BUMI MANUSIA

Uskup Maksimus : Keselamatan Jadi Materi dan Propaganda Agama-Agama

FLORESGENUINE.com- Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus mengungkapkan bahwa keselamatan merupakan isu utama dalam agama-agama. Agama-agama, baik yang besar maupun yang kecil, semuanya memiliki klaim dan skema tentang keselamatan.

“ Keselamatan menjadi materi dan propaganda agama-agama,” ujar Uskup Maksimus dalam kotbah Misa Pontifikal yang berlangsung di Gereja Katedral Roh Kudus, Labuan  Bajo, Sabtu (2/11/2024).

Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo ini mengajak seluruh umat untuk melepaskan keresahan-keresahan dari benak kita di perjalanan awal Keuskupan Labuan Bajo dengan meresapkan kembali kedalam hati kita pesan sentral iman kita melalui motto episkopal yaitu  supaya dunia diselamatkan oleh-Nya sebagaimana moto episkopal Uskup Maksimus yakni  “Ut Mundus Salvetur Per Ipsum artinya supaya dunia diselamatkan oleh-Nya.

Lebih lanjut Uskup Maksimus mengatakan bahwa dalam potongan kecil percakapan Yesus dan Nikodemus memberi makna pada propaganda keselamatan ini.  Untuk itu ia menawarkan tiga gagasan dalam kitab suci atau dalam pandangan umum bahwa dunia yang bersentuhan dengan keselamatan dibicarakan dalam dua sudut pandang berbeda yakni pada sudut pandang pertama, dunia ini bukan sekedar latar kosong. Dunia mengandung cita rasa keilahian. Dunia memiliki nilai sakralitas sebagai yang suci. Setiap didalammnya memancarkan kehadiran ilahi. Bahkan manusia sebagai makluk istimewa disebut segambar dengan Allah.

BACA JUGA:  Sekda Frans Sales Sodo Ajak Umat Doakan Karya Pelayanan Uskup Maksimus

Secitra atau segambar adalah titel umum semua manusia dan lebih penting dibelakang itu terungkap posisi hati Tuhan yang tidak pernah berubah bahwa Dia begitu mengasihi manusia. Pada sudut pandang kedua, kadang seluruh ciptaan mengeram, menangis, merintih menantikan pembebasan dari berbagai bentuk kerusakan dan kehancuran.

Dunia yang indah  ini jatuh kedalam kekacauan dan ketidakpastian akibat dosa. Menimbulkan penderitaan fisik dan penindasan moral. Seperti bola biliar tanpa arah. Dunia mengelinding melabrak nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.

“ Dunia terus dihantui oleh berbagai macam ceritra-ceritra kelam seperti perdagangan manusia, kerusakan alam, konflik, peperangan, bahkan ditingkat pribadi, banyak orang mengabaikan integritas demi ambisi dan mengusai segala sesuatu. Orang terjebak dalam mental ini. Dengan prinsip, jika saya mengusai semuanya mengapa harus sedikit.” Ucap mantan Rektor Unika Santu Paulus Ruteng.

BACA JUGA:  Kardinal Ignatius Suharyo : Thabisan Uskup, Peristiwa Iman yang Agung
Ribuan umat hadiri misa pontifikal di Gereja Katedral Labuan Bajo. (foto : ist)

Cara pandang ketiga mengungkap dunia membutuhkan keselamatan. Dimana semesta dan manusia memerlukan penebusan menyeluruh, holistik. Keselamatan ini bukan sekedar bersifat eksternal melainkan perubahan internal yang mendalam. Membawa perdamaian dalam relasi antar manusia dengan alam dan dengan Tuhan. Ini bukan pengalaman individu, orang per orang tetapi sebuah peristiwa kosmis yang mencakup seluruh ciptaan. Memulihkan bagian-bagaian yang terpecah dalam kehidupan kita.

Dari percakapan Yesus dan Nikodemus, Allah mendekati manusia dengan dua cara yaitu pertama dengan keadilannya, dengan hukum dosa-dosa dan kedua dengan cintanya dengan membayar dosa-dosa kita. Keselamatan adalah ikhtiar keselamatan bukan penghukuman. Keselamatan adalah inisiaif Allah sendiri, bukan produk pengetahuan manusia yang terbatas.

BACA JUGA:  Dua Uskup Terlibat Gerakan Ekologis, Tanam Pohon di Sumber Mata Air

Yesus datang untuk menunjukkan kasih yang nyata, bukan palsu apalagi hanya sekedar pertunjukkan otoritas. Yesus datang bukan untuk memerintah tetapi untuk melayani.

“ Keuskupan ini lahir karena keselamatannya. Terlihat super premium di mata dunia sekaligus super prioritas di benak Tuhan,” ujar Uskup Maksimus.

Yesus melakukan tindakan dengan jalan kesederhanaan dan kelemahan. Kesederhanaan bukan sebuah kekalahan. Kesederhanaan untuk mengubah dunia dengan daya tahan jangka panjang.

Dia menyebutkan ada tiga kesederhanaan. Bentuk pertama sebagai jalan sunyi menolak melakukan sesuatu atau membatasi menikmati sesuatu yang dapat merusak diri kita, orang lain dan komunitas. Kedua sebagai jalan pemberian diri bagi sesama. Jalan pelayanan cinta bahkan sampai terluka. Ketiga adalah jalan pengosongan diri seperti Yesus yang tersalib.

“ Dunia ini akan selamat hanya melalui keserhanaan sebagai pilihan hidup kita bersama,” tutup Uskup. [vin/fg]

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button