Duang artinya hutan dalam bahasa kami. Di hutan ini ada berbagai burung yang dahulunya sebagai istana singgasana mereka bersama satwa lain. Setiap hari pasti kita mendengarkan suara- suara ini sebagai alarm pengingat tanpa harus memiliki arloji di tangan kita. Dan mereka tidak pernah mengingkari waktu. Sedangkan manusia bisa mengingkari segalanya.
Pkl. 03.00 subuh diawali suara burung gosong besahutan (wodong). Pada Pkl. 04.30 suara burung Koakiao menyusul sahutan suara ayam. Di saat yang sama, suara kalong (kelelawar) riuh kembali ke peraduan di pepohonan dan lubang-lubang pohon di sekitar hutan.
Pkl. 05.00-06.00 suara ayam jantan terus bersahutan sedangkan ayam betina bergegas segera turun dari pohon untuk mencari makan. Mentaripun kembali bersinar. Burung Koakiao bergegas ancang-ancang berterbangan.
Pada Pkl. 06.15 burung-burung lainpun menyambut sukaria sembari terbang mencari pepohonan yang sudah menyediakan buah segar. Hmmmmm lezaaaaat … mentaripun semakin tinggi. Pada Pkl. 09.15 Burung Koakioa bernyanyi, mungkin mereka katakan pujian kepada sang empunya alam semesta bahwa terima kasih karena sudah terisi perutnya dan kenyang.
Pkl. 10.00-11.55 sepi. Hanya suara burung gereja dan burung kutilang yang bersahutan. Pada Pkl. 12.00 ayam jantan berkokok lagi pertanda hari sudah siang. Pkl. 12.05 – 15.00 hutan sekitar kampung terasa sepi, ternyata burung dan satwa lain sedang makan siang dan istirahat adapun gerombolan monyet melompat dari satu pohon ke pohon lain tapi dalam perasaan takut diburuh senapan.
Oleh karena itu, mereka tidak berani bersuara takutnya jadi sasaran predator. Rusa, babi hutan pun diam-diam menyelinap dengan gaya senyap seakan akan sepi tanpa penghuni. Pkl. 15.15 burung ayam hutan jantan melantunkan suara merdunya untuk memancing pasangannya dengan sangat happy. Tapi hanya sesaat harus segera pindah lokasi. Bila tidak maka predator sedang mengincar.
Burung Koakiao pun ikut bersuara merdu dari ujung paling tinggi pepohonan dadap sambil menghisap sari bunga. Pkl. 16.00 burung Koakiao bernyanyi lagi mengingatkan bahwa hari sudah mulai menuju petang dan para petani di kebun-kebun mulai pelan-pelan bersiap-siap untuk mencari pakan ternak (kambing dan babi).
Pkl. 17.00 petani kembali ke rumah masing-masing sambil diiringi suara nyanyian burung-burung saatnya matahari mulai tenggelam . Burung Koakiao masih menikmati indahnya matahari terbenam.
Pada Pkl. 18.00 matahari tenggelam, sahutan suara Burung Koakao mulai sayu dan disambut suara Burung Elang menggelegar di temaram senja katanya, “Tidurlah kawan…mimpi yang indah dan sembari berdoa terima kasih Tuhan.
Itulah sekelumit rundown kehidupan burung-burung di hutan yang menjadi tolak ukur bagi kami yang berdiam di sekitar Gunung Lewotobi. Mari, cintailah alam kita. Kalau bukan kita siapa lagi? *