FLORESGENUINE.com- Pemerintah pusat berkomitmen untuk membangun jembatan penyeberangan Pancasila Palmerah yang menghubungkan Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur (Flotim) dan Pulau Adonara sebagai bagian dari proyek strategis nasional.
Deputy I KSP RI, Febry Calvin Tetelepta mengungkapkan hal ini saat memimpin rapat di ruang rapat utama Gedung Bina Graha KSP, Jakarta baru-baru ini. Rapat tersebut membahas rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) serta pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah di Larantuka, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pertemuan itu dihadiri pihak terkait, termasuk Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, PT. PLN, PT. Tidal Indonesia dan pemerintah daerah NTT. Direktur Andreas Wellem Koreh kepada media di kupang menyebutkan, Deputi Febry Tetelepta menyatakan bahwa KSP bertanggung jawab untuk mengawal semua Proyek Strategis Nasional (PSN) yang belum selesai dalam masa pemerintahan Presidena Jokowi diantaranya PLTAL Larantuka yang telah tertunda selama lebih dari 8 tahun.
PLTAL Larantuka sebelumnya telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, namun, dikeluarkan dari RUPTL 2021-2030 karena kelayakan ekonomi yang belum terpenuhi. Namun, proyek itu kembali dimasukkan dalam RUPTL 2024-2033 dan telah mendapat komitmen pembiayaan dari Bank Pembangunan Belanda (FMO).
Sedangkan Latief Gau dari PT. Tidal Bridge menjelaskan, potensi energi arus laut yang besar di Indonesia serta teknologi yang digunakan dalam proyek ini. Ia menyebut, BRIN mencatat bahwa potensi arus laut di Selat Larantuka bisa menghasilkan 300 MW. Untuk tahap awal, PT. Tidal Bridge akan membangun power plant dengan kapasitas 40 MW yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
Total biaya pembangunan jembatan dan PLTAL ini diperkirakan mencapai $ US 225 Juta atau sekitar 3 triliun. Skema pembiayaan seluruhnya didukung oleh pinjaman lunak dari Bank Pembangunan Belanda (FMO) dengan durasi pinjaman selama 20 tahun. Jika sudah dilakukan FEED (Front End Engeneering and Desaign) maka FMO akan memberikan hibah sebesar 35% dari total pembiayaan. Artinya sisa pinjaman lunak menjadi lebih kecil yakni 65%.
Sementara itu, usia jembatan tersebut didesain untuk 50 tahun ke depan. Dengan demikian, pembiayaan pembangunan jembatan dan PLTAL, pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan biaya sama sekali karena jembatan dan power plantnya akan membiayai dirinya sendiri dengan revenew dari hasil penjualan listrik yang di manfaatkan oleh PLN.
Dia menjalaskan, berdasarkan AMDAL dan ESIA menyatakan bahwa proyek ini layak dari segi lingkungan. Selain itu, proyek ini mendapat dukungan dari Kementerian ESDM dan PT. PLN. Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PT. PLN, Hartanto Wibowo, menegaskan, potensi energi baru terbarukan ini untuk mendukung program transisi energi di Indonesia.
Dia menyoroti pentingnya kolaborasi empat pihak untuk menyelesaikan kendala yang terjadi. Dirut Utama PT. Tidal Bridge, Latief Gau juga menyampaikan, potensi arus laut di dunia mencapai 7.800 TWH. Artinya, masih banyak energi arus laut yang belum dieksplorasi secara maksimal sebagai energi untuk kepentingan manusia.
Sementara di Indonesia potensi arus laut juga sangat besar, mengingat kondisi geografi Indonesia yang berpulau-pulau dan diapit oleh dua samudra sehingga diantara selat-selatnya terdapat arus laut yang sangat besar untuk digunakan sebagai energi.
Dia juga berkata, teknologi arus laut ini adalah teknologi yang sudah proven sistem atau sudah digunakan di beberapa negara sejak abad 12 yakni di Belanda, United Kingdom, Prancis, Portugal dan Korea. Dalam perjalanannya, turbin yang digunakan terus berkembang.
Dari semula turbin ditanam di dasar laut, menjadi turbin yang mengapung di permukaan laut. Salah satunya adalah screw turbin. Turbin ini adalah pilihan turbin yang ramah lingkungan dengan diameter sekitar 8 meter sehingga memenuhi standar green peace agar keberadaan turbin ini tidak mengganggu atau merusak biota laut, termasuk ikan-ikan yang ada di selat tersebut.
Teknologi yang digunakan adalah turbin digantung di badan jembatan dengan model seperti “laci meja” yang untuk pemeliharannya bisa dimasukkan dan dikeluarkan dari bawah kolong jembatan.
Panjang jembatan mencapai 800 meter, terdiri dari 250 meter arah Larantuka dan 150 meter arah Adonara merupakan jembatan sipil (civil Bridge), sedangkan 400 meter di tengah-tengah jembatan adalah jembatan tidal (tidal bridge), dimana di segmen 400 meter inilah turbin akan digantungkan untuk menghasilkan energi listrik.
Oleh karena itu, telah membahas draf MoU empat pihak pada tanggal 4 April 2024. Harapannya, pembangunan jembatan ini dimulai sebelum Oktober 2024. Proyek ini dianggap strategis dan dapat menjadi contoh bagi Indonesia dalam pemanfaatan energi baru terbarukan.
KSP RI mendorong agar proyek ini terealisasi demi masa depan energi Indonesia. Diharapkan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan PLTAL Larantuka dan Jembatan Pancasila Palmerah sebagai kebanggaan Indonesia.[kis/fg]