NEWSNUSANTARA

Rekonsiliasi “Peristiwa Rosario” di Tangsel, Ansy Lema Bawah Pesan Damai

Ansy Lema bawah pesan damai pada saat mediasi

FLORESGENUINE.com – Peristiwa pengeroyokan mahasiswa Katolik Universitas Pamulang yang sementara berdoa Rosario pada 5 Mei 2024 lalu, kini memasuki babak baru. Terakhir pada Jumat, 7 Juni 2024, para mahasiswa sebagai korban dan perwakilan warga RT.007/RW.002, Kampung Poncol, Kelurahan Babakan saling memaafkan dan berdamai di rumah dinas Walikota Tangerang Selatan, Drs. Benyamin Davnie.

Korban dan perwakilan warga menandatangani kesepakatan perdamaian dan berjabatan tangan tanda saling memaafkan. Dengan demikian, kasus tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan oleh kedua belah pihak.

“Saya bersama teman-teman bersedia memaafkan dan mau berdamai,” ujar Aurel, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang mewakili teman-teman korban berdasarkan rilis yang diterima media ini, Minggu (9/6/24).

Mediasi tersebut dihadiri anggota DPR RI Dapil 2 NTT Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema, Walikota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie dan jajaran Forkompinda, Camat dan Lurah, para korban, para warga, anggota Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB), sesepuh dan pengurus Persaudaraan Timor Raya (PETIR) serta wartawan.

BACA JUGA:  PLN IUP Nusra Telah Serahkan Kompensasi kepada Masyarakat Desa Golo Bilas-Manggarai Barat

“Saya diundang hadir oleh pihak PETIR yang mewakili para korban untuk menyaksikan dan memberikan pesan perdamaian. Karena para korban adalah mahasiswa Katolik yang berasal dari NTT,” kisah Ansy.

Ketika didaulat memberikan pesan damai, Ansy Lema memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para korban, warga dan pemerintah Kota Tangerang Selatan yang berhasil mencapai kesepakatan damai. Ansy menekankan pentingnya membangun dialog, mengikis prasangka buruk dengan dasar semangat inklusif dan sikap toleran antar anak bangsa.

“Apa yang kita saksikan hari ini adalah wujud nyata persaudaraan sesama anak bangsa. Indonesia negara majemuk, plural, dan beragam. Menata kehidupan beragam seperti Indonesia tentu tidak mudah. Butuh dialog dari hati ke hati, kedepankan semangat inklusif, dan sikap toleran. Apa yang ditunjukkan Aurel dan teman-teman hari ini terhadap warga patut kita apresiasi. Semuanya berakhir dengan damai. Tanggung jawab kita semua membangun persaudaraan sejati dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Ansy.

BACA JUGA:  Triwulan Pertama 2024, Satres Polres Mabar Berhasil Ungkap 2 Kasus Pengedaran Narkoba di Labuan Bajo

Lebih lanjut dia jelaskan, pendiri Republik Indonesia Bung Karno pernah empat tahun diasingkan di kampungnya, Ende-Flores pada tahun 1934-1938. Bung Karno tinggal bersama komunitas Muslim, tetapi bergaul erat dengan para pastor Katolik dan masyarakat setempat yang adalah nasrani atau kristiani. Pendiri Republik Bung Karno telah memberikan contoh bagaimana hidup damai dalam kebhinekaan, bersatu dalam kebhinekaan, bhineka dalam persatuan.

“Toleransi dalam bingkai kebhinekaan telah diawali pendiri Republik ini jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan, Bung Karno secara jelas mengatakan dari Ende lah Pancasila dilahirkan. Dan kita lihat, poin penting dari Pancasila adalah menjaga kebhinekaan ini,” kata Ansy.

Menurut dirinya, warga negara di Indonesia sebagai anak bangsa memiliki tanggung jawab untuk merawat kebhinekaan sebagai aset, bukan beban. Persatuan harus dibangun di atas kebhinekaan. Indonesia memang tidak seragam, tetapi perbedaan harusnya merekatkan, bukan meretakkan.

“Dan kita berikan dukungan yang konkrit kepada Pak Walikota sebagai orang tua kita di Tangerang Selatan yang membuka rumah Tangerang Selatan untuk semua. Kami dari NTT, dari Indonesia Timur mengucapkan terimakasih. Semuanya diakhiri dengan indah, yakni dengan persaudaraan,” kata Ansy.

BACA JUGA:  Ketua DPR RI, Puan Maharani : No Viral, No Justice

Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengapresiasi semua pihak yang berkontribusi sehingga rekonsiliasi peristiwa Tangerang Selatan dapat tercapai. Ia menegaskan bahwa Kota Tangerang Selatan adalah kota yang aman dan nyaman untuk semua suku dan agama. Kota Tangerang Selatan adalah rumah bersama bagi seluruh anak bangsa.

“Jadi kita semua saling meminta maaf dan memberi maaf, karena kita adalah anak bangsa. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sama, kita juga berharap, ini pelajaran yang paling berharga di kehidupan kita. Dan ini tidak boleh terulang lagi,” tutupnya.

Sampai peristiwa ini berlangsung, polisi telah menetapkan dan terus memproses empat tersangka kasus pengeroyokan terhadap mahasiswa Katolik yang sementara berdoa Rosario di Tangerang Selatan.** (ah/fg)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button