EDUKASI

SMKN 1 Sambi Rampas Tak Terurus, Warga Ancam Ambil Kembali Tanah Ulayat

FLORES GENUINE – SMKN I Sambi Rampas, Kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur  (Matim), Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah kejuruan yang didirikan oleh Pemerintah Manggarai Timur tahun 2012.

Sekolah ini dibangun bertujuan untuk mengembangkan pendidikan kejuruan di bidang pertanian dan komputer. SMKN I ini dibangun di atas lahan seluas 3 hektar. Sejak awal berdirinya, proses belajar mengajar berjalan cukup lancar. Animo orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di lembaga ini boleh dibilang cukup tinggi. Di tahun – tahun awal, jumlah siswa mencapai 100 orang.

Namun, memasuki tahun ke-3, jumlah siswa perlahan-lahan menurun hingga kini tinggal 33 siswa. Padahal, masyarakat adat telah menyerahkan tanah ulayat mereka secara sukarela kepada pemerintah untuk pembangunan sekolah tersebut. Masyarakat berharap agar kehadiran sekolah ini untuk memudahkan akses anak-anak untuk melanjutkan pendidikan mereka.

BACA JUGA:  SMK Stella Maris Labuan Bajo, Bantu Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Sekolah ini pun dilengkapi dengan fasilitas pendidikan yang terbilang mewah. Beberapa unit gedung sekolah dibangun dengan dilengkapi fasilitas komputer. Namun, kondisinya kini sangat memperihatinkan. Beberapa masalah serius yang mendera lembaga ini belum ditangani secara baik dan mengundang keprihatinan masyarakat.

Marthin Durvan, seorang tokoh masyarakat mengungkapkan keprihatinannya. Dia menyebutkan, sejumlah masalah serius sedang dihadapi oleh lembaga pendidikan itu. Sebut misal, kepala sekolah yang jarang masuk sekolah. Di mana menurut informasi sang kepala sekolah lebih banyak tinggal di di Bealaing.

“ Kalau secara administrasi pasti seratus persen hadir karena dibuktikan dengan absen yang tidak lewat satu hari efektif pun pasti ditandatangani. Dan ini yang membuat tim inspeksi jajaran terkait dari tingkat atas selalu beranggapan bahwa lembaga ini berjalan normal proses belajar mengajarnya,” ujar Martin dengan nada kesal.

Marthin menyebutkan di sekolah ini hanya ada 2 staf pengajar yakni seorang tenaga P3K dan seorang lainnya menjabat sebagai kepala sekolah yang merupakan seorang ASN sedangkan yang lain adalah guru komite.

BACA JUGA:  Desa Golo Loni Gelar Launching Atraksi Wisata Flying Fox Pertama di Flores

Masalah lain yang pernah mencuat yakni kasus hilangnya 17 unit laptop pada tahun 2018 lalu. Meskipun kasus ini pernah dilaporkan kepada aparat kepolisian Sektor Sambi Rampas, namun hingga kini tidak jelas penyelesaiannya. Belasan laptop itu dinyatakan hilang hanya sehari setelah semua fasilitas ini terpasang di sekolah tersebut.

Menurut Marthin, kini masyarakat Golo Waso dan Golo Rakas resah dan sudah berulangkali melaporkan berbagai persoalan ini baik kepada pemerintah kabupaten, provinsi dan aparat kepolisian, termasuk diusulkan agar kepala sekolah diganti, namun belum pernah digubris.

Menyikapi situasi di lembaga pendidikan yang memprihatinkan ini, ia mendesak pemerintah Manggarai Timur dan pemerintah propinsi agar segera mengevaluasi secara menyeluruh dan membenahi secara serius keberadaan sekolah tersebut. Ia juga mendesak aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kasus hilangnya belasan laptop di sekolah tersebut.

BACA JUGA:  Pesona Wisata Danau Rana Tonjong, Menikmati Bunga Teratai Raksasa

Ia menyatakan bahwa masyarakat pemilik tanah ulayat juga sudah mewacanakan akan mengambil kembali tanah yang telah mereka serahkan untuk pembangunan sekolah tersebut jika pemerintah tidak segera membenahi sekolah itu.

“ Kalau pemerintah tidak segera membenahi dan menyelesaikan masalah-masalah di sekolah ini maka masyarakat adat berencana akan ambil kembali tanah lokasi sekolah untuk diserahkan kepada pihak Keuskupan Ruteng untuk dijadikan tempat biara bagi biarawan atau biarawati guna mendukung keberadaan rumah doa di Kampung Golo Waso dan Golo Rakas,” tegasnya. * [red/fgc]

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button