
FLORES GENUINE –Selama libur Paskah 2025, setiap hari ratusan wisatawan memadati Pulau Padar yang merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit di Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para wisatawan itu datang ke Pulau Padar dengan menumpang puluhan kapal pesiar. Kapal-kapal jenis phinisi tersebut tampak berlabuh di perairan teluk Padar. Keberadaan kapal-kapal itu sudah barang tentu membuang jangkar-jangkar kapal langsung ke dasar laut. Tindakan ini tentu saja berpotensi merusak terumbu karang atau biota laut lainnya. Apalagi di perairan Padar hampir tak tersedia moring buoy untuk tambatan kapal.
Ratusan wisatawan yang hendak akitivitas trekking ke puncak bukit pun harus rela berdesak-desakan karena melewati jalan setapak yang sempit dan bebatuan kerikil. Wisatawan mesti ekstra berhati-hati, jika tak ingin terperosok dan jatuh ke jurang. Kondisi demikian, tentu menjadi ancaman serius bagi kenyamanan dan keselamatan para wisatawan.
Demikian pula kondisi dermaga yang ada di kawasan ini pun boleh dibilang kurang memadai untuk aktivitas berwisata. Bagi para wisatawan, khusus mereka yang berusia lanjut di atas 60-an tahun, Pulau Padar boleh disebut bukan pilihan berwisata yang tepat dan nyaman karena minimnya ketersediaan fasilitas khusus untuk para lansia.
Bila pasang surut, kapal-kapal wisata atau sekoci sulit merapat ke dermaga. Wisatawa terpaksa mencopot sepatu atau sandal agar bisa naik ke atas dermaga. Seperti diungkapkan oleh Gusty, seorang tour guide yang mendampingi sekelompok wisatawan mancanegara ke kawasan Padar kepada media ini, Rabu (23/4/2025).
Gusty mengatakan, banyak wisatawan mengeluhkan minimnya ketersediaan infrastruktur dan banyaknya pengunjung ke destinasi wisata Pulau Padar cukup mengganggu kenyamaman wisatawan.

Selain itu, kedatangan ratusan wisatawan setiap harinya dapat menimbulkan over kapasitas yang berujung pada ancaman keberlanjutan. Karena itu, pemerintah atau pihak berwenang perlu membatasi jumlah wisatawan demi menjamin kenyamaman dan keamanan.
Pembatasan jumlah wisatawan ke Pulau Padar sangat penting dilakukan agar selain untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan sekaligus menciptakan keberlanjutan pariwisata di wilayah ini.
“ Sebab, jika jumlah kunjungan tidak dibatasi maka akan menjadi ancaman serius bagi kenyamaman dan keamanan, terutama bagi keberlanjutan pariwisata kita,” ungkap Gusty. (red/fgc]