Pulau Taka Makassar, Spot Wisata Favorit bagi Para Wisatawan
Oleh : Martin Meo Toda [Labuan Bajo]
Tidak diketahui pasti, siapa yang memberi nama pulau mungil berpasir putih ini bernama Taka Makassar. Namun, ceritera yang beredar menyebutkan, nama pulau Taka Makassar diberikan oleh para nelayan asal Makassar, Sulawesi Selatan yang pernah datang ke wilayah ini untuk mencari hasil laut.
Pagi itu, Selasa pekan lalu, bersama tujuh wisatawan asal Surabaya, Jawa Timur, kami berkesempatan mengunjungi pulau nan indah ini. Dengan menumpang speed boat Pinguin 05, kami merapat di bibir pantai Taka Makassar yang kebetulan waktu itu, kondisi laut sedang mengalami pasang surut.
Untuk diketahui bahwa pulau ini hanya dapat dikunjungi bila air laut sedang mengalami pasang surut. Saat pasang surut, pulau berpasir putih tersebut akan menyembul ke permukaan membentuk pulau dengan panorama alam yang mempesona. Sebaliknya, bila pasang naik, pulau ini seolah tenggelam tertutup air laut.
Sebelum ke Pulau Taka Makassar, rombongan sempat mengunjungi Pulau Padar, salahsatu destinasi wisata utama di dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Usai menikmati keindahan alam Pulau Padar, rombongan bertolak menuju Long Pink Beach di Pulau Komodo selanjutnya ke Pulau Taka Makassar yang merupakan salah satu spot wisata favorit bagi para wisatawan.
Di tempat ini, wisatawan dapat menikmati alam bawah laut seperti snorkeling atau diving. Taka Makassar adalah pulau berpasir putih dikitari lautan biru nan jernih. Pulau ini terletak tidak jauh tempat diving untuk menyaksikan manta. Setiap wisatawan yang datang tentu dibuat kagum oleh keindahan panorama alam di wilayah ini.
Di perairan Taka Makassar terkenal jernih, tenang dan cukup nyaman bagi para wisatawan untuk menikmati alam bawah laut seperti snorkeling, diving atau sekedar membenamkan tubuh di atas pasir berwarna putih bak bola kristal.
Pulau Taka Makasar sebenarnya hanyalah onggokan pasir putih yang luasnya tidak lebih luas dari lapangan sepak bola. Ketika pasang surut, pulau ini baru muncul atau menampakan dirinya ke permukaan laut. Sebaliknya, ketika pasang naik, pulau ini tak tampak, seolah tertelan bumi. Tak ada tumbuhan apapun di daratan berpasir putih ini.
sirkulasi air yang terus berubah di setiap waktu membuat kondisi pulau ini relatif bersih dari sampah. Hanya onggokan ranting-ranting kayu, hasil terpahan arus laut yang membawanya hingga terdampar di tempat ini.
Hampir setiap hari, wisatawan berkunjung ke tempat ini. Pada hari-hari tertentu kapal-kapal wisata tampak berlabuh di pesisir pantai. Sayang, di tempat ini tidak ada mouring buoy dan dermaga untuk menambatkan kapal-kapal pesiar. Kapal-kapal wisata terpaksa membuang jangkar langsung ke dasar laut.
Kondisi ini tentu berpotensi merusak terumbu karang atau biota laut lainnya. Namun, apakah dermaga bisa dibangun di pulau ini, sedangkan kondisi pulau ini selalu muncul-tenggelam seiring keadaan pasang naik dan pasang surut? Entahlah.