
FLORES GENUINE – Meskipun Labuan Bajo telah menjadi kota pariwisata super premium namun hingga kini sebagian warga belum menikmati air bersih. Warga belum mendapatkan akses air bersih guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Dewi, seorang warga setempat berkata, setiap minggu mereka terpaksa membeli air dari pengusaha yang berjualan air keliling kota.
“ Setiap minggu kami terpaksa harus keluarkan uang hanya untuk membeli air. Sampai sekarang, banyak rumah tangga yang belum menikmati air bersih,” ujarnya.
Dia mengaku, setiap minggu pihaknya harus keluarkan uang puluhan ribu untuk membeli air. Satu tandon yang berkapasitas 1200 liter ia beli dengan harga Rp 60.000. Namun, tergantung pemakaian. Terkadang ia harus keluarkan ratusan ribu hanya untuk membeli air.
“ Dalam satu bulan kami harus beli air berkisar dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah hanya untuk beli air,” ungkapnya.
Upaya pemerintah dalam hal ini Perusahaan daerah (Perumda) Wae Mbeliling untuk memenuhi kebutuhan masyaakat khususnya di kawasan Kampung Ujung sudah dilakukan namun hasilnya belum maksimal.
Selain membangun fasilitas jaringan air minum, pada 2022, pemerintah pernah mengadakan beberapa fasilitas desalinasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar di lokasi Tempat Pendaratan Ikan (TPI), Kampung Ujung. Namun, proyek yang diinisiasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara BUMN melalui PT Bank Mandiri (Persero) Tbk itu belakangan mubazir.
Proyek senilai sekitar Rp 2 miliar itu merupakan kerjasama Bank Mandiri yang berkolaborasi dengan PT Indra Karya (Persero), BUMN yang bergerak di bidang sumber daya air dan air minum dalam kemasan. Kala itu, Kepala Cabang Bank Mandiri Labuan Bajo, I Made Runarta pernah mengklaim, desalinasi akan beroperasi selama 24 jam dan memproduksi setidaknya 14 ton air tawar per hari. Namun proyek tersebut berjalan hanya beberapa waktu sesudah itu mubazir.

Krisis air di lokasi TPI dikeluhkan oleh banyak pedagang dan nelayan yang saban hari beraktivitas di lokasi tersebut. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak dan mencuci warga harus membeli dari para pedagang air. Bahkan untuk kebutuhan MCK, para pedagang dan nelayan harus keluarkan uang untuk membeli air dan membayar retribusi MCK.
Menyikapi masalah kebutuhan air bersih di Kampung Ujung, anggota DPRD Manggarai Barat, Hasanudin mendesak pemerintah agar segera memperhatikan secara serius krisis air bersih yang dihadapi oleh warga di wilayah tersebut.
“Masalah air bersih di Kampung Ujung, khususnya di lokasi TPI sudah sering dikeluhkan oleh masyarakat. Saya minta pemerintah untuk segera mengatasi persoalan krisis air bersih ini,” tandas Hasan yang juga Plt Ketua Partai Perindo Manggarai Barat.
Hasan menyebutkan, setiap tahun pemerintah selalu menggelontorkan dana untuk proyek pengembangan air bersih di kota Labuan Bajo dan sekitarnya maka menurut dia, sebenarnya masarakat tidak boleh lagi mengeluh kekurangan air khususnya warga di Kampung Ujung dan di lokasi TPI.
Menurut Hasan, ketersediaan sumber air di wilayah ini masih cukup banyak dan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di kota Labuan Bajo dan sekitarnya. [red/fgc]