LINGKUNGAN HIDUP

Ancaman Global Warming Kian Nyata, VCA Indonesia Program Gelar Raising Awareness Komunitas

Oleh Melky Koli Baran [Flores Timur]

Rabu, 27 September 2023, Vioce for Just Climate Action (VCA) Indonesia Program menggelar diskusi virtual dengan mengusung tema Raising Awareness sebagai Tematic Learning.

Diskusi yang menghadirkan mitra VCA Indonesia ini diorganisir  C4Ledger  (Consortium for Knowledge Management Brokering), salah satu grup mitra VCA Inodonesia di bawah SSN (South South North).

Tematic Learning dimoderatori oleh Suyono dari Lembaga Transform Mataram, salah satu Lembaga anggota C4Ledger dan Direktur Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial Flores Timur, Melky Koli Baran sebagai Host. Sedangkan nara sumber tunggal  yakni Vinsensius Bureni, Direktur Bengkel APPEK Kupang NTT beserta dua perempuan dari komunitas selaku pemantik diskusi.

Anna Maria Selviana

Nona Anna Maria Selviana dari Komunitas Humanis Maumere, salah satu komunitas dari Koalisi Kopi dibawah grup Hivos Indonesia dan Siti Rhodiyah dari Women Federation Yogyakarta, sebuah komunitas binaan SPEAK Indonesia di bawah SDI.

Sedianya menghadirkan Yan Pit Hein Yessa, wakil pemuda dan masyarakat adat dari kampung Resye dan Womom, Tembrau, Papua Barat Daya, komunitas binaan Pioner Tanah Papua di bawah WWF. Namun, karena hambatan teknis testimoni dari Tanah Papua batal tayang.

23 Komunitas Orang Muda

Ketika puluhan komunitas orang muda terorganisir dan gencar berkampanye tentang perubahan iklim di daerahnya, itu tidak tepas dari raising awareness. Dari Maumere, Flores Anna Maria Selviana membagi cerita gembira ini. Di sana sedang berlangsung aksi-aksi orang muda peduli iklim.

Ia mengungkapkan, berdasarkan pengamatan dan analisis dilakukan, di kabupaten Sikka berkembang isu kekeringan, kebakaran hutan serta lahan dan menurunnya debit air tanah yang berlangsung dari tahun ke tahun. Demikian pula suhu dan temperatur udara terus meningkat dari waktu ke waktu.

Diceritakan Anna Maria bahwa proses membangun awareness di kalangan orang muda sungguh menarik, namun penuh tantangan. Mengelindingkan isu perubahan iklim sebagai tema diskusi dengan orang muda, tidak selamanya menarik perhatian mereka. Dalam analisis didapatkan bahwa orang muda ternyata tahu dan menyadari realitas sekitar kehidupannya.

BACA JUGA:  Dua Uskup Terlibat Gerakan Ekologis, Tanam Pohon di Sumber Mata Air

Mereka sadar bahwa suhu dan temperatur udara semakin meningkat dari waktu ke waktu. Demikian pula dengan debit sumber air yang terus menurun bahkan ada mata air yang mulai kering. Namun bagi mereka, realitas ini, belum terhubung dengan isu perubahan iklim global.

Dalam analisis Anna Maria, didapatkan bahwa orang muda tertarik bergabung dalam komunitas untuk sekedar ingin tampil, bisa berbagi story di media sosial.

“Inilah pintu masuk membangun awareness dan mengorganisir orang muda.Dalam perjalanan waktu awareness tentang perubahan iklim pun tumbuh di kalangan orang muda. Kini telah hadir dua puluh tiga komunitas orang muda yang aktif berkampanye ke publik tentang perubahan iklim. Melalui media social, suara orang muda ini menembus dan menyasar berbagai kalangan,” terang Anna Maria dari Komunitas Humanis Maumere, Kabupaten Sikka.

Dia juga menjelaskan bahwa, masyarakat juga menyumbang krisis iklim. Seperti masalah ekonomi, rendahnya pendidikan generasi muda karena putus sekolah.

“Masalah ekonomi mendesak diselesaikan, dengan keterbatasan pengetahuan, sehingga alam lingkungan dijadikan obyek ekonomi. Hutan sekitar mata air ditebang sehingga debit air turun,”beber dia.

Untuk itu, dalam aksi-aksi orang muda, mereka melakukan field trip dan live in di tengah masyarakat. Di sana terbangun diskusi dan menumbuhkan kesadaran bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Dari kesadaran inilah orang muda bergandengan dengan masyarakat untuk kemudian bergerak bersama melakukan penanaman pohon-pohon di sekitar mata air dan kampanye untuk menghilangkan kebiasaan membakar lahan dan hutan. Harapannya, ke depan bumi dapat pulih menjadi lebih baik.

Selain itu, hasil analisis serta aksi-aksi lapangan disuarakan pula ke level kabupaten melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Dari sini, sektor-sektor pembangunan terdorong untuk terlibat dalam berbagai aksi yang dibiayai oleh pemerintah.

BACA JUGA:  Merajut Golo Mori Menuju Desa Berdaya, Tangguh dan Berkelanjutan

Sampah Selesai di Rumah Tangga

Siti Rhodiyah

Sementara itu, Siti Rhodiyah dari Komunitas Urban Kota dan Leader Women Federation Yogyakarta berbagi cerita tentang kepeloporan para perempuan memerangi pencemaran lingkungan. Menurut Siti, salah satu yang menonjol di perkotaan adalah sampah rumah tangga. Menurut dia, di komunitas perkotaan yang padat penduduk, salah satu sumber sampah adalah rumah tangga.

Sampah-sampah tersebut beranegaragam dan bercampuraduk. Awareness yang dilakukan oleh Women Federation adalah memastikan bahwa sampah dapat terurus sejak dari rumah tangga.

“Masalah sampah harus selesai di tingkat rumah tangga, secara khusus sampah organic,” ujar Siti yang juga pembina salah satu bank sampah di Yogyakarta.

Ia lalu menjelaskan kiat dan strategi yang dilakukan Women Federation dalam menangani sampah di kota tersebut. Salah satu kiat sederhana yakni pemilahan sampah mulai dari rumah tangga.

Sampah dipilah antara sampah organik dan sampah yang non organik. Sampah organik dapat diolah di rumah tangga menjadi pupuk tanaman sedangkan sampah non organik dijual ke bank sampah.

“Dengan awareness ini, warga paham bahwa yang mereka urus bukan sampah tetapi komoditi,”ujarnya.

Di samping itu, setiap bulan mereka lakukan pertemuan rutin sesama para nasabah bank sampah. Selain mereka meng up date harga sampah, anak-anak yang hadir juga diberi pengertian untuk membawa pulang sampah ke rumahnya. Sampah organik diolah di rumah untuk menjadi pupuk. Sedangkan sampah non organik dikumpulkan untuk kemudian dijual ke bank sampah.

“Tidak banyak uang dari menjual sampah, tetapi menjadi kebahagiaan bagi anak-anak ini bahwa dari sampah mereka mendapat uang,” cerita Siti perihal bagaimana dia mengedukasi anak-anak agar peduli sampah.

Bahkan dia mengatakan, di kelompok pengajian pun mereka bicara tentang penanganan masalah sampah. Tak itu saja, mereka juga mengutip hadits tentang kebersihan lingkungan dan kebersihan diri untuk dijadikan sebagai sumber membangun awareness warga.

BACA JUGA:  Pulau Flores, Penyumbang Burung Endemik Terbanyak

Pendekatam lain yang dilakukan yakni bekerja sama dengan pegadaian. Di sinilah, sampah dapat menjadi emas. Dengan mengumpulkan sampah senilai minimal 200 ribu rupiah, mereka bisa memperoleh emas dari pegadaian. Ia menyebutkan, yang menggembirakan adalah para nasabah bank sampah, berkembang motivasinya.

“Tidak semata-mata berorientasi pada uang, tetapi juga pada keselamatan kehidupan bersama,” terang dia seraya menyebutkan bahwa jumlah nasabah 10 tahun lalu hanya 10 orang tapi terus berkembang menjadi 80 orang” kata Siti bangga mengakhiri terstimoninya.

Tanggungjawab Pembangunan

Di ujung virtual thematic learning VCA Indonesia Program menggarisbawahi perlunya rising awareness yang berkelanjutan di berbagai lini dengan memberi warnah-warnah baru sebagai cerita khas VCA Indonesia.

Perubahan iklim mesti terus dikampanyekan sebagai permasalahan bersama bangsa, sebagai tantangan pembangunan. Forum diskusi ini juga mewacanakan agar membuka lagi sesi berikutnya yang mengupas perihal tanggungjawab bersama berbagai stakeholders kunci dalam memitigasi laju perubahan iklim.

Melky Koli Baran selaku host menjelaskan bahwa suhu dan temperature bumi terus meningkat akibat pemanasan global dan terus menuju kepada pendidihan global, jika kondisi saat ini dibiarkan terus berjalan tanpa ada upaya untuk mengurangi atau menghentikannya.

Sedangkan Trias dari Hivos menantang peserta untuk menjadikan momentum politik pemilihan umum yang ada di depan mata sebagai kesempatan membangun awareness seluas-luasnya ke para pelaku politik termasuk para pemilih. Hal ini dapat menjadi salah satu agenda diskusi selanjutnya.

“Karena perubahan iklim itu nyata. Dampaknya merebak ke berbagai lini kehidupan. Karena itu, menjadi tanggungjawab bersama para pihak untuk mencegahnya,” kata host diskusi menutup kegiatan tematic learning siang itu.*

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button