Hal ini merujuk pada potensi desa wisata yang telah maju dikembangkan. RPJMN 2025-2029, pengembangan pariwisata berlanjut ke fase pengembangan destinasi di darat dengan simpul desa wisata dan peningkatan infrastruktur.
Hal ini menjadi tantangan bagi pemangku kepentingan guna menciptakan variasi destinasi di darat yang setara dengan destinasi bahari. Namun, pengembangan pariwisata yang pesat perlu diimbangi dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan, yang mencakup penghormatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal. Dalam praktiknya, perlu menjaga keseimbangan ekologi, lingkungan kepariwisataan dan aktivitas sosial kemasyarakatan yang kondusif.
” Ekosistem Labuan Bajo yang unik ini bisa menjadi rapuh apabila tidak dikelola secara baik,” tandas Yakobus.
Menurut dia, keberhasilan menjaga harmoni dan keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo membutuhkan kemitraan dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak. Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator, menciptakan kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Sementara, pelaku industri pariwisata memiliki tanggung jawab untuk menerapkan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Sedangkan masyarakat lokal adalah mitra utama dalam menjaga warisan budaya dan alam mereka. Organisasi non-pemerintah dan komunitas internasional juga dapat memberikan kontribusi yang berharga melalui pendampingan dan dukungan teknis.
“ Menjaga keharmonisan dan merawat keberlanjutan pariwisata Labuan Bajo adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Ia membutuhkan visi jangka panjang, komitmen yang kuat, dan tindakan nyata dari semua pihak. Dengan bergandengan tangan, kita dapat memastikan bahwa keindahan Labuan Bajo akan terus memukau dunia, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan lestari untuk dinikmati oleh generasi yang akan datang. Mari kita rawat surga ini dengan penuh tanggung jawab, agar harmoni alam dan budaya terus bersemi di jantung Flores,” umbau Yakobus.
Sikap kritis, kata Yakobus, merupakan upaya membangun sekaligus menjadi alarm peringatan bagi kita semua untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya alam NTT yang terbatas ini. Secara kelembagaan, Korwil ISKA menyatakan bahwa ISKA membuat kajian mendalam tentang Labuan Bajo dan NTT dan belum merelease pertanyaan terkait issue-issue utama di Labuan Bajo. Sebaliknya, ISKA lebih mendorong pemimpin perubahan melakukan inisiatif perbaikan dengan memberikan teladan. ISKA masih belajar menjadi terang dan garam di NTT. [red/fgc]