Lingkungan Hidup

Merawat Bumi Sama Dengan Merawat Diri Kita Sendiri

FLORES GENUINE – Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si pernah menegaskan bahwa manusia mempunyai mata, mempunyai telinga dan mempunyai hati karena itu, hendaknya kita mampu mendengar jeritan alam dan meminta perhatian kita yang serius terhadap kehidupannya.

Merawat bumi sama dengan merawat diri kita sendiri. Panggilan ini berlaku untuk semua orang di dunia ini. Unrtuk itu, perlunya menanamkan kesadaran bersama tentang pertumbuhan ekologis. Di mana pertubuhan ekologis harus dimulai dengan kesadaran bersama tentang pentingnya merawat lingkungan hidup.

“ Seruan tersebut dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti penggunaan plastik sekali pakai yakni menggantikan plastik belanjaan dengan kantong yang ramah lingkungan,” kata Romo Rikar Manggu saat kegiatan penanaman pohon mangrove di pesisir Pantai Binongko, Labuan Bajo, Senin (11/8/2025).

BACA JUGA:  Mgr. Maksimus Regus : “Dosa yang Tak Bisa Diampuni adalah Dosa Ekologis”

Dia mengajak seluruh umat untuk bersama-sama berlangkah maju membangun kerjasama dan sama-sama bekerja untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Ia mengajak umat untuk melihat satu inspirasi dari Kitab Kejadian mengenai pemahaman atau gagasan tentang bumi. Di mana di sebutkan bumi merupakan hasil ciptaan Tuhan.

“ Berarti ada sesuatu yang menciptakan. Dia tidak ada dengan sendirinya. Ini dari pemahaman teologi.  Bumi dan segala isinya adalah ciptaan  Allah. Dan setelah menciptakan semua itu, Allah melihat bahwa semuanya itu adalah baik adanya,” ucapnya.

Menurut dia, kerusakan ekologi terjadi karena sampah yang dibuang sembarangan dan pembangunan yang tidak taat aturan. Hal ini sangat mengganggu ruang hidup bagi makhluk hidup yang lain termasuk manusia. Oleh karena itu, Tuhan memberi tugas kepada manusia untuk berkuasa atas bumi. Berkuasa berarti mengelola bumi dengan bijaksana dan memastikan perjalanan bumi baik untuk selama-lamanya. Karena itu  pula Tuhan diciptakan manusia serupa dan setara dengan Allah. Berarti manusia adalah gambar Allah dan wujud Allah sendiri.

Uskup Mgr. Maksimus Regus sedang memungut sampah di Pantai Bingongko, Labuan Bajo. (foto : ist)

“ Maka tugas kita adalah menjadi gambar Allah yang baik. Memelihara dan merawat alam ciptaan Tuhan,” tambahnya.

BACA JUGA:  Hutan Bakau antara Kepentingan Ekonomi dan Keseimbangan Ekologis

Isu keberlanjutan sangat berhubungan erat dengan panggilan Kristiani untuk merawat alam dan memelihara ciptaan. Untuk bergaul akrab dengan dunia ekologi. Tanah, air, ikan-ikan di laut dan udara yang kita hirup serta tumbuh-tumbuhan yang memberikan kehidupan kepada kita. Semua itu adalah hadiah yang tak tergantikan dari Allah untuk kehidupan umat manusia.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Administrasi Umum Kabupaten Manggarai Barat Aloysius Lahi mengatakan, kegiatan ekologis adalah bagian dari keberpihakan dan kepedulian kita untuk merawat lingkungan khususnya di daerah pesisir pantai guna meminimalisir terjadinya abrasi dan erosi.

Pekerjaan ini membutuhkan kolaborasi dan kerjasama semua pihak. Ia berharap, kerjasama terus dilakukan untuk masa-masa mendatang, baik melalui penanaman  mangrove maupun menjaga kebersihan lingkungan dari sampah demi masa depan anak cucu kita. *[vin/fgc]

BACA JUGA:  Penanaman Bambu Warnai Iven IFG Labuan Bajo Marathon

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button