
FLORES GENUINE – Berdasarkan data, penduduk Desa Warloka mencapai 1.015 jiwa atau 250 Kepala Keluarga (KK). Desa Warloka terletak di pesisir pantai tidak jauh dari kota Labuan Bajo. Untuk mencapai desa ini, hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan.
Ada banyak destinasi wisata yang dapat dinikmati di desa ini. Aktivitas trekking ke situs batu meja, menikmati panorama alam dari puncak camping ground Bukit Anjungan hingga menyaksikan transaksi barter di pasar tradisional Warloka yang dibuka setiap hari Selasa dapat dinikmati di kampung ini.
Warloka memang sudah lama dikenal sebagai kampung nelayan karena hampir seratus persen penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional. Sebelum pariwisata berkembang semasif sekarang, Kampung Warloka merupakan daerah terpencil dan terisolir lantaran akses ke dan dari Warloka hanya dapat melalui jalur laut. Namun, seiring perkembangan pariwisata dan pembangunan infastruktur yang dilakukan secara masif, akses menuju kampung ini perlahan-lahan terbuka dan kini mulai ramai dikunjungi oleh banyak orang.
Diketahui bahwa Desa Warloka adalah salah satu desa penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK). Ibarat pagar, Desa Warloka berperan penting untuk menjaga agar seluruh sumber daya alam dan budaya yang ada di dalamnya tidak rusak apalagi punah akibat pengaruh buruk dari luar. Sebut misal, degradasi lingkungan akibat penebangan liar, sampah, abrasi, limbah dan kebakaran hutan dan lahan serta perburuan liar.
Inilah beberapa tantangan serentak ancaman serius bagi keberlangsungan Kampung Warloka dan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai kawasan konservasi sumber daya hayati. Berbagai ancaman dan masalah tersebut adalah beberapa faktor yang berpotensi mengancam keberadaan kawasan TNK dengan binatang komodo sebagai satu-satunya binatang purba yang masih tersisa di muka bumi ini.
Selain beberapa persoalan di atas, penataan tata ruang lingkungan dan tata ruang sosial adalah bagian tak terpisahkan dari desain besar pembangunan Warloka sebagai kampung tradisional modern. Program ini merupakan program pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bertujuan untuk mentransformasikan ruang hidup dan ruang sosial nelayan agar semakin lebih produktif dan mandiri.
Selain itu, program ini dimaksudkan untuk memudahkan pergerakan nelayan dari pulau-pulau sekitar Warloka, Rinca, Papagarang, Komodo menuju Labuan Bajo atau daerah lain. Warloka juga dicita-citakan sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) mengingat TPI di Kampung Ujung Labuan Bajo semakin sempit lahannya.

Singkat kata, konsep kampung nelayan modern Warloka diperuntukkan sebagai pusat transportasi, pusat perdagangan hingga pintu masuk kegiatan pariwisata. Secara konseptual, pembangunan kampung nelayan modern akan dilakukan dengan pendekatan sentra nelayan modern terintegrasi.
Namun, untuk mewujudkan cita-cita tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Butuh kajian yang komprehensif dan mendalam agar pembangunan yang akan dilakukan tidak malah hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain Warloka, Kampung Rangko di Desa Tanjung Boleng juga direncanakan akan dijadikan TPI. Sementara, TPI di Labuan Bajo rencananya akan dialihfungsikan. Menurut pemerintah, Kampung Warloka dan Rangko akan dijadikan Selter TPI sesuai dengan program pembangunan kampung nelayan modern. Untuk mewujudkan konsep pembangunan ini menurut informasi, KKP akan membiayainya.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KP2) Manggarai Barat, Fatinci Reynilda pada Selasa (4/6/2024) lalu. Pihaknya kini tengah melakukan survei di Rangko dan Warloka. Menurut Fatinci, alih fungsi TPI Labuan Bajo dilakukan untuk menghemat biaya bahan bakar para nelayan mengingat wilayah tangkapan ikan lebih dekat dengan Warloka dan Rangko. Selain itu, untuk menjaga kebersihan kota Labuan Bajo.
Pemerintah Manggarai Barat terus berkoordinasi dengan pihak kementerian dan instansi terkait untuk memastikan kedua lokasi tersebut untuk segera dijadikan selter TPI. Pada prinsipnya, kata Fatinci, kedua tempat tersebut tengah disurvey, disiapkan dan didesain sedangkan kebutuhan biaya sudah disiapkan. Sementara, TPI di Kampung Ujung kemungkinan akan dijadikan sentra kuliner. [red/fgc]