Warga sudah akrab menggunakan kata bos dalam pergaulan. Tak hanya dipakai untuk saling menyapa. Tapi, kata bos ditambahi keterangan menempel pada oto di kaca depan atau bagian belakangnya.
Di depan sebuah mobil carry open cup bertulis “BOSS KECE”. Juga sering ditemui realita lain tertulis kata-kata selain berbahasa Indonesia dan ada pula berbahasa Inggris: “Big Boss” “Bos Terkenal” “Boss Black” “Bos Hitam” “Bos Kecil”
Tulisan tersebut melekat pada oto roda empat angkutan barang berukuran kecil, open cup dan roda enam berukuran sedang serta oto truk berukuran besar.
Boss dalam linguis Inggris berarti kepala, atasan, majikan. Kemudian kata bos menjadi kosa kata Bahasa Indonesia. Kata serapan berasal dari Bahasa asing. Kata bos dalam KUBI-Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti orang yang menjadi pemimpin, orang yang berkuasa mengawasi, orang yang berkuasa membayar, orang kaya dan berduit. Dan kece bermakna cantik, tampan, keren.
Pertanyaannya, ada apa gerangan kata bos dilekatkan pada oto? Kukira ada pesan tertentu di baliknya. Dewasa ini sedang terjadi pergeseran dari menyapa bos buat seseorang berduit menjadi sapaan basa-basi, guyon dan kasih sayang keakraban dalam pergaulan warga sehari-hari.
Kadang-kadang om sopir menempel kata bos termotivasi oleh guyonan dari sesama teman dekat. Mungkin karena ia sukses. Ia ‘pegang duit berkecukupan’ dari hasil kerja keras menyetir oto angkutan penumpang atau muat antar barang-barang. Atau bisa saja sopirnya bernaluri seni. Ia merias otonya untuk memudahkan siapa saja yang bakal menggunakan jasa angkutan. Tulisan itu bermaksud untuk membedakan mobilnya dari oto yang lain.
Ya, kekhasan otonya.
Sapaan bos tak hanya hiasan belaka. Tapi, barangkali pendorong semangat kerja. Ia menjadi “tuan” atas dirinya dan bukan sebagai bawahan dari majikan. Bekerja dengan penuh kesadaran tanpa menunggu perintah dari atasannya. Ia jadi bos atas dirinya sendiri dan pekerjaannya.
Oh, kukenang sopir tua renta
Duduk di depan teras rumah
Berapa tahun kau menyetir oto angkut pasir dan batu
Berapa banyak kelokan-kelokan yang mengejutkan kau tempuh
Aku tak tahu berapa duit terkumpul
Kuingat upah dari bos cukup buat hidup sehari-hari
Aku tak punya celengan di masa tua
Suatu ketika aku dipecat
Bos bilang tata buku berhitung rugi
Karena setoran kurang
Wah, aku bukan bos
Aku hanyalah bawahan bayaran dari kaum berduit dan kaya.*
Penulis adalah pegiat sosial tinggal di Maumere