FLORESGENUINE.com- Pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mesti membuka akses dan ruang bagi UMKM local memasarkan produk-produk usaha mereka.
Hampir setiap hari, banyak orang datang ke Labuan Bajo baik sebagai wisatawan maupun tamu-tamu pemerintah yang dating untuk studi banding atau kunjungan kerja. Para tamu itu tentu ingin menikmati juga berbagai produk UMKM lokal khususnya masakkan khas daerah. Namun, pemerintah tidak banyak membuka ruang dan akses bagi pengusaha UMKM untuk memasarkan produk-produk mereka.
Beberapa tahun terakhir ini, ratusan UMKM baik yang bertumbuh kembang secara swadaya maupun berkat kontribusi pemerintah melalui pendidikan dan pelatihan, namun banyak UMKM yang mengalami mati suri bahkan bangkrut karena kehilangan akses pasar.
“ Ini disebabkan pemerintah kurang perhatian seperti membuka ruang atau akses pasar bagi UMKM lokal,” ujar Nurhayati Alwi, pegiatan kuliner local kepada Floresgenuine di Labuan Bajo, Sabtu pekan lalu.
Menurut Ibu Nur, agar UMKM local yang berbasis pada pangan local lebih dikenal oleh dunia luar maka pemerintah harus membuka ruang untuk mempromosikan UMKM local kita. Selain pemerintah, para pelaku wisata juga mesti ikut mempromosikan UMKM-UMKM local seperti kuliner local berbasis pangan local atau bahan lokal.
“ Kecenderungan pemerintah dan para pelaku wisata hanya mempromosikan obyek-obyek wisata alam tetapi masih sangat minim mempromosikan UMKM lokal seperti kuliner khas daerah,” kritik Nur.
Salah satu cara mempromosikan dan memperkenalkan UMKM local khususnya produk kuliner adalah mengajak para tamu untuk menikmati masakan yang disajikan oleh para pelaku UMKM lokal.
“ Jadi bukan diberi pelatihan semata tetapi pemerintah perlu mendampingi hingga pemasarannya. Saya belum pernah dengar bupati mempromosikan makanan lokal kita. Padahal, para tamu yang dating tentu tidak hanya melihat alam tetapi juga ingin menikmati makanan local kita,” ujarnya.
Dia menyebutkan, di seluruh daerah di Indonesia masin-masing mempunyai kekhasan seperti kuliner rendang dari Sumatera, soto Makassar. Di Labuan Bajo juga mempunyai masakan khas seperti ikan sanchara, jantung pisang, ikan sampurea dan lain-lain.
Ibu Nur mengaku pernah beberapa kali diminta untuk menyanjikan masakan khas Labuan Bajo untuk menjamu Presiden Jokowi dan undangan lainnya. “ Saya masih punya menu masakan untuk persiden dan para pejabat. Mereka senang dan menikmatinya,” kata Nur.
Menurut Nur, masalahnya karena pemerintah tidak punya good will dan tidak paham bahwa pariwisata tidak hanya wisata alam tetapi juga wisata kuliner dari pangan lokal. Pemahaman tentang konsep pariwisata tidak hanya sebatas memrpomosikan atau menjual obyek0obyek wisata alam tetapi segala hal yang merupakan kekayaan bangsa atau daerah.
Nur menambahkan, urusan makan minum tentu tergantung minat dan selera masing-masing orang dan tidak ada seorang pun yang memaksakan para tamu untuk menikmati masakan yang disajikan oleh UMKM local. Tetapi bagaimana orang tahu wisata kuliner local jika pemerintah tidak pernah membuka ruang dan mempromosikan produk-produk lokal kita.
Untuk itu ia berharap, pemerintah daerah, BPOLBF dan Kementerian Parekraf untuk lebih gencar memperkenalkan produk-produk UMKM local kita dengan membuka akses atau ruang seluas-luasnya kepada para pelaku UMKM. Ruang dan akses yang dimaksud bukan sekedar para pelaku UMKM dihadirkan pada ivent-ivent tertentu saja, tetapi juga menghubungkan para pelaku UMKM dengan pembeli atau konsumen di daerah lain. [kis/fg]