FLORESGENUINE.com- Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) Labuan Bajo menggelar community talk pada pergelaran event musik Wana Rhapsodya di kawasan Parapuar, Jumat, (18/10/2024), pekan lalu.
Segmen ini diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat untuk belajar berbahasa isyarat secara langsung dengan teman-teman. Kegiatan ini sejalan dengan upaya BPOLBF yang ingin menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata ramah bagi semua kalangan.
Kelompok belajar Bisindo baru berdiri pada September 2024 dan mengawali langkahnya dengan bertumbuh bersama setiap minggu. Komunitas ini mengajak semua pihak untuk memposisikan dirinya setara dan inklusif.
Ketua Komunitas Tuli Labuan Bajo, Ermina Salju, bercerita tentang dasar awal dibentuknya komunitas belajar Bisindo atau bahasa isyarat di Labuan Bajo. Komunitas ini dibentuk untuk membantu teman-teman mampu belajar Bisindo. Kata dia, Bisindo sangat penting untuk komunikasi dengan teman-teman yang tuli agar mereka mendapatkan kemudahan akses ke tempat-tempat wisata.
Dia berharap, dengan terbentuknya komunitas Bisindo ini dapat membuka peluang bagi teman-teman Tuli untuk mengakses pekerjaan.
“ Komunitas Bisindo ini bisa menciptakan peluang lebih luas bagi teman-teman tuli agar mereka mendapatkan kemudahan untuk akses kerja. Karena begitu banyak teman-teman tuli mempunyai skill yang mumpuni namun minimnya pengetahuan orang-orang tentang bahasa isyarat sehingga membuat teman-teman sulit mendapatkan pekerjaan,”ujarnya.
Sementara itu, Silvianus Erlando Tatus, pendiri kelompok belajar Bisindo Labuan Bajo, mengharapkan agar semakin banyak orang tergerak untuk belajar bahasa isyarat guna mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata inklusif.
Plt. Direktur Utama BPOLBF Fransiskus Teguh mengatakan, kehadiran komunitas Bisindo sesungguhnya memberi peluang untuk menciptakan dan menyatukan keberagaman dalam pengembangan pariwisata di wilayah ini.
Dia mengatakan, keberadaan komunitas ini dapat mempermudah akses bagi teman-teman tuli dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk akses pada dunia kerja.
“ Kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat merupakan upaya menciptakan kesetaraan dalam dunia professional. Hal ini sejalan dengan pembangunan pariwisata yang inklusif,” ujarnya. * [kis/fg]