
FLORES GENUINE – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan untuk kesejahtraan masyarakat. Namun, dalam pengembangannya dibutuhkan kerjasama dan kolaborasi antara semua pihak. Kolaborasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, kementerian pariwisata dan instansi lainnya akan sangat membantu pengembangan destinasi.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam forum diskusi yang digelar secara daring, Selasa (25/3/2025) mengatakan, industri pariwisata memberi dampak sangat signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pariwisata harus menjadi kekuatan ekonomi yang inklusif. Pariwisata tidak hanya dirasakan oleh pelaku industri besar, tetapi juga oleh masyarakat lokal.
Labuan Bajo dengan status super prioritas dan makin kuatnya konektivitas internasional langsung ke Malaysia dan Singapura adalah peluang yang harus ditangkap bersama dengan menyiapkan destinasi dan SDM.
“ Terbukanya konektivitas internasional ini harus kita tangkap sebagai momentum untuk melakukan persebaran wisatawan dan mendukung produk-produk wisata yang ada dan yang sedang dikembangkan sehingga wisatawan tidak hanya menumpuk di satu lokasi,” imbaunya.
Gubenrur Melki menjelaskan, pengembangan sentra pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis komunitas merupakan kunci pelibatan masyarakat dalam industri kepariwisataan. Kolaborasi dengan berbagai kemitraan strategis perlu dibangun, baik dengan pemerintah maupun sektor swasta agar dapat membuka akses kepada pasar pariwisata yang lebih luas. Akses pasar tidak hanya pada skala bisnis, namun juga dalam menerapkan keberlanjutan.
Sementara itu, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Fransiskus Teguh menekankan pentingnya keberlanjutan pariwisata bukan sekadar menjaga kelestarian alam, tetapi juga melibatkan pembangunan infrastruktur pendukung serta pemberdayaan masyarakat sekitar.
Frans menyebutkan, sebagai bagian dari komitmen BPOLBF untuk memajukan pariwisata yang berkelanjutan, forum diskusi kolaborasi ini merupakan momen penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, BPOLBF dan seluruh pemangku kepentingan.
“ Isu-isu strategis kepariwisataan seperti pengelolaan destinasi yang ramah lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal dan pengembangan infrastruktur yang mendukung keberlanjutan, menjadi fokus utama,”ujarnya.

Menurut dia, keberlanjutan pariwisata tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“ Melalui kolaborasi yang solid antara para kepala daerah, pelaku industri dan masyarakat, kami berharap dapat menciptakan ekosistem pariwisata yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi jangka pendek, tetapi juga keberlanjutan yang akan dapat dinikmati oleh generasi mendatang,” harap Frans.
Pertemuan ini juga, kata Frans, akan menciptakan harmonisasi dalam kebijakan pariwisata antar daerah dan memastikan bahwa pengelolaan pariwisata dilakukan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, di mana masyarakat lokal mendapatkan manfaat langsung dari sektor ini.
Kolaborasi ini dapat membuka peluang lebih besar untuk memperkenalkan keindahan alam Labuan Bajo dan Flores kepada dunia, sekaligus menjaga keberlanjutannya agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Ia berharap, forum ini dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, Labuan Bajo dan Flores memiliki potensi besar untuk menjadi contoh dalam pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan di tingkat global.
Forum komunikasi para kepala daerah di wilayah koordinatif BPOLBF ini diharapkan sebagai wadah strategis bagi para kepala daerah dan pemangku kepentingan untuk saling berdiskusi, berbagi informasi dan merumuskan langkah-langkah strategis dalam rangka memajukan pariwisata yang berkelanjutan di wilayah ini. *[red/fgc]