
Hari Sabtu 29 Maret lalu saya pergi ke Basel. Jarak Eiken-Basel 30 kilometer. Jarak ini ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kereta. Sejak 10 tahun lalu, saya sering ke sana. Ya, untuk berbagai keperluan. Berbelanja. Bertemu dan jemput tamu. Juga menikmati keindahan obyek wisata kota Basel.
Kota Basel terletak di perbatasan ketiga negara : Jerman, Perancis dan Swiss. Sering disebut sebagai Dreiländereck atau titik perbatasan tiga negara. Ada hal menarik lain tapi sering membingungkan. Bandara Internasional Basel berada di tanah Perancis. Ada dua jalur pada pintu keluar bandara. Sebelah kiri untuk warga Perancis. Sebelah kanan untuk warga Swiss atau mereka yang hendak ke Jerman. Perlu berhati hati agar tidak salah masuk negara lain.
Sementara stasiun kereta api Jerman, Basel Bad Bahnhof berada di tanah Swiss. Saya tidak tahu bagaimana ketiga negara ini mengatur sistem transportasi dan pembagian hasil keuangan. Yang pasti diatur dengan bijaksana. Sama-sama memperoleh keuntungan.
Saya juga sering pesiar ke Dreiländerbrücke atau jembatan penghubung tiga negara. Jembatan berukuran 248 kali 12 meter ini menghubungkan Swiss dengan Jerman dan Perancis sekaligus. Jerman berada di sebelah kanan dan Perancis di sebelah kiri. Keren.
Satu kesukaan lain saya adalah mengunjungi museum. Basel terkenal sebagai kota museum. Hampir 40 museum. Fantastis. Di sana tersimpan karya seni, sejarah dan budaya dari pelbagai belahan dunia. Museum pertama yang saya kunjungi adalah Kulturmuseum atau museum budaya Basel. Letaknya tidak jauh dari Munster Basel, Katedral Katolik sebelum pecah reformasi. Kunjungan itu terjadi pada bulan Nopember 2016.
Prof. Dr. Wilemijn De Jong, guru besar emiritus Anthropologi Budaya Universitas Zürich mengundang saya ke sana. Beliau adalah seorang pencinta dan peneliti budaya Lio Flores. Kami menyaksikan pameran hasil tenun ikat Nggela-Ende Lio. Pameran ini berlangsung mulai awal Oktober 2016 hingga akhir Maret 2017.
Hari Sabtu kemarin saya mengunjungi khusus Kleinhüningen. Mengapa Kleinhüningen? Ada apa di sana? Saya mengunjungi bekas proyek Geothermal Kleinhüningen. Saya coba melihat bekas-bekas bangunan. Tak lupa membaca tulisan-tulisan tentang proyek ini. Proses pengeboran dimulai tahun 2001 dengan kedalaman 2755 meter. Pengeboran berlanjut lagi tahun 2006 dan mencapai kedalaman 5000 meter.
Sejak awal pengeboran sering terjadi gempa mikro di sekitarnya. Mulai dari 1,9 skala Richter hingga 2,9 skala Richter. Gempa terbesar berkekuatan 3,4 skala Richter terjadi pada tanggal 8 Desember 2006.
“Gempa bumi biasanya hanya dirasakan oleh manusia pada skala 2,5 skala Richter atau lebih. Meski demikian getaran mini merupakan tanda peringatan. Ada kemungkinan terjadinya gempa bumi yang lebih besar”, kata Profesor Seismologi dan direktur layanan Seismologi Swiss, Stefan Wiemer.
Ini pendapat ahli gempa. Mereka menyampaikan hasil analisis risiko kepada pemerintah kota Basel. Pemerintah mendengar masukan dan analisis ahli. “Die Erkenntnisse der Risikoanalyse sind klar und unmissverständlich. Artinya temuan analisis resiko ini jelas dan tidak ambigu”, kata Christoph Brutschin, kepala Departemen Ekonomi, sosial dan lingkungan hidup kota Basel.
“Das Deep Heat Mining-Geothermieprojekt in Basel wird nicht weitergeführt. Dies beschloss der Basler Regierungsrat nun auf Grundlage der abgeschlossenen Risikoanalyse. Artinya proyek panas bumi “Deep Heat Mining” di Basel tidak akan dilanjutkan. Putusan ini diambil berdasarkan hasil analisis resiko”, lanjut Christoph Brutschin.
Saya kira kita di Flores hingga Lembata atau NTT perlu belajar dari proyek Geothermal Kleinhüningen Basel. Swiss ini negara moderen yang berada di tengah benua Eropa. Mereka kaya dan memiliki banyak uang. Tapi uang tidak mengatur pembangunan sesuka hati.
Mereka mempunyai alat-alat canggih dan keahlian mengeksplorasi dan mengeksploitasi perut bumi. Mereka mendengar analisis resiko bencana dari ahli gempa dan memutuskan STOP. Para ahli Swiss bebas dari kooptasi politik serta kerakusan akan uang dan harta. Sebuah suasana yang sangat berbeda dengan para ahli kita. Gelar muka belakang tapi sering tak bisa berpikir dan bersikap kritis. Tampilan lemah lunglai dihadapan penguasa dan pengusaha.
Tanggal 13 Maret lalu para Uskup regio Ende(enam Uskup)menulis surat gembala prapaskah bersama. Bagi saya ini surat cinta. Sebagai surat cinta, esensinya tentu jauh dari menebar kebencian dan upaya memusuhi siapapun. Mereka mengingatkan umatnya, pemerintah, wakil rakyat, korporasi, investor Geothermal agar bijaksana mengelola isi perut bumi ini. Khususnya perut bumi Flores hingga Lembata atau NTT umumnya. Tidak semua potensi bisa menjadi berkat!
Saya sendiri tidak banyak paham tentang ekonomi. Tapi secara kasat mata, saya tahu bahwa perekonomian bangsa kita sedang tidak baik-baik saja. Salah satu indikasinya adalah semakin terpuruknya nilai rupiah. Lebih ekstrim dari saat reformasi 1998. Dalam beberapa minggu terakhir ini nilai tukar Franken Swiss ke Rupiah berkisar antara Rp. 18.313 – Rp. 18.854. Nilai tukar Euro ke Rupiah berkisar antara Rp. 17.258 – 18.031. Nilai tukar US Dollar Rp. 16. 295 – Rp. 16. 595.
Kita doakan semoga perekonomian kita membaik. Uang negara dikelola secara baik. Semakin serius upaya pemberantasan korupsi. Korupsi terjadi karena kita membiarkan diri dikuasai oleh uang. Saya ingat tulisan pada salah satu pojok bank Swiss. “Jangan biarkan uang menguasai hidupmu. Sebaliknya kuasailah uangmu agar dapat menjalani hidup sesuai dengan nilai dan tujuanmu!”
Bersambung!
Kirchgasse 4, 5074 Eiken
Senin Malam 31 Maret 2025